4.4 Semakin Mengenalmu

Elina melangkahkan kaki melewati koridor sekolah. Masih sepi. Atau mungkin, Elina malah berangkat terlalu pagi. Dihirupnya udara segar itu kuat-kuat sebelum akhirnya dihembuskannya keluar. Elina melangkah lagi. Kini ia mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas.

"El, besok minggu ada bakti sosial. Ikut ya?" celetuk Surya tiba-tiba.

Elina menolehkan kepalanya ke belakang. Ia menatap Surya dengan tatapan bingung.

"Kerasukan setan apa sih, Ya, kok kamu tiba-tiba ngajakin bakti sosial," cibir Elina.

"Gue mah mau tobat aja deh, belajar buat jadi anak baik kan gak masalah," cetus Surya.

"Bilang aja mau modusin cewek di sana," tuduh Raya. Elina terkikik.

"Gue mah gak butuh modusin cewek banyak-banyak, kan hati gue udah lo milikin, Ray, hahaha," elak Surya.

"Aduh, amit-amit jabang bayi deh, jangan sampai anak aku besok kek kamu, Ya!" pekik Raya sembari mengusap-usap perutnya.

"Anak lo pasti terwarisi sifat gue lah, kan gue bapaknya," ucap Surya ngaco.

"Mimpi aja gak sudi apalagi beneran!" pekik Raya sewot.

"Udah-udah, by the way, kalian cocok lho hihihi," cetus Elina.

"Amit-amit!" pekik Raya dan Surya bersamaan. Seketika Elina mengusap telinganya yang hampir budeg.

***

Libur telah tiba. Libur telah tiba. Horee! Horee! Horee! Eh malah nyanyi. Alarm berdering. Elina langsung terbangun dengan terengah-engah. Elina segera menekan kepala alarm itu dan langsung berlari ke kamar mandi. Bersiap-siap, lantas berlari keluar rumah seperti dikejar setan.

"Loh, El, kamu mau ke mana?"

Sebuah suara mencegatnya sewaktu akan menutup pintu.

"Pergi ke bakti sosial, Ma," jawab Elina.

"Kok kayaknya di depan tadi ada cowok? Kamu pacaran?" selidik Mama. Elina terkekeh.

"Yakali aku pacaran sama Surya, Ma! Najong tralala hahaha," elak Elina.

"Yakin?" tanya Mama.

"Beneran, mau bakti sosial kok, Ma," ucap Elina.

"Ya udah, sana, tapi inget pesan Mama. Jangan pacaran. Jangan berulah di tempat orang. Mengerti?" nasihat Mama Elina.

"Mengerti, Ma! Aku pergi duluan ya, Ma!" pamit Elina sembari mencium tangan mamanya.

"Hati-hati di jalan!" seru Mama Elina seraya melambaikan tangannya. Elina dan Surya membalasnya dengan senyuman.

Mamaku paling gak suka kalau kami (aku dan Okta) pacaran. Aku juga tak mengerti mengapa. Bukankah pacaran untuk anak SMA itu wajar ya? Namun, mengapa Mama selalu melarang? Aku juga tak mengerti apa yang ditakutkan Mama. Yang jelas, aku harus menurut, karena kalau tidak, Mama akan memberikan sanksi tegas.

-Elina-

***

Dua buah mobil berjejeran di halaman SMA Negeri 1 Baskara. Beberapa orang mulai memindahkan kresek-kresek hitam dengan ukuran paling besar itu ke dalam bagasi mobil. Elina mengedarkan pandangannya. Setelah turun dari motor, Surya ditarik paksa untuk ikut angkat-angkat sembako untuk dibagikan nanti ke dalam mobil. Membuat Elina terpisah dan mulai mencari keberadaan Surya.

"Aduh, maaf!"

Sial! Tubuh Elina terjatuh ketika tak sengaja terdorong dari belakang. Elina mengaduh. Saat ia mendongakkan kepalanya, sebuah uluran tangan menyambutnya.

"De-Devan?" ucap Elina spontan.

"Eh kita kok jadi ketemu terus kayak gini sih hehe," ucap Devan.

"Ke kantin yuk, makan dulu biar gak lemes," ajak Devan. Elina menganggukkan kepalanya.

Elina dan Devan melangkahkan kaki menuju kantin. Mereka berdua lantas memesan pesanan yang sama: nasi goreng. Setelah pesanan datang, Elina dan Devan segera melahapnya. Keheningan terjadi. Keduanya tak memutuskan bicara saat sedang makan, hingga selesai makan.

