ADORABLE FRIENDSHIP
"Duh, kok gak bisa jalan ya?" gumam Elina panik.
Gadis berkuncir kuda itu menghentikan laju sepeda motornya, lantas melirikkan pandangan ke kiri dan kanan. Sialnya, tak ada satu pun orang yang berniat membantunya. Bahkan beberapa penghuni warung di depannya berdiri, hanya sekadar menatapnya kasihan.
"Ada masalah?"
Sebuah suara membelai telinga Elina. Gadis itu lantas memusatkan pandangan kepada si pemilik suara.
"Iya nih, motor aku gak bisa jalan," keluh Elina.
"Boleh kubantu?" tawar remaja laki-laki itu.
"Tentu saja." Mata Elina berbinar.
Pemuda itu lantas memeriksa sepeda motor Elina. Gadis itu terdiam. Mengamati sosok di sampingnya yang saat ini tengah memeriksa sepeda motor Elina.
"Oh jadi gini, rantainya lepas. Mending kita bawa ke bengkel, habis itu kamu bonceng aku saja. Lagian kita satu sekolahan 'kan?" ujar pemuda itu.
Seketika Elina menatap seragam pemuda itu. Sedetik kemudian, ditepuknya dahi tak berdosa itu. Elina kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Ada masalah?" tanya pemuda itu.
"Astaga, aku baru nyadar kalau kita satu sekolahan."
Pemuda itu ikut tertawa.
"Jadi cewek kok gak peka," cibir pemuda itu.
"Dih, apaan sih!"
"Sekarang kamu naikin motornya, nanti aku dorong."
Elina menganggukkan kepalanya dan menuruti permintaan pemuda itu.
"Satu…dua…tiga…gas!"
Sedetik kemudian, hati Elina seperti tergelitik. Tangan kiri pemuda itu menyentuh punggungnya sementara tangan kanannya digunakan untuk mengemudikan motor miliknya. Mati-matian Elina menahan tawanya.
***
Untung saja tidak terlambat! Cowok itu benar-benar menebenginya. Ah baik sekali dia. Elina turun dari motor sport berwarna merah itu. Walaupun sebenarnya, ia merasa risih karena saat ini ia dan cowok itu menjadi pusat perhatian para penghuni parkiran.
Elina melepas helm-nya. Ia lantas membenarkan kuciran kudanya. Cowok itu men-setandarkan motornya. Pandangannya beralih pada jam di lengan kanannya.
"Bentar lagi bel nih, duluan aja, aku nyusul entar."
Elina menampilkan deretan giginya. Bibirnya kelu untuk berucap. Namun, hatinya mendesak agar ia mau bicara.
"Ah..em..pulangnya…gimana?" tanya Elina gugup. Cowok itu terkekeh.
"Santai aja kali. Entar kupulangin ke bengkel deh, aku tanggung jawab kok."
Sekarang Elina merasa menyesal telah membiarkan pertanyaan bodohnya itu melesat keluar dari mulutnya. Tingkat malunya kini meningkat menjadi level dewa. Aduh! Malu!
"Terima kasih ya, titip helm hehehe…."
Elina menaruh helm di tangannya itu ke jok belakang motor. Cowok itu tersenyum lebar. Giginya yang putih terlihat menghiasi wajahnya.
"Tuh cewek kek robot ih, kaku amat hahaha!" gumam cowok itu lantas melepas helm-nya.
Cowok itu menyangking tasnya dan menuju kelasnya dengan langkah santai. Di koridor, ia bahkan sering disapa oleh beberapa cewek. Untuk menanggapinya, cowok itu hanya melemparkan sebuah senyuman yang langsung membuat cewek manapun bisa mimisan.
Di sisi lain, Elina melangkahkan kaki memasuki kelas. Di sana, sudah berjejer para manusia-manusia yang bernotabene sebagai teman sekelasnya. Elina segera mendudukkan diri di samping Raya, teman sebangkunya yang memiliki suara cempreng kayak kaleng rombeng. Raya yang tadinya asyik menatapi layar ponsel itu kini mengalihkannya ke arah Elina.
"Itu muka atau pakaian kotor, lusuh banget!" celetuk Elina.
"El, kamu harus tahu ya, masa chatting aku gak dibales-bales sih!" keluh Raya.
"Palingan doi kamu lagi mesra-mesraan sama pacarnya."
"Yeee, kompor banget sih, El!" seru Raya.
