"Aaarrrgh...!!" Teriakan suamiku membuatku mengalihkan pandangan ke arahnya
"Ma, tolong panggilkan tukang urut, tangan papa sakit banget ini," Suamiku memelas dengan wajah yg sudah memerah menahan sakit.
Aku menganggukkan kepalaku cepat, dan segera menuntun tangannya untuk keluar dari kamar putrinya.
"Bagus! Urus saja suamimu yang nggak berguna itu mah, nanti sekalian minta nafkah yg wajar sama dia, aku nggak akan ikut campur untuk urusan kebutuhan kalian Sehari-hari." Ucap Laura terdengar sengit.
Aku menghentikan langkahku, menoleh ke arahnya yg sedang berdiri melipat tangannya di dada sembari menatap ku tajam.
Aku mengalihkan pandanganku ke arah suamiku yg tengah meringis kesakitan.
Aku di lema, kalau Laura lepas tangan untuk menafkahi aku dan adik adiknya, lalu aku harus bagaimana.
Sedangkan suamiku kalau tidak segera di beri pertolongan nanti dia tersiksa."Pa, Laura mampu memberiku lima juta setiap bulannya, jika karna mengurus mu saja itu dapat memberhentikan uang dari Laura,, apa kamu bisa menggantikannya? " Tanyaku lirih namun penuh dengan penekanan, bagaimanapun aku masih membutuhkan nafkah dari Laura.
Suamiku hanya bisa meringis kesakitan saat mendengar pertanyaan dariku
"Tolong aku dulu... "
Ucap suamiku dengan wajah memelas.
Aku bergeming menatapnya yg tidak bisa memberi kepastian, sedangkan dirinya terus merintih kesakitan, tapi kali ini aku lebih takut hidup kekurangan jika harus menolongnya.
Tiba tiba ponsel Laura berdering hingga membuatku seketika menoleh ke arahnya
"Assalamu'alaikum pak" Ucap Laura membuka percakapan, entah siapa yg menelponnya saat ini
(" Wa'alaikumussalam , senang ya nak papa mu udah pulang, di kasih duit berapa nak sama papa? ") Tanya orang dari sebrang sana dengan begitu antusias
Laura hanya tersenyum sinis ke arah papanya
" Hemm,,, dari dulu papa ku setiap pulang dari kapal cuma ngasih uang satu juta pak." Sahut Laura sembari membuang nafas kasar.
(" Apa? ,,, terus uang papamu di kemanakan kalo cuma ngasih satu juta? ") Sahutan dari sebrang sana terdengar begitu terkejut mengetahui pengakuan dari Laura.
" Laura nggak tau pak, pokoknya setiap papa pulang dari kapal, papa cuma ngasih uang satu juta, dulu waktu Laura masih kecil malah cuma ngasih lima ratus ribu. " Sahut Laura panjang lebar, wajah suamiku memucat kala mendengar percakapan anaknya dengan orang di sebrang sana.
("Astaghfirullah padahal papamu selama ini selalu ngomong kalo uang hasil kerjanya dia berikan semuanya ke istri, tapi kok ternyata begini, ya Allah nak, maafin bapak ya, bapak nggak tau kalau papamu menelantarkan kamu dari dulu") Sahut orang di sebrang sana.
("bilang ke papa mu, besok bapak mau kesana, jangan coba coba pergi dari rumah sebelum bapak ke sana, atau dia akan menerima akibatnya ") Sambung orang di sebrang sana dengan suara tegas dan penuh dengan penekanan.
" Iya Pak, ya sudah, Laura tutup dulu pak telfonnya, assalamu'alaikum." Sahut Laura sembari tersenyum sini ke arah papanya yg sudah pucat pasi seperti mayat hidup.
(" Iya nak, waalaikum salam ") Lirih orang dari sebrang sana.
Laura melangkah mendekati aku dan suamiku.
Suamiku terlihat semakin pucat saat melihat anaknya berjalan ke arahnya.
" Papa dengar tadi? Pak adam akan datang ke sini besok!" Bisik Laura tepat di telinga papanya.
Keringat dingin sudah membanjiri tubuh suamiku yg semakin memucat.
paka adam adalah seorang yang dulu mendampingi suamiku datang ke rumah kedua orang tuaku untuk melamar dan meminang ku.
dan hubungan keluarga pak adam dan keluarga kecilku terjalin semakin erat sampai saat ini.