Untuk mengakhiri kegiatan makan pagi, Devan menuangkan beberapa pil dari sebuah botol ke telapak tangannya. Mulutnya lantas dibuka lebar-lebar, sementara tangan kanannya bergerak melempar butiran pil itu ke dalam mulut. Devan meneguk air mineralnya sekali lagi.

"Kamu sakit?" tanya Elina. Devan menarik senyum simpul.

"Biar gak mabuk perjalanan," jelas Devan seraya mengulas senyum.

"Bukannya kita naik motor ya?" bingung Elina.

"Ya justru itu. Kita naik motor, otomatis banyak kena angin dong. Terus masuk angin. Muntah-muntah. Namanya mabuk perjalanan bukan?"

Elina mengangguk-anggukkan kepalanya. Masuk akal juga.

Elina berdiri setelah meneguk air digelasnya.

"Ya udah, ayo cepat, keburu ditinggal nanti."

Refleks, tangan Elina menggenggam tangan Devan. Sedetik kemudian, Elina menyadari sesuatu. Elina melepaskan genggamannya seketika.

"E-eh maaf!" ucap Elina gugup.

Devan tersenyum, "Gak papa, lagi juga boleh kok."

"Dih, apaan sih! Ya udah yuk!" ajak Elina.

"Ya ayo," sahut Devan.

"Ya kamu duluan dong, masa aku sih!" pekik Elina. Devan lantas berdiri dan melangkah mendahului Elina.

Pada akhirnya, Elina membuntuti Devan dari belakang. Ditatapinya tubuh pohon kelapa di depannya itu. Dilihat dari depan, samping, maupun belakang, ketampanannya tak juga surut. Sungguh tampan kakak kelasnya itu. Di samping tampan, ia juga peduli dengan lingkungan sekitarnya. Terbukti dari kegiatan bakti sosial semacam ini. Sudah baik, tampan, bijak. Jika saja ada mesin fotokopi yang bisa menyalin orang di hadapannya, sudah pasti Elina akan meminta salinan dari makhluk semacam Devan. Sampai akhirnya, mereka berdua sampai di parkiran.

"Kamu gak bawa helm, El?"

Elina menepuk dahinya kuat-kuat. Ah iya! Helm-nya kan nyangkut di jok motornya Surya. Kalau harus mencari Surya agar membukakan jok motor dengan kuncinya, pasti ribet. Elina meringis. Menampilkan deretan giginya yang putih bersih.

"Pakai meringis lagi! Aku nanya, bukan nyuruh kamu jadi model iklan pepsodent, El!" keluh Devan.

"Anu…itu…."

"Anu itu apaan?" tanya Devan bingung.

"Nyangkut di jok motor Surya. Kalau mau ngambil pun, harus pakai kunci motornya Surya," ujar Elina. Devan geleng-geleng kepala.

"Ya udah deh," ucap Devan.

Tiba-tiba, Devan melihat sosok Delana berada di dekat mobil berwarna putih. Sedetik kemudian, muncul sebuah ide di benak Devan.

"Woy, Del, pinjem helm dong!" teriak Devan.

Delana yang nyaris saja masuk ke dalam mobil itu menoleh. Ia menutup kembali pintu mobil yang berhasil dibukanya dengan geram. Cowok itu lantas berlari dan menghilang entah kemana. Beberapa menit kemudian, Delana kembali dengan mendatangi Devan.

"Del…Del…Del…Del! Lo kira gue udel hah? Nama gue Delana!" sungut sesosok cowok itu seraya memberikan helm.

"Sensi amat sih lo! Kayak ayam abis beranak aja! Daripada lo gue panggil Dek Lana kek adik lo itu!" keluh Devan.

"Kampret!"

Delana pun lantas berlari meninggalkan Devan dan Elina dengan sumpah serapah. Kekesalannya bertambah saat mobil yang tadi akan dinaikinya malah sudah berjalan duluan. Membuat Delana harus berlari untuk mengejarnya.

"WOY NYET, GUE KETINGGALAN, KAMPRET!" teriak Delana kencang hingga mobil itu terhenti.

Delana yang melihat mobil itu telah berhenti dengan sigap membuka pintu mobil. Di dalamnya telah terdapat para cecunguk-cecunguk berjumlah empat orang yang asyik menertawakannya. Delana pun dengan napas terengah-engah segera mendudukkan diri di jok mobil.

