Emil terlihat tersenyum puas saat melihat penampilan Laura saat ini, rambut pirang bergelombang yg di biarkan tergerai, kulit putih bersih, dengan blazer warna hitam membuat kulit dan rambutnya terlihat lebih kontras.
" Nah kalau begini kan kelihatan lebih manis," Pujinya terdengar tulus sembari memindai penampilan Laura kecil dari atas sampai bawah.
"Ya sudah ayok, kita berangkat makan malam di luar!" Ucap emil sembari beranjak dari duduknya.
Erik segera berdiri dan melangkah memasuki kamar ku
"Mbak, aku sama Laura makan malam di luar ya, nanti aku bawakan makan malamnya, kami nggak akan lama kok," Ucap erik merasa tak enak harus meninggalkan kakaknya seorang diri di rumah.
Aku tersenyum tipis melihatnya " Nggak apa apa, yang penting hati hati, dan jaga Laura baik baik" Sahutku sembari mewanti-wantinya agar selalu ekstrak dalam menjaga Laura.
"Siap!" Ucapnya cepat dengan memperagakan gerakan hormat kepadaku.
Erik melangkah keluar dari kamarku menghampiri emil yg tengah menunggunya di ruang tamu bersama Laura.
Di ruang tamu terdapat Laura yg tengah duduk di atas pangkuan emil sembari memainkan kunci mobil, sedangkan emil sendiri sedang sibuk mengutak-atik ponselnya.
Melihat kedatangan erik bersama ku, dia langsung menggendong Laura menuju teras.
"Kenapa nggak pergi sama mama juga? " Tanya Laura polos lantaran selama ini dia memang tidak pernah jauh dariku.
Seketika emil mengernyitkan dahi sembari melemparkan pandangan kepada Laura yg berada dalam gendongannya, lalu beralih menatapku, sehingga aku merasa salah tingkah ketika matanya bersitatap denganku.
"Aah, kita cuma mau beli makan habis itu pulang, biarlah mama menunggu di rumah yaaa," Sahut emil seperti memberi pengertian pada Laura kecil.
Tampak Laura menganggukkan kepalanya ragu, namun tidak menolak saat di bawa masuk ke dalam mobil.
"Hati hati yaa, ingat jaga Laura baik Baik!" Ucapku ketika mobil akan segera bergerak meninggalkan pelataran rumah.
Setelah mobil yg mereka tumpangi hilang dari pandanganku, aku segera memasuki rumah dan menutup pintu serta menguncinya.
Aku kembali ke kamar dan segera membereskan tempat tidur mumpung Laura masih di ajak pergi.
Tanpa gangguan dari Laura, pekerjaan membereskan tempat tidur dan juga membersihkan kamar selesai lebih cepat dari biasanya.
Setelah membersihkan kamar aku memilih untuk merebahkan diri di atas ranjang.
Ternyata sepi juga jika tak ada Laura di dalam rumah ini, biasanya dia bakalan nyanyi nyanyi nggak jelas kalau di rumah, sekarang? Di tinggal Laura sebentar saja rasanya sepi begini.
***
Tin..
Tin..
Tin..
Terdengar klakson dari luar rumah, aah ternyata aku ketiduran, aku berjalan ke arah pintu keluar dengan tergesa-gesa, lalu segera membuka pintunya.
"Maaf tadi aku ketiduran," Ucapku merasa tidak enak melihat wajah masam emil saat baru saja aku membuka pintu, dia hanya menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan ku, lalu segera memalingkan wajahnya ke arah erik.
" Ya sudah erik aku pulang dulu." Pamit emil pada erik dengan nada datarnya.
"Selamat malam nona, daaah," Ucap emil sembari menangkup kedua pipi Laura dengan gemas, Laura melambaikan tangannya saat emil hendak memasuki mobilnya.
"Dadah ayah." Seru Laura saat mobil bergerak menjauhi pelataran rumah.
Aku sempat tercengang mendengar seruan Laura, ah begitu mudah bagi dia memanggil laki-laki selain papanya dengan sebutan ayah.
Setelah mobil menghilang dari pandangan, aku segera menggandeng tangan mungil Laura untuk masuk kedalam rumah.
Erik terlihat meletakan beberapa bungkus makanan di atas meja makan.
" Nggak jadi makan di luar, jadi dibungkus deh," Ucap erik tanpa di tanya.
" Terus bos mu tadi juga bawa makanan ke rumah? " Tanyaku tak percaya, karna biasanya orang orang kaya itu makan di restoran, ini kok malah di bungkus bawa pulang.
" Iya lah, ya kali dia makan sendiri di luar, sedangkan ibu sama bapaknya nunggu di rumah." Sahut erik sembari terus menata makanan di atas piring.
Erik menyerahkan piring berisi nasi lengkap dengan lauknya, ada rendang daging sapi, sambal, tumis daun kates, dan juga kerupuk.
"Tadi aku sempet lihat suamimu mbak di warung nasi padang," Ucap Erik..
"A,, apa? " Tanyaku tak percaya, karna ini belum waktunya pulang dari kapal, masih tiga bulan lagi dia baru bisa pulang.
