Please Look At Me!

Please Look At Me!

Chapter 1

Gadis itu melangkah memasuki ruang kelas yang mulai bising sejak tadi. Ini masih pagi hari, masih banyak waktu yang tersisa sebelum bel berbunyi, tapi sudah ada banyak murid yang mulai memenuhi ruang kelas. Mereka sedang mengklaim tempat duduk yang akan mereka tempati selama satu tahun ke depan.

Ini adalah awal Tahun Ajaran Baru, di mana para murid kembali masuk ke sekolah setelah berlibur cukup lama.Ini adalah awal dimulainya jenjang pelajaran yang baru untuk para murid dan memilih tempat duduk yang strategis bagi mereka adalah langkah awal dari semuanya.

Mereka adalah murid kelas VIII di SMP swasta yang paling terkenal di Kota itu. Orang-orang yang masuk di dalam merupakan orang-orang kalangan ekonomi menengah ke atas.

Para murid asyik bercengkarama satu sama lain, terutama dengan teman-teman mereka yang terpisah selama liburan. Mereka sangat senang akhirnya kembali bertemu di dalam ruang kelas saat ini. Tapi tak satu pun dari mereka yang menyambut kedatangan gadis itu, karena ia memang tidak memiliki teman dekat di kelas itu.

Tidak begitu banyak tempat kosong yang tersisa, ia memilih duduk di baris kedua dari belakang. Di belakangnya, ada dua bangku yang telah terisi oleh dua murid laki-laki. Mungkin kali ini ia juga tidak akan memiliki teman sebangku lagi seperti sebelumnya, karena jumlah murid di dalam kelas mereka ganjil. Ia sering sendirian.

Bukan berarti teman-teman kelasnya membencinya. Tidak. Mereka hanya tidak begitu akrab dengannya, apalagi gadis itu cukup pendiam.

Perhatian sebagian besar murid teralihkan pada sosok yang asing memasuki kelas mereka. Tidak ada yang pernah melihatnya sebelumnya. Ia mungkin saja adalah murid baru di dalam kelas itu.

"Boleh aku duduk di sini?" tanyanya pada gadis itu.

Seisi kelas tiba-tiba penuh sorakan karena laki-laki itu meminta duduk tepat di samping gadis itu. Mereka sibuk menggoda keduanya.

Bukan tanpa alasan laki-laki itu bertanya canggung pada gadis yang hanya diam menatapnya itu. Ia tidak memiliki pilihan lain. Semua bangku telah terisi kecuali yang ada di samping gadis itu.

Meskipun ia merasa malu, ia tetap harus duduk di dalam kelas itu. Tidak ada pilihan lain baginya. Kecuali ia mau mengambil bangku dan meja lain dari luar kelas mereka untuk di masukkan ke dalam kelas itu. Tapi mana mungkin ada, kelas lain juga membutuhkan bangku bagi murid yang ada di kelas mereka.

Guru pun akan merasa aneh jika ada dua orang yang duduk menyendiri di dalam kelas itu. Pada akhirnya mereka akan tetap duduk di bangku dengan satu meja yang sama di dalam kelas.

Gadis itu menatap canggung ke arah sekelilingnya, berharap setidaknya ada satu tempat duduk yang kosong bagi laki-laki itu. Ia terlalu canggung untuk berinteraksi dengan lawan jenisnya, apalagi orang itu adalah orang yang baru pertama kali ia lihat.

Nihil, tidak ada satu pun bangku kosong di dalam kelas itu. Semua bangku sudah terisi kecuali yang ada di sampingnya. Tatapan gadis itu beralih pada murid laki-laki yang sedang menatapnya untuk meminta persetujuan.

"I-iya," jawabnya canggung.

Laki-laki itu pun meletakkan tasnya di atas meja, lalu duduk di bangku yang berada tepat di sebelah kiri gadis itu. Setelahnya, tidak ada lagi interaksi di antara keduanya seolah-olah ada tembok tinggi yang memisahkan keduanya.

Tidak lama kemudian, ada beberapa anak laki-laki yang masuk ke dalam ruang kelas mereka. Salah satu di antara mereka memiliki wajah yang mirip dengan laki-laki yang duduk tepat di sebelah gadis itu. Sangat mirip sampai sulit untuk membedakan keduanya.

"Hai, bro!" sapa salah satu di antara mereka kepada laki-laki yang ada di sebelah laki-laki itu sambil berjabat tangan.