Di sisi lain, Devan dan Elina yang tengah asyik memandangi kejar-kejaran antara Delana dan mobil kampretnya itu langsung tertawa cekikikan.

"Jadi atlet lari cocok tuh si udel," celetuk Devan. Memperlama tawa mereka.

Devan dan Elina melihat mobil itu telah berhenti dan siap mengangkut Delana. Devan dan Elina pun menyudahi tawa mereka.

"Ya udah yuk, kita susul mereka, cepetan naik dan jangan lupa pakai helm," cetus Devan. Elina menurut.

***

Elina mengelus dadanya. Di sinilah ia berada. Di daerah terpencil dengan kumuh mendominasi. Sampah-sampah berserakan. Tanah-tanah becek, karena tak mampu meresap air dengan baik. Terlebih lagi, banyak sekali anak kecil yang diajak untuk melanjutkan hidup di tempat ini. Sungguh miris. Baru pertama menjejakkan kaki di tempat ini, rasa-rasanya Elina tidak sanggup berlama-lama. Aroma busuk dari sang sampah, seakan menjadi hal lumrah bagi mereka.

"Yakin mau lanjut nih?" tanya Elina.

Dilihatnya Devan yang sedang sibuk menenteng kresek-kresek hitam besar dari bagasi mobil.

"Kenapa? Jijik ya?" tanya Devan. Elina menggeleng cepat.

"Bukan gitu…cuma ya, bau sampahnya itu lho, nyengat banget," keluh Elina. Devan terkekeh.

"Justru di sinilah letak amazing-nya, El! Coba deh bayangin, kita belum genap sehari di sini aja udah ngeluh. Mereka udah bertahun-tahun, El, tapi biasa aja tuh. Malahan aku lagi mikir, terbuat dari apa sih tubuh sama hidung mereka. Meskipun gak pernah ikut latihan fisik tentara, tapi tubuhnya tahan banting."

Lagi-lagi, Elina diajak untuk membuka mata lebih luas. Devan selalu mengajaknya untuk melihat sisi positif. Mungkin selama ini, Elina menyangka bahwa hidupnyalah yang paling merana. Namun, kini ia sadar, lebih banyak orang yang hidup lebih menderita darinya.

Seorang bocah laki-laki menghampiri Devan. Ia menatap laki-laki itu dengan tatapan linglung.

"Kak, jangan gusur tempat tinggal kami," ucap bocah itu.

Sebegitu takutnyakah mereka? Elina tersenyum miris.

"Kami relawan bakti sosial. Boleh panggilkan mereka semuanya? Kebetulan kami ada bahan makanan untuk dibagikan," ucap Devan ramah.

"IBU…ADA ORANG BAIK DI SINI!" teriak bocah itu girang.

Kini, orang-orang ramai mengerumuni mereka. Bahkan karena saking banyaknya orang, Elina sampai kuwalahan dalam membagikannya. Melihat mereka saling berdesakan. Melihat senyum mereka yang terpancar ketika mendapat hadiah, rasa-rasanya membuat Elina begitu terharu.

Ada banyak hal yang membuat Elina sadar. Seharusnya ia bersyukur. Ditakdirkan hidup dalam ruang lingkup yang memadai. Seusai sembako yang terbungkus kresek-kresek besar itu habis, Elina memandangi anak-anak kecil yang tengah berlarian ke sana ke mari. Menyaksikan setiap kikikan tawa mereka. Meski hidup dalam keterbatasan ekonomi, mereka tetap hidup sejahtera. Jujur saja Elina iri. Dari kecil, ia tak pernah bisa tertawa selepas anak-anak itu. Sampai sekarang pun, sampai-sampai Elina hampir lupa bagaimana cara tersenyum.

Acara bakti sosial telah selesai. Semua panitia bakti sosial telah berada pada kendaraannya masing-masing.

"Mau langsung pulang apa ikut outbond dulu?" tanya Devan. Elina terkelinjat.

"Ada outbond juga?" tanya Elina balik.

"Ditanya malah balik tanya!" keluh Devan.

"Iya, mau," jawab Elina.

"Tapi aku gak ikut," ujar Devan. Elina mengernyitkan dahi.

"Kenapa, kok gak ikut?" tanya Elina.

"Mau ada urusan. Kamu sendiri aja ya, satu mobil sama si udel," ucap Devan. Elina terkikik.

"Kak Delana maksudnya?" tegas Elina. Devan menganggukkan kepalanya.

"Iya deh, gak papa," ucap Elina.