"Dan mama, silahkan urus suamimu yg nggak berguna ini kalau sudah siap hidup susah ke depannya!" Desis Laura sinis ke arah ku lalu memutar badannya dan melangkah menuju kamarnya, aku susah payah meneguk ludah, membayang hidup selama setahun dengan uang satu
Juta dari suamiku.
Ya Allah kenapa aku baru sadar kalau aku tidak bisa hidup tanpa putriku.
Seketika aku teringat ucapan orang yg menelfon putriku tadi
"Kemana uang mu selama ini pa? " Tanya ku sinis ke arah suamiku, sungguh aku sudah tidak punya rasa iba saat melihatnya kesakitan seperti ini, aku baru sadar, ternyata selama dua puluh dua tahun lamanya aku di tipu mentah mentah olehnya.
Selama dua puluh dua tahun lamanya dia memberikan nafkah tidak wajar dengan dalih kerja di laut susah, pancingan sepi, banyak badai, ternyata semua itu hanya alasan saja.
Plak..
Plak..
Plak.
Tiga tamparan keras aku daratkan di kedua pipi suamiku, sehingga dia jatuh tersungkur di lantai.
"Ternyata kamu tak jauh dari sampah, tidak berguna, dan merepotkan!!!" Jerit ku sinis sembari menginjak sebelah pahanya dengan sekeras mungkin.
"Aaarghh!!!!" Jerit suamiku terdengar begitu memilukan, dan aku sangat bahagia melihatnya kesakitan seperti ini.
Aku berjalan mendekati lengannya yang telah terkilir akibat di pelintir putrinya.
"Kamu,, kamu mau ngapain mah?" Tanyanya ketakutan ketika melihatku menyeringai menatap lengannya itu.
Tanpa basa basi aku injak lengannya, seketika dia berteriak kesakitan.
"Teriaklah sekeras kerasnya pa! Tapi perlu kamu tau, rumah kita sudah di pasang peredam suara, jadi sekeras apapun teriakanmu, tidak akan ada seorangpun yg mendengar." Desisku sinis membuatnya semakin terlihat frustasi.
"Ma,, maafkan aku,, aku, aku salah," Ucap suamiku terbata bata sebelum tak sadarkan diri.
"Hahaha bisa pingsan juga laki laki nggak berguna itu, " Gelak tawa Laura pecah ketika melihat papanya tak sadarkan diri.
Setelah puas menertawakan papanya yg tak sadarkan diri, Laura mulai berjalan ke arah ku yg tengah berdiri mematung menatap tak percaya pada suamiku yg tergeletak tak berdaya.
"Laura, apa yang kamu lakukan? " Jerit ku histeris saat melihat Laura menyeret paksa tubuh papanya menuju kamar paling belakang.
"Papa harus di kunci di kamar ini mah, kalau nggak di kurung bisa bisa dia kabur dari rumah sebelum pak adam datang ke rumah!" Timpal Laura tanpa melihat ke arahku yg tengah panik di buatnya.
"Kita sadarkan dulu papamu, lalu panggil tukang urut, kalau nggak segera di tangani, nanti dia bisa mati," Ucapku gugup bercampur panik.
Laura menoleh ke arahku, lalu membuang nafas kasar,
"Santai maa, aku juga nggak akan membiarkan dia mati sebelum mendapatkan balasan yg setimpal." Sahutnya datar lalu melanjutkan langkah lebih arah kamar belakang sembari menyeret tubuh papanya yg tengah tak sadarkan diri.
Bugh bugh.
"Woi, bangun, mau sembuh nggak?!!" Teriak Laura sembari menendang kasar tangan papanya yg tengah terkilir.
"Ak,, aku ada di mana?" Ucap suamiku dengan suara parau sembari melihat lihat sekeliling kamar.
" Sekarang kamu sedang dalam perjalanan menuju neraka! " Bentak Laura sebal
Suamiku perlahan sudah mengingat kembali kejadian yg baru saja terjadi.
"Maa,, maafkan aku, huhuhu,,," Ucap suamiku di sela isak tangisnya, tapi entah setan apa ymerasuki diriku, sehingga aku tidak merasa iba sedikitpun melihatnya terisak memelas kepadaku.
"Ciihh,, minta maaf kok pas udah sekarat! " Sahut Laura sambil berdecak kesal melihat papanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments