MY CHOICE

MY CHOICE

Chapter 1

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Masuk,"

"Ayah bilang masuk Disa." Bentak ayah.

Karena kaget, aku pun dengan pasrah masuk kembali menuju kamar ku. Sedangkan teman ku Niken dan Bobi, mereka berdua diam mematung di ambang pintu.

Di dalam kamar, aku hanya bisa menahan tangis ku di balik selimut. Aku merasa kesal dengan ayah, kadang aku tidak mengerti dengan perhatian ayah yang seperti itu.

Melihat ayah yang sudah marah, kedua teman ku pun langsung berpamitan untuk pulang. Ayah hanya menganggukkan kepalanya,tanda mengiyakan ucapan kedua teman ku itu.

"Eh itu, siapa nama kamu?" ucap ayah.

Bobi dan Niken pun langsung menghentikan langkah mereka karena terkejut dengan ucapan ayah barusan.

"Bobi om....."

"Jangan lupa, tutup kembali pagarnya."

Setelah itu, ayah langsung menutup pintu dengan kasar. Sehingga menimbulkan suara yang cukup keras dan buat kedua teman ku kaget.

"Ya ampun Bob,"

"Sepertinya kita emang salah deh, ngajakin Disa pergi." Ucap Niken.

"Pantas saja, selama ini dia selalu menolak ajakan kita."

"Iya......."

"Udah yuk ah, nanti ayahnya balik lagi." Ajak Niken.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Malamnya aku pun baru tersadar dari tidur ku, saking kesalnya aku sampai tertidur pulas. Bangun-bangun ternyata kamar ku sudah gelap gulita karena sudah malam.

"Jam berapa ini?"

Aku langsung beranjak dari tidurku untuk menyalakan lampu,sekalian untuk melihat jam.

"Ah pantas, ini sudah jam 8 ternyata."

Aku pun meraih air minum yang sudah biasa aku siapkan di kulkas mini di bawah meja belajar ku. Aku memang sengaja beli kulkas sendiri di kamar, karena malas untuk keluar kamar. Terlebih lagi saat sudah malam, aku malas mendengar keributan antara ayah dan bunda yang tiada hentinya.

Duarrrrrr.......

Terdengar bunyi benda pecah dari luar kamar, aku sendiri sudah tidak merasa heran lagi. Kalau bukan ayah yang membanting itu barang, pastinya ibu yang membanting barang itu.

"Hem......"

"Ya ampun, aku sudah merasa muak dengan semua ini."

Aku pun memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi dan membunyikan musik sekencang-kencangnya. Supaya aku tidak bisa mendengar keributan yang di timbulkan oleh kedua orang tua ku itu.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Namaku Adista Agnesia Wibowo, aku anak kedua dari pasangan Burhan A.Wibowo dan Melia Hutabarat. Aku memiliki seorang kakak,bernama Kaila Nesya Wibowo. Namun sayang nya, kakak ku sudah berhasil pergi dari rumah ini. Karena kakak ku tengah kuliah di Inggris,ikut bersama paman ku yang tinggal di sana.

Malangnya aku, masih terpenjara di rumah yang sudah seperti halnya neraka. Tiada hari tanpa keributan dan benda yang di pecahkan.

Aku sebenarnya bisa saja kabur ke rumah saudara atau ke rumah nenek dan kakek, hanya saja aku tidak bisa meninggalkan bunda sendirian di sini. Karena aku tahu, bunda pun tak kalah menderita dari pada aku.

Awalnya saat aku masih kecil, keluarga ku bisa di bilang cukup romantis dan jauh dari keributan seperti saat ini. Namun semua itu berubah, semenjak ayah ketahuan mempunyai selingkuhan dan mempunyai anak yang seumuran dengan ku. Keluarga ku baru mengetahuinya saat aku masuk kelas satu SMA tahun kemarin dan kakak ku baru kelas 3 semester awal.

Semenjak itu, ibu yang tadinya hanya berdiam diri di rumah hanya mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus aku dan kakak. Sekarang lebih suka untuk menghabiskan waktu di luar,mengurus toko bunga yang iya buka tahun lalu.

Dulu, di rumah ada mba Parmi yang suka bantu-bantu bunda. Namun sekarang beliau sudah kembali ke rumah nenek, karena ibu merasa tidak enak karena tiap hari harus menyaksikan keributan antara ayah dan bunda.

Sebenarnya bunda sudah mengajukan untuk berpisah dengan ayah, tapi sayangnya ayah malah merobek surat cerainya itu dan malah berubah jadi sosok ayah yang kasar dan tempramen.

Terkadang beliau akan bersikap lembut,namun tidak lama kemudian sikap kasarnya suka keluar secara tiba-tiba.

Makanya aku lebih memilih untuk mengurung diri di kamar menyendiri,paling nelpon sama kakak ku yang jauh di sana.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Entah kenapa, mungkin karena sejak tadi siang aku tidak makan apa-apa. Aku pun memutuskan untuk keluar dari kamar, untuk mengambil makanan yang ada di dapur. Kebetulan stok makanan di kamar ku sudah habis dan aku belum sempat untuk mengisi ulang kembali,karena minggu ini aku di sibukkan dengan pekerjaan sekolah dan pelajaran tambahan.

"Apa ini?" Ucap ku kaget.

Aku mendapati pecahan botol yang biasa terpajang di atas meja makan. Perlahan langkah ku pun mengikuti pecahan botol itu, alangkah kagetnya aku mendapati bunda sudah terbaring dengan berlumuran darah di bagian tangan dan kepalanya.

"Bunda......" Teriak ku.

Aku sangat ketakutan dan tidak tahu harus melakukan apa sekarang, tangan ku gemetaran meraih HP dari dalam saku celana tidur ku.

Aku segera menelpon panggilan darurat rumah sakit, sambil memangku kepala bunda.

Setelah berhasil menghubungi rumah sakit terdekat, aku perlahan menyingkirkan pecahan botol yang berada di dekat ibu. Namun sialnya, tangan ku malah terkena pecahan kaca itu dan tergores cukup besar.

Aku sudah tidak peduli lagi dengan rasa sakit yang di timbulkan oleh goresan kacanya, yang aku pikirkan saat ini itu kondisi ibu yang tidak sadarkan diri. Padahal sebenarnya darah di tangan ku pun sudah mengalir begitu deras.

Hal yang paling buat aku semakin sesak adalah, ketidak hadiran ayah saat ini. Kemana dia saat ini? Apa mungkin kejadian yang menimpa ibu itu adalah ulah ayah?.

Entahlah, aku sendiri tidak tahu. Karena sekarang ini yang aku tahu tidak ada siapa-siapa di rumah terkecuali aku dan bunda yang terbaring tidak sadarkan diri.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya mobil ambulan dan satu orang petugas dari rumah sakit pun datang. Tanpa menunggu lama, kami pun langsung menuju rumah sakit terdekat untuk segera mendapatkan pertolongan pertama untuk bunda.

Sepanjang perjalanan aku hanya bisa menangis, sambil menatap wajah bunda yang tampak pucat. Aku sangat takut sekali, kondisi beliau tidak bisa tertolong.

"Pak cepat......"

"Bunda tampak pucat," ucap ku pada supir yang membawa mobil ambulan nya.

"Baik, sebentar lagi kita bakalan sampai."

"Cepat pak, tolong bunda aku....." Isak ku.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan sekitar 10 menit, kami pun sampai di rumah sakit. Petugas itu pun langsung menurunkan bunda dan di bantu petugas rumah sakit yang datang menghampiri kami.

"Cepat bawa pasien ke ruang UGD, dia sudah kehabisan banyak darah." Ucapnya.

Mereka berdua pun menarik tandunya,menuju kedalam rumah sakit, di ikuti aku dengan tangis yang masih belum berhenti sejak tadi.

"Maaf dek, adek tidak boleh ikut masuk. Sebaiknya tunggu di luar, sampai dokter memberikan pertolongan pada pasien." Ucap salah satu petugas yang menahan ku masuk ke dalam ruangan dimana bunda di rawat saat ini.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

adista agnesia wibowo.. 👏

2023-06-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!