Tanpa sengaja, Devan melihat Delana dari kaca mobil yang terbuka. Rupanya kali ini Delana yang menjadi sopir. Devan lantas mengumpulkan tenaga untuk berteriak sekencang-kencangnya.

"WOYY DEL! ELINA KETINGGALAN NIH!!!"

Sontak, mobil yang baru melaju beberapa meter itu langsung berhenti. Membuat para penghuni mobil terkelinjat begitu saja. Devan memberi kode agar Elina cepat ke sana. Menghampiri para senior-seniornya yang tentunya lebih tua darinya. Elina menutup pintu mobil itu. Kebetulan mobil yang dikendarai Delana itu masih menyisakan sedikit tempat. Sedikit. Muatlah untuk badan kerempeng Elina. Tak lama mobil melesat. Elina mengamati Devan yang mulai terlihat jauh. Elina terdiam.

***

Elina hanya menjadi pendengar setia di mobil. Rasanya begitu canggung. Apakah Elina mulai ketergantungan dengan keberadaan Devan? Elina segera menyanggah cepat. Bukankah selama ini Elina hidup tanpa Devan? Nyatanya ia bisa. Namun setelah bertemu Devan, rasanya semua terasa berubah drastis. Tak menunggu berapa lama, mereka sampai di tujuan. Alas urip namanya. Terbukti saat Elina masuk ke kawasan ini, sebuah papan bertuliskan "SUGENG RAWUH ING ALAS URIP" menyambut penglihatannya.

"Selow aja kali. Kenapa gugup? Karena gak ada Devan ya?" celetuk Delana. Elina tergagap.

"E-eh, bukan gitu. Aku ngerasa kayak bukan anggota ini aja," ucap Elina. Delana tertawa terbahak-bahak.

"Kalau bukan anggota, terus lo ngapain nangkring di sini? Pulang aja sonoh!" usir Delana.

"Ih, Kak Del jahat banget deh!" protes Elina.

"Panggilnya 'Kak Lan' aja deh, biar mirip-mirip kayak Dilan," usul Delana.

"Wah wah…ide bagus tuh, Kak! Tapi aku lebih suka panggil 'Kak Del'. Biar samaan kayak Devan hehehe," seru Elina. Delana mendengus.

"Lo sama Devan sama kampretnya emang!" cibir Delana. Elina terkikik.

"By the way, Kak Delana lucu banget sih," puji Elina.

"Duh, eh eh jangan baper ya tapi," ucap Delana mendramatisir.

"Kalau baper kenapa?" tanya Elina.

"Kalau lo baper, guenya enggak, sama aja gue nyakitin lo. Yang ada dosa gue nambah."

Elina terkikik geli. Andai kalian tahu, Delana itu memiliki style ala-ala bad boy. Ganteng sih. Positif thinking aja, mungkin dia spesies preman yang lagi taubat. Lagi taubat ya, bukan sudah taubat hahaha.

"Kalau gak mau dapat dosa, ya jangan jadi playboy, Kak!" ucap Elina. Delana mendengus.

"Playboy? Sorry ya, gue ini cuma setia sama satu cewek aja," sanggah Delana.

"Dih, iya ceweknya satu, tapi di mana-mana ada. Ya kan?" ucap Elina.

"Sok tahu banget lo," cibir Delana.

"Orang Devan sendiri yang bilang sama aku tadi di baksos," ucap Elina.

"Lama-lama lo kampret juga ya," cibir Delana, "siapa nama lo?"

"Elina."

"Panggilnya 'El'?" tanya Delana.

"Panggilnya 'Pril' aja, kan aku mirip Kak Prilly Latuconsina," ucap Elina.

"Pede amat lo, Tong!" cibir Delana. Elina terkikik.

"Uhuk!" Tiba-tiba seorang perempuan di samping Elina terbatuk. Delana menatap ke arah perempuan itu sekilas.

"Disa cantikku, jangan cemburu ya? Aku kan setianya cuma sama kamu," rayu Delana.

Perempuan itu memasang wajah jijik, "Najis!"

***

Hamparan bintang memenuhi gelapnya langit. Elina melangkahkan kakinya menuruni tangga. Di sana, terdapat mamanya tengah berduduk santai di meja makan. Tangan mamanya melambai. Mengajak Elina untuk makan malam bersamanya. Elina pun segera menghampiri mamanya itu. Lantas menyeret sebuah kursi untuk di duduki.

"Okta mana, Ma?" tanya Elina seraya melihat sekitar.

"Nginep di rumah temennya," jawab Mama Elina.