Elina mengeluarkan buku tulisnya. Ia lantas menyunggingkan senyumnya. Diliriknya sejenak buku raya yang tergeletak di atas meja.
"Ya bisa aja kan? Eh...guru ninggalin tugas?" tanya Elina seraya membolak-balikkan halaman buku.
"Gak boleh! Pokoknya doi gak boleh punya pacar, kecuali kalau yang jadi pacarnya itu aku!" sahut Raya.
"Dih! Guru ninggalin tugas kah? Kok tumben gurunya gak masuk-masuk?" tanya Elina.
"Enggak tuh! Bu Suri tadi masuk cuma mau bilang kalau hari ini ada ulangan dadakan."
"Eh kapan masuknya? Kok aku gak tahu?" tanya Elina kaget.
"Salah sendiri berangkatnya kesiangan!" cetus Raya kesal. Elina terkikik.
"Ya udah deh! Cepetan gih belajar, nanti kan ulangan fisika!" ujar Elina.
"Belajar aja sendiri, nanti aku tinggal nyontek kamu, beres!" ucap Raya.
"Dasar bocah!" ketus Elina.
***
Saat yang ditunggu-tunggu tiba. Bu Suri masuk ke dalam kelas dengan menenteng tumpukan kertas. Seluruh wajah murid kelas X-1 memucat seketika.
"Untuk ulangan kali ini, ibu akan melakukan rolling tempat duduk. Absen genap silakan tetap tinggal di ruangan ini, sementara absen ganjil silakan tunggu di luar untuk menunggu giliran!"
Sumpah serapah keluar dari mulut Raya beserta dayang-dayangnya. Elina tersenyum penuh kemenangan. Dengan begini kan, ulangannya tidak akan bisa dicontek orang lain.
"El, aku keluar dulu ya hiks hiks," ucap Raya sendu.
"Semangat Raya, sukses ya ujiannya. Aku mau ngerjain duluan hahaha!" cetus Elina bangga.
"Dasar aliran cacing pita! Bahagia banget lihat teman menderita. Duh, kloteran kedua rata-rata pada gobl*k tingkat dewa lagi. Gak bisa nyontek hiks hiks," ucap Raya mendramatisir. Elina tertawa terpingkal-pingkal.
"Diam semuanya, yang sudah dapat soal silakan langsung dikerjakan," ucap Bu Suri seraya berkeliling membagikan soal beserta lembar jawabnya.
***
Dua jam telah berlalu. Sekarang saatnya absen ganjil memasuki ruangan untuk ujian fisika. Elina menghela napas lega. Berhubung semalam ia sempat mempelajari materi itu lebih awal, jadi ia tidak merasa sangat keteteran saat mengerjakan ulangan dadakan tadi.
Kelas mulai hening. Sepertinya ulangan kloter kedua telah dimulai. Kalau sudah begini, teman-temannya akan sibuk dengan ponselnya. Elina mendengus kesal. Saat-saat seperti ini hanya sering mengundang rasa bosan.
"Guys, aku ke perpus aja ya, ada yang mau ikut?" tanya Elina kepada teman-temannya yang berada di luar kelas.
"Gue ikut, El, lumayan kan bisa nge-game! Perpus kan sultannya wifi hehe," cetus Surya. Elina memutar bola matanya.
"Duh, game mulu deh! Ada yang mau ikut lagi gak?" tanya Elina.
KRIK…KRIK…KRIK…KRIKK….
Elina menggeleng-gelengkan kepalanya. Merasa sedikit kesal karena terkacangi. Namun bagaimana lagi, ini sudah menjadi kebudayaan di lingkungan teman-teman Elina. Kalau udah ketemu gadget, gak bisa diganggu gugat.
Akhirnya Elina memutuskan pergi bersama Surya ke perpustakaan. Setelah dengan susah payah mendaki tangga, mereka berdua sampai di depan perpustakaan. Elina segera melepas alas kakinya dan bergegas membuka pintu perpus mendahului Surya. Namun saat akan membuka pintu, tiba-tiba pintu terbuka. Menampilkan sosok pangeran tampan dari kerajaan negeri dongeng. Eh tetapi sepertinya wajahnya gak asing deh.
"Eh!"
Elina terperanjat. Itu kan cowok tadi!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
AnggieYuniar
aku mampir yaaa
2022-10-14
0
gang jasad
gjbnbj
2022-08-21
0
kanjengprewty_
semangat author...awal cerita nya bagus bangetttt
2020-11-08
2