"Nggak tau pastinya sih, soalnya pak emil tadi buru buru mau pulang, jadi nggak sempat nyamperin deh," Sahut Erik lirih terdengar begitu kecewa.
" Mungkin hanya mirip." Ucapku mencoba menyangkal apa yg baru saja Erik katakan, lalu kembali melanjutkan makan malam ku.
"Hemm iya mungkin." Timpal Erik sembari terus memasukkan suapan nasi ke dalam mulutnya.
****
"Ma,, nggak minum dulu?, ngelamun aja," Teguran dari Laura membuyarkan lamunanku tentang masa kecilnya.
"Ah iya," Sahut ku kikuk, bisa di pastikan wajahku sekarang sudah memerah seperti tomat lantaran malu, ketahuan lagi melamun oleh anakku sendiri.
Laura sudah meninggalkan ku di meja makan, dia berjalan ke arah kamar belakang dengan berjinjit agar tak menimbulkan suara .
Sejenak dia menoleh ke arahku lalu menempelkan jari telunjuknya ke bibir, tanda menyuruhku untuk diam.
Aneh, masa iya di dalam rumah sendiri harus berjinjit kayak maling aja, tapi anehnya aku mengikuti cara Laura berjalan
Sesampainya di depan kamar paling belakang aku kembali tercengang kala mendengar suara suamiku tengah mengobrol dengan seseorang lewat sambungan telfon.
"Cukup Rani! Sudah cukup selama ini merampas hak nafkah Laura, Laura sudah mengetahui semuanya sejak empat tahun lalu!" Ucap suamiku lirih namun penuh dengan penekanan.
Entah apa yg lawan bicaranya katakan , aku tidak mendengarnya.
"Sekarang pikirkan sendiri agar kau dan anak anak kita terhindar dari ancaman Laura!" Terdengar ucapan suamiku seakan memperingatkan istri mudanya untuk lebih hati hati dari Laura, apa dia pikir Laura psikopat?
Tanpa menunggu lama lagi, Laura segera membuka pintu kamar dengan kasar dan segera merampas ponsel papanya.
"Apa yg kamu lakukan Laura? " Tanya suamiku panik kala terlihat Laura tengah mengutak-atik ponsel papanya, lalu beralih ke ponselnya sendiri.
"Cuma mencatat nomor telfon si pelacur kampungan itu, setidaknya dengan nomor telfonnya anak buahku jadi lebih mudah untuk menemukannya, dan jangan coba coba mengatakan apapun pada siapapun, karna ponselmu sudah aku sadap!! " Sahut Laura tegas, lalu melempar ponsel papanya secara asal hingga mengenai wajah papanya yg menyebabkannya mengaduh kesakitan..
"Laura,, kenapa kamu berubah menjadi seperti ini? Kenapa kamu tega melakukan ini pada papa? " Tanya suamiku lirih dengan suara bergetar, mungkin dia tidak pernah menyangka bahwa putri sulungnya akan berbuat sekejam ini.
"Yaelah papa,,, papa,, belum juga sehari, udah ngerasa terzholimi seumur hidup aja," Sahut Laura dengan memberikan senyuman sinis untuk papanya.
"Nih makan, jangan mati dulu sebelum kamu melihat istri mudamu bersama anak anaknya menderita!! " Desis Laura sembari meletakkan piring berisi nasi dengan telus goreng ke atas meja yg berada di samping tempat tidurnya.
"Bunuh saja papa, bunuh papa laura, jika itu dapat mengobati luka hatimu!" Ucap suamiku lirih di selah isak tangisnya, terdengar memilukan, tapi aku tak merasa iba sedikitpun.
"Bisa di ulangi sekali lagi ucapan papa tadi?" Tanya Laura dengan mengarahkan perekam video ke wajah pucat suamiku, tentunya tanpa di sadari oleh suamiku.
"Bunuh saja papa jika itu dapat mengobati luka hati mu!" Ulang suamiku dengan lirih namun terdengar jelas dan lancar seperti tanpa beban.
"Bunuh saja jika itu dapat mengobati luka hatimu" Laura memutar video yg baru saja dia rekam.
"Hahaha, papa mau tau? Bagaimana cara Laura mengirim mu ke neraka? " Tanya Laura di sertai gelak tawa yg terdengar mengerikan.
Mendengarnya, suamiku mengalihkan pandangannya ke arah putriku yg tengah terkekeh sinis ke arahnya.
" Caranya, aku akan menculik mu berserta istri muda mu dan juga anak anak kalian, kalian akan di bawa ke villa yg aku sewa, tentunya villa itu jauh dari pemukiman, di sana kalian akan di bedah tanpa obat bius lalu di ambilnya ginjal kalian, setelah itu tanpa di jahit kembali, kalian akan di buang ke tengah hutan kelapa sawit yg banyak hewan buas tersesat di dalamnya." Seru Laura panjang lebar dengan nafas memburu seperti menahan emosi sembari memandang suamiku dengan tatapan tajamnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Syafa Aprilia
Seru banget ceritanya Thor
2023-06-24
0