"Em...Mama masak sendiri?" tanya Elina.

"Gak, tadi ada delivery," ujar Mama.

"Oh…kirain," ucap Elina dingin.

"Seminggu lagi, kamu ulang tahun kan? Mau pesta yang kayak gimana?" tanya Mama. Elina tersenyum kecut.

"Aku gak butuh pesta, aku butuhnya Papa sama Mama," cibir Elina.

"Bukannya gitu, Mama pengen kamu temennya tambah," jawab Mama.

"Percuma, Ma! Mau pestanya segedhe apapun, mau hadiahnya semewah apapun, percuma. Yang Elina butuhin itu Mama sama Papa ada di samping Elina. Elina pengen kita bersama-sama kayak dulu lagi, Ma."

"Tapi sayangnya, kita gak bisa sama-sama lagi, El!" sentak Mama, "Mama udah capek-capek buatin undangannya. Kalau mau ya kamu sebar, kalau gak mau ya udah."

"Asalkan ada Mama sama Papa, aku mau," sungut Elina.

"Kamu itu udah gedhe! Harusnya kamu bisa mandiri, gak bergantung sama Mama Papa terus-terusan!" cibir Mama.

"Bukan masalah mandiri atau nggaknya, Ma, ini masalah aku beneran anak kalian atau bukan!" cetus Elina, "kalau aku emang beneran anak kalian, aku pengen, Mama sama Papa ada di ulang tahun aku."

"El, Mama kan juga harus kerja di kantor. Kamu tahu kan? Mama gak bisa seenak jidatnya ngambil cuti. Kamu juga harus ngerti dong. Apalagi Papa, Papa juga belum tentu masih peduli sama kita!"

"Harusnya kalau Papa sama Mama masih pengen bebas, gak usah punya anak, Ma! Elina capek! Elina menderita! Elina yakin, Okta pasti merasakan hal yang sama seperti Elina!"

Elina berdiri seraya menggebrak meja makan. Ia lantas berlalu dari meja makan, dan memilih untuk mendekam di kamar. Wajahnya terasa panas. Pelupuk matanya pun basah. Mati-matian Elina menahan tangisnya. Bagaimanapun, Elina tidak ingin dianggap cengeng. Cukup! Elina ingin pindah ke keluarga lain. Keluarga yang utuh. Keluarga yang lebih bisa menghargai perasaannya. Keluarga yang lebih sejahtera.