"Hahaha... kok kamu duduk sama cewek?" ejek salah satu di antara mereka setelah melihat gadis yang duduk di sebelah laki-lak itu.

"Tidak ada tempat kosong lagi."

Ali dan teman-temannya menatap gadis itu sejenak. Setelahnya, mereka mengobrol tanpa memedulikan tatapan dari murid-murid di dalam kelas mereka saat ini. Wajah-wajah yang penasaran dan ingin tahu.

Melalui obrolan mereka, gadis itu dapat menyimpulkan bahwa laki-laki yang duduk tepat di sebelahnya saat ini bernama Alan. Ia bukanlah murid baru. Ia sebenarnya kakak kelasnya, tapi cuti hampir satu tahun karena penyakit yang dideritanya.

Laki-laki yang berwajah sangat mirip dengannya dalah saudara kembarnya, Ali. Keduanya merupakan kembar identik sehingga wajah keduanya sangat mirip dan sulit untuk dibedakan.

Murid-murid lain yang masuk ke kelas mereka bersama Ali adalah teman-teman sekelas Alan dulu. Mereka cukup akrab sampai datang ke kelas adik kelas mereka untuk sekedar menyapa Alan yang baru saja kembali masuk ke sekolah setelah cuti karena sakit.

***

Ding...Dong...Ding....

Bel sekolah berbunyi pertanda jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Meskipun ini adalah hari pertama dalam Tahun Ajaran Baru, pihak sekolah tidak ingin para murid membuang-buang waktu mereka tanpa belajar sama sekali. Kegiatan belajar mengajar sudah dimulai di sekolah itu sejak hari pertama mereka selesai libur panjang.

Ali dan teman-temannya pamit meninggalkan Alan di dalam ruang kelas itu. Mereka akan kembali ke ruang kelas mereka karena jam pelajaran pertama akan segera dimulai.

Para murid keluar dari kelas dan berbaris rapi di depan kelas sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Di luar sedang hujan sehingga kegiatan upacara yang biasanya dilakukan tiap senin pagi, kali ini terpaksa tidak dilaksanakan.

Guru-guru mulai berjalan ke kelas-kelas sambil membawa perlengkapan mengajar mereka. Ketika sampai di depan kelas yang akan mereka ajar, mereka akan mempersilahkan murid masuk satu per satu ke dalam kelas sesuai barisan mereka.

Setelah semua murid masuk ke dalam kelas, sang guru pun ikut masuk ke dalam kelas. Jam pelajaran pertama pun dimulai.

***

Canggung, itulah yang dirasakan oleh gadis itu saat ini. Ia dan Alan tidak berinteraksi lagi setelah laki-laki itu meminta izin untuk duduk di bangku yang berada tepat di sebelahnya. Mereka seperti dua orang asing yang menolak untuk saling kenal.

Gadis itu pun tidak ingin ambil pusing. Meskipun begitu, ia tetap merasa tidak nyaman, seakan-akan sedang duduk dengan orang yang paling membencinya di muka bumi ini. Ia tidak suka. Ia tidak menyukai keberadaan laki-laki itu di dalam kelasnya, apalagi duduk sebangku dengannya. Ia benar-benar tidak menyukainya.

Tatapan matanya beralih ke bangku yang tepat berada di belakang laki-laki itu. Di sana Gideon, laki-laki yang membuatnya tertarik saat berada di kelas VII sedang duduk. Keduanya tidak begitu akrab, meskipun mereka lulus dari Sekolah Dasar yang sama, bahkan berada di kelas yang sama pula.

Ia segera mengalihkan pandangannya ke tempat lain begitu yang ditatap menyadari bahwa ia sedang di tatap. Gadis itu memalingkan wajahnya. Ia terkejut begitu mendapati Alan sedang menatapnya.

Gadis itu salah tingkah. Ia seperti ketahuan sedang melakukan tindak kejahatan saat ini. Ia mengalihkan pandangannya pada papan tulis yang ada di depan kelas dan berpura-pura tidak tahu apa yang baru saja terjadi.

Alan menatap gadis yang tampak salah tingkah itu. Tatapannya ia alihkan ke Gideon yang berada tepat di belakangnya saat ini, lalu kembali menatap gadis itu.

Terpopuler

Comments

Tetik Saputri

Tetik Saputri

semangat kak

2023-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!