episode 3

Suamiku memandangi Laura dengan tatapan mengiba, akan tetapi justru senyuman meremehkan yg Laura berikan.

"Laura,, maafkan papa," Lirih suamiku sembari terisak isak, siapapun yg mendengar pasti akan luluh seketika, tapi itu tidak berlaku bagi Laura yg termasuk anak arogan.

"Hanya minta maaf tanpa mengembalikan hak nafkah aku dan adik adikku yg telah kau gelapkan untuk orang lain, itu percuma!!!" Sinis Laura.

"Atau,, aku akan membuatmu lumpuh sebelum bisa memberikan nafkah yg sudah kamu gelapkan selama dua puluh dua tahun lamanya? " Imbuhnya dengan menekan lengan papanya, hingga papanya terlihat meringis kesakitan. Laura tersenyum miring melihat papanya yg sudah tidak berdaya.

"Gimana pa?" Tanya Laura sembari memiringkan kepalanya.

"Sebenarnya kemana uang papa selama ini, apa tante Rani yg merampas hak nafkah aku dan adik adikku selama dua puluh dua tahun lamanya? " Tanya Laura lagi dengan suara lirih namun penuh dengan penekanan.

"Siapa Rani itu pa?" Tanyaku lirih, aku tak akan mudah percaya dengan apa yg baru saja Laura katakan, tapi entah kenapa hatiku sakit mendengar Laura menyebut nama perempuan lain sebagai perampas hak nafkahnya selama ini.

Suamiku hanya menggelengkan kepalanya sambil terus terisak isak.

"Jawab pertanyaan ku pa!! Aku tak butuh tangisanmu itu! " Bentakku sembari menggebrak meja yg berada di samping ranjangnya.

"Rani itu, lonT3 yg papa nikahi sejak seminggu sebelum mama melahirkan aku." Sahut Laura lantang.

Duarr... Bagaikan tersambar petir di siang hari setelah mendengar pengakuan dari putriku.

Berkali-kali aku menghembuskan nafas kasar untuk mengontrol emosi yg menjalar ke ubun ubun, tapi sialnya emosi itu justru semakin menguasai jiwaku, kala tersadar, ternyata selama ini dia mengkhianati pernikahannya denganku bahkan sejak Laura masih dalam kandungan, apa mungkin ini juga salah satu alasannya tidak memberiku nafkah dengan layak? Kurang ajar!!

Plaakk..

Aku menampar muka suamiku dengan sekeras mungkin sehingga dia memalingkan wajahnya, nampak bekas kemerahan jejak telapak tangan ku di pipinya.

"Apa kita kirim ke neraka saja laki laki pengkhianat ini Laura? " Tanyaku dengan dada kembang kempis menahan amarah sekaligus sesak di dada.

"Santai dulu ma, soal itu biar jadi urusan Laura, kita main main aja dulu." Sahut Laura bengis sembari menatap tajam papanya yg tengah terbaring tak berdaya.

"Maafkan aku ma, aku salah," Ucap suamiku di selah isak tangisnya, membuatku semakin meradang mendengarnya.

" Tutup mulutmu itu!, atau ku robek mulutmu dengan cutter ini? " Bentak Laura sembari menempelkan ujung cutter yg runcing dan tajam di sudut bibir papanya, membuatnya semakin menggigil ketakutan dengan keringat dingin yg terus mengucur dari dahinya.

"Hahaha,, mama lihat deh, pengkhianat seperti dia kok bisa takut mati ya? " Tanya Laura diiringi gelak tawa yg terdengar mengerikan.

"Sejak kapan kamu tau kebusukan papamu? " Tanyaku singkat dengan terus menatap tajam suamiku yg sudah memucat seperti mayat.

"Kurang lebih empat tahun yg lalu." Sahut Laura datar, pengakuannya kali ini semakin membuatku terkejut bukan main.

"Kenapa kamu nggak mengabarkan masalah ini pada mama? Kenapa? " Tanyaku dengan suara serak, sebisa mungkin menahan air mata agar tak tumpah di depan pengkhianat yg sedang sekarat ini.

"Hahahaha, kalaupun aku ngasih tau, apa yg akan mama lakukan? Menangis, mengemis cinta dari seorang pengkhianat? Ahh,, memang hanya itu yg bisa mama lakukan." Sahut Laura di iringi gelak tawa yg terdengar begitu merendahkan diriku.

Aku hanya bisa menghembuskan kasar setelah mendengar sahutan dari Laura

Ya, aku memang bodoh! Benar

benar benar bodoh! Kenapa aku masih bertahan sampai saat ini dengan nafkah yg tidak layak!! .. Aku hanya bisa merutuki kebodohan ku selama ini.

"Pa, sebenarnya kekurangan mama itu apa si? Mama miskin juga enggak, apa karna mama terlalu lugu, jadi menurut papa, mama kurang panas, kurang ganas kalau di ranjang? Makannya papa lebih milih menikahi perempuan binal macam tante Rani? " Tanya Laura, kali ini suaranya sudah melunak daripada sebelumnya.

Mendapat pertanyaan dari putrinya, suamiku hanya memejamkan kedua matanya yg terus meneteskan buliran bening.

"Papa jawab!! Jangan sampai Laura kehabisan kesabaran sehingga Laura mengirim dirimu ke neraka hari ini juga!! " Bentak Laura, suaranya begitu menggelegar di ruangan lima kali enam ini.

"Papa khilaf, " Lirih suamiku dengan suara parau, tubuhnya terus gemetaran, wajahnya memucat, bibirnya bergetar, entah apa yg dia takutkan.

"Khilaf lagi khilaf lagi! " Laura berdecak kesal mendengar ucapan papanya.

"Ya kali khilaf sampai dua puluh dua tahun lamanya," Sambungnya.

"Kalau suatu hari nanti, aku menculik istri muda mu beserta anak anaknya, dan aku menjual ginjal mereka, lalu aku buang mayat mayat mereka di tengah kebun jati, itu juga termasuk khilaf kan pa? " Tanya Laura sembari matanya menatap lurus ke depan seperti sedang memikirkan sesuatu.

Suamiku kembali membuka kedua matanya kala mendengar pertanyaan dari Laura yg terdengar seperti ancaman.

" Jangan lakukan itu nak, itu sama saja membunuh, apa kamu tidak kasihan melihat orang orang yg tidak berdaya seperti mereka? " Sahut suamiku memelas dengan suara sangat lirih.

Mendengar itu laura memutar bola matanya malas, lalu kembali menatap tajam papanya.

" Membunuh para pengkhianat itu lebih baik, dari pada menaruh luka di hati orang yg terlalu lugu dan terlalu bucin seperti mama ini." Sahut Laura sembari melirikku sinis.

Astaghfirullah,, aku hanya bisa beristighfar dalam hati agar tidak tersulut emosi kala mendengar Laura yg juga terkadang menyudutkan ku.

Ya, memang aku terlalu bodoh, tapi kenapa harus anakku sendiri yg menyudutkan aku?.

Suamiku hanya diam membisu, mungkinkah dia kehabisan kata kata untuk memelas kasihan dari anaknya? Atau justru dia sedang merencanakan sesuatu?, ahh,, intinya bagaimanapun keadaannya saat ini, aku tidak boleh mengasihaninya, yang ada nanti harga diriku semakin di injak injak oleh Laura.

"Udah ahh, capek, jadi laper ngeliat pengkhianat yg lagi sekarat! " Desis Laura, kemudian berdiri melangkah keluar dari kamar ini.

Brakk...

Pintu kamar di banting dengan sangat keras oleh Laura, sehingga mampu membuatku dan suamiku terperanjat.

Kini, laki laki yg sudah mengkhianati ku 22 tahun lamanya, tengah menatap ku dengan berlinangan air mata.

Ciihh.. Giliran udah sekarat aja minta pertolongan, jangan harap!!!.. Umpat ku dalam hati.

"Maa, tolong panggilkan tukang urut, nanti papa yg bayar kok, tangan papa sakit banget ini, rasanya kayak patah tulang, " Ucap suamiku memelas, aku memutar bola mata malas lantaran aku memang tak sudi memberinya pertolongan lagi, sudah cukup selama ini aku seperti ora bodoh, yg masih bertahan dengan nafkah satu juta untuk setahun lamanya.

"Ciihh, sekarang pikirkan saja, gimana caranya kau bisa lepas dari jeratan Laura, jangan pernah meminta pertolongan lagi pada ku karna aku sudah tak sudi memberimu pertolongan! " Desisku sebelum meninggalkannya dan mengunci pintu kamarnya dari luar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!