Episodes
1 1.1 Awal dari Segalanya
2 2.2 Pertemuan Kita
3 3.3 Mulai Dekat
4 4.4 Semakin Mengenalmu
5 5.5 Terjebak di Hari yang Aneh
6 6.6 What's Wrong
7 7.7 Salah Paham
8 8.8 Awal Kehancuran
9 9.9 Ketika Gunting Dibungkus Indah dengan Pita
10 10 Rencana Jahat?
11 11 Perjodohan Absurd
12 12. Perjodohan Absurd 2
13 13. Cinta Monyet?
14 14. Teror Misterius
15 15. Kebohongan yang Menghancurkan
16 16. Harus Ditinggalkan
17 17. Jangan Baper Please!
18 18. Cinta Begitu Rumit
19 19. Sulit
20 20. Hal yang Tidak Terduga
21 21. Penasihat Terbaik
22 22. Pengakuan
23 23. Bersatu
24 (WAJIB DIBACA) Pengumuman penting
25 24. Realita yang Buruk (Season 2)
26 25. Insecure
27 26. Membujuk Hati Batu
28 27. Delana Beraksi
29 28. Bau Bau Pelakor
30 29. Merasa Terbohongi
31 30. Ketika Anak Rewel
32 31-32 Menggemaskan Sekali
33 33. Mencari Formula
34 34. Berjelajah Mencari Formula
35 35. Perhatian yang Dimanfaatkan
36 36. Takut Kehilangan
37 37. Diteror Pelakor
38 38. Pasukan Pasukan Jahat Berkumpul
39 39. Reuni Dadakan
40 40. Obrolan Singkat
41 41. Salah Paham
42 42. Kepercayaan yang Runtuh
43 43. Di Ambang Kehancuran
44 44. Permasalahan Beruntun
45 45. Perdebatan dengan Orangtua
46 46. Ketika Kejahatan Lebih Berkuasa
47 47. Delana Berubah Aneh
48 48. Kata Kata Perpisahan
49 49. Rumah Penuh Kenangan
50 50. Bukti Kejahatan yang Tertahan
51 51. Setuju Bercerai
52 52. Takut Bertemu
53 53. Misi Membuat Mama Percaya
54 54. Nyaris Terungkap
55 55. Saling Menjatuhkan
56 56. Terjebak
57 57. Menyadari Sesuatu
58 58. Apa yang Terjadi?
59 59. Kehamilan yang Tidak Terduga
60 60. Menyebarluaskan
61 61. Membujuk Surya
62 62. Penculikan Dimulai
63 63. Sindikat Penculikan
64 64. Bukti yang Telah Hancur
65 65. Planning
66 66. Flashback 1
67 67. Flashback 2
68 68. Menemukan Bukti
69 69. Gagal Cerai
70 70. Pelakor Muncul Lagi
71 71. Pergi ke Taman Kuliner
72 72. Dugaan Pelakor
73 73. Muak
74 74. Tertangkapnya Bukti Kejahatan
75 75. Kehilangan Anak
76 76. Saling Bertukar Bukti
77 77. Merangkai Rencana
78 78. Menyebarluaskan Bukti
79 79. Meragukan
80 80. Mengakui Perasaan
81 81. Menyadari Kesalahan
82 82. Terpesona
83 83. Resepsi Mark dan Alice
84 84. Merekam Bukti Kejahatan
85 85. Meminta Restu
86 86. Ke Bali
87 87. Kenangan yang Terulang
88 88. Rindu Seseorang
89 89. Romansa Sunset
90 90. Perlahan Terbongkar
91 91. Hal yang Mengejutkan
92 92. Menuntut Penjelasan
93 93. Pengakuan Disa
94 94. Berakhirnya Perseteruan
95 95. Konsekuensi yang Tidak Terduga
96 96. Perihal Menyakitkan
97 97. Menemukan Flashdisk
98 98. Flahsdisk Penuh Rahasia
99 99. Fake Friend
100 100. Kenyataan yang Menyakitkan
101 101. Menemukan Pelakunya
102 102. Menerima Hukuman
103 103. Merencanakan Penjebakan
104 104. Bukti yang Kuat
105 105. Buku Diary?
106 106. Buku Petunjuk dari Lisa
107 107. Ucapan Bersituasi Sama
108 108. Rekapan Kejahatan
109 109. Saatnya Beraksi
110 110. Berhasil Tertangkap
111 111. Menghadapi Perselisihan
112 112. Mendadak Romantis
113 113. Mengungkap Rahasia
114 114. Pembalasan dari Disa
115 115. Hadiah Terindah
116 116. Terungkap Semuanya
117 117. Telanjur Kecewa
118 118. Keputusan Terberat
119 119. Pergi Terlalu Jauh
120 120. Surat dari Elina
121 121. Keluarga Baru
122 Mengenang Adorable Friendship
123 122. Kembali ke Masa Itu
124 122. Melindungi Perasaan
125 123. Awal dari Bencana Terjadi
126 124. Pertemuan Singkat
127 125. Bertemu Gadis Aneh
128 126. Mulai Bersaing
129 127. Bertemu Lagi
130 128. Sahabat
131 129. Takut
132 130. Gadis Itu Lagi
133 131. Tentang Rumor
134 132. Cemilan
135 133. Mencari Tahu
136 134. Permintaan Devan
137 135. TIME ZONE VS TIME LOVE
138 136. Kenyataan yang Pahit
139 137. Saling Menguatkan
140 138. Menyetujui
141 139. Dia Dalangnya
142 140. Kembali Bertemu Gadis Aneh
143 141. Sebuah Alasan
144 142. Menjadi Kuat
145 143. Selangkah Lebih Dekat
146 144. Pertemuan Pertama Kita
147 145. Berbagi Perasaan
148 146. Memandang Lebih Luas
149 147. Tak Tik Jitu
150 148. Berita Mengejutkan
151 149. Dua Pihak yang Membingungkan
152 150. Rambut Ungu
153 151. Rencana Terselubung
154 152. Rekaman?
155 153. Awal Pertemuan Delana dan Disa
156 154. Partner Baru
157 155. Kelompok Detektif Dadakan
158 156. Sebuah Alasan
159 157. Strategi Selanjutnya
160 158. Nomor Misterius
161 159. Pasukan Tim yang Rewel
162 160. Hati yang Ragu
163 161. Perpustakaan dan Kisah Kita
164 162. Berterima Kasih
165 163. Akankah Dia Tahu?
166 164. Ketahuan
167 165. Penyakit Serius?
168 166. Sisi Lain Surya
169 167. Tentang Rasa Saling Percaya
170 168. Buku Diary Disa
171 169. Awal Pertemuan Devan dan Raya
172 170. Baikan
173 171. Kamu Datang!
174 172. Senja dan Cerita Kita
175 173. Tentang Hati yang Sesak
176 174. Teguran Keras
177 175. Dejavu
178 176. Khawatir
179 177. Bermanja Sehari
180 178. Terlupakan
181 179. Berdekatan Denganmu
182 180. Kamu Bersamanya Lagi
183 181. Sebuah Sisi Lain
184 182. Ingatan Masa itu
185 183. Hati yang Terluka
186 184. Patah Dua Kali
187 185. Lelehan Es Krim VS Lelehan Hati
188 186. Tentang Kamu
189 187. Apa Alasannya?
190 188. Tentang Sebuah Video
191 189. Alter Bertindak
192 190. Ternyata Disa
193 191. Praktikum Penumbuh Keakraban
194 192. Ledakan Perasaan
195 193. Jadwal yang Bentrok
196 194. Terasa Menyakitkan
197 195. Bersamamu, Aku Tenang
198 196. Sebab Lain
199 197. Saling Menjelaskan
200 198. Janji Kita
201 199. Lipatan Kertas Pemancar Isi Hati
202 200. Makna Sebuah Persahabatan
203 201. Mengetahui Sesuatu
204 202. Maaf
205 203. Sulit Dijelaskan
206 204. Ternyata Dia
207 205. Merasa Bersalah
208 206. Disa Berulah Lagi
209 207. Hari yang Kacau
210 208. Pilihan Terburuk
211 209. Tidak Tertebak
212 210. Sisi Lain Rey
213 211. Masa-masa yang Sulit
214 212. Teringat Kembali
215 213. Sebuah Akhir dari Seorang Lisa
216 214. Berita Mengejutkan
217 215. Curahan Hati Delana
218 216. Rencana yang Kacau
219 217. Seandainya Waktu Bisa Diputar Kembali
220 218. Tentang Egi
221 219. Berusaha Meluruskan Masalah
222 220. Mengungkap Hal yang Benar
223 221. Akhir dari Persahabatan Kita?
224 222. Tentang Kecewa
225 223. Berusaha Menyelesaikan
226 224. Teringat Kembali
227 225. Awal Keretakan Pertemanan Kita
228 226. Merasa Terlindungi
229 227. Saling Instrospeksi Diri
230 228. Fakta yang Mengecewakan
231 229. Sahabat yang Baik
232 230. Persahabatan yang Indah
233 231. Misi yang Direncanakan
234 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 234 Episodes

1
1.1 Awal dari Segalanya
2
2.2 Pertemuan Kita
3
3.3 Mulai Dekat
4
4.4 Semakin Mengenalmu
5
5.5 Terjebak di Hari yang Aneh
6
6.6 What's Wrong
7
7.7 Salah Paham
8
8.8 Awal Kehancuran
9
9.9 Ketika Gunting Dibungkus Indah dengan Pita
10
10 Rencana Jahat?
11
11 Perjodohan Absurd
12
12. Perjodohan Absurd 2
13
13. Cinta Monyet?
14
14. Teror Misterius
15
15. Kebohongan yang Menghancurkan
16
16. Harus Ditinggalkan
17
17. Jangan Baper Please!
18
18. Cinta Begitu Rumit
19
19. Sulit
20
20. Hal yang Tidak Terduga
21
21. Penasihat Terbaik
22
22. Pengakuan
23
23. Bersatu
24
(WAJIB DIBACA) Pengumuman penting
25
24. Realita yang Buruk (Season 2)
26
25. Insecure
27
26. Membujuk Hati Batu
28
27. Delana Beraksi
29
28. Bau Bau Pelakor
30
29. Merasa Terbohongi
31
30. Ketika Anak Rewel
32
31-32 Menggemaskan Sekali
33
33. Mencari Formula
34
34. Berjelajah Mencari Formula
35
35. Perhatian yang Dimanfaatkan
36
36. Takut Kehilangan
37
37. Diteror Pelakor
38
38. Pasukan Pasukan Jahat Berkumpul
39
39. Reuni Dadakan
40
40. Obrolan Singkat
41
41. Salah Paham
42
42. Kepercayaan yang Runtuh
43
43. Di Ambang Kehancuran
44
44. Permasalahan Beruntun
45
45. Perdebatan dengan Orangtua
46
46. Ketika Kejahatan Lebih Berkuasa
47
47. Delana Berubah Aneh
48
48. Kata Kata Perpisahan
49
49. Rumah Penuh Kenangan
50
50. Bukti Kejahatan yang Tertahan
51
51. Setuju Bercerai
52
52. Takut Bertemu
53
53. Misi Membuat Mama Percaya
54
54. Nyaris Terungkap
55
55. Saling Menjatuhkan
56
56. Terjebak
57
57. Menyadari Sesuatu
58
58. Apa yang Terjadi?
59
59. Kehamilan yang Tidak Terduga
60
60. Menyebarluaskan
61
61. Membujuk Surya
62
62. Penculikan Dimulai
63
63. Sindikat Penculikan
64
64. Bukti yang Telah Hancur
65
65. Planning
66
66. Flashback 1
67
67. Flashback 2
68
68. Menemukan Bukti
69
69. Gagal Cerai
70
70. Pelakor Muncul Lagi
71
71. Pergi ke Taman Kuliner
72
72. Dugaan Pelakor
73
73. Muak
74
74. Tertangkapnya Bukti Kejahatan
75
75. Kehilangan Anak
76
76. Saling Bertukar Bukti
77
77. Merangkai Rencana
78
78. Menyebarluaskan Bukti
79
79. Meragukan
80
80. Mengakui Perasaan
81
81. Menyadari Kesalahan
82
82. Terpesona
83
83. Resepsi Mark dan Alice
84
84. Merekam Bukti Kejahatan
85
85. Meminta Restu
86
86. Ke Bali
87
87. Kenangan yang Terulang
88
88. Rindu Seseorang
89
89. Romansa Sunset
90
90. Perlahan Terbongkar
91
91. Hal yang Mengejutkan
92
92. Menuntut Penjelasan
93
93. Pengakuan Disa
94
94. Berakhirnya Perseteruan
95
95. Konsekuensi yang Tidak Terduga
96
96. Perihal Menyakitkan
97
97. Menemukan Flashdisk
98
98. Flahsdisk Penuh Rahasia
99
99. Fake Friend
100
100. Kenyataan yang Menyakitkan
101
101. Menemukan Pelakunya
102
102. Menerima Hukuman
103
103. Merencanakan Penjebakan
104
104. Bukti yang Kuat
105
105. Buku Diary?
106
106. Buku Petunjuk dari Lisa
107
107. Ucapan Bersituasi Sama
108
108. Rekapan Kejahatan
109
109. Saatnya Beraksi
110
110. Berhasil Tertangkap
111
111. Menghadapi Perselisihan
112
112. Mendadak Romantis
113
113. Mengungkap Rahasia
114
114. Pembalasan dari Disa
115
115. Hadiah Terindah
116
116. Terungkap Semuanya
117
117. Telanjur Kecewa
118
118. Keputusan Terberat
119
119. Pergi Terlalu Jauh
120
120. Surat dari Elina
121
121. Keluarga Baru
122
Mengenang Adorable Friendship
123
122. Kembali ke Masa Itu
124
122. Melindungi Perasaan
125
123. Awal dari Bencana Terjadi
126
124. Pertemuan Singkat
127
125. Bertemu Gadis Aneh
128
126. Mulai Bersaing
129
127. Bertemu Lagi
130
128. Sahabat
131
129. Takut
132
130. Gadis Itu Lagi
133
131. Tentang Rumor
134
132. Cemilan
135
133. Mencari Tahu
136
134. Permintaan Devan
137
135. TIME ZONE VS TIME LOVE
138
136. Kenyataan yang Pahit
139
137. Saling Menguatkan
140
138. Menyetujui
141
139. Dia Dalangnya
142
140. Kembali Bertemu Gadis Aneh
143
141. Sebuah Alasan
144
142. Menjadi Kuat
145
143. Selangkah Lebih Dekat
146
144. Pertemuan Pertama Kita
147
145. Berbagi Perasaan
148
146. Memandang Lebih Luas
149
147. Tak Tik Jitu
150
148. Berita Mengejutkan
151
149. Dua Pihak yang Membingungkan
152
150. Rambut Ungu
153
151. Rencana Terselubung
154
152. Rekaman?
155
153. Awal Pertemuan Delana dan Disa
156
154. Partner Baru
157
155. Kelompok Detektif Dadakan
158
156. Sebuah Alasan
159
157. Strategi Selanjutnya
160
158. Nomor Misterius
161
159. Pasukan Tim yang Rewel
162
160. Hati yang Ragu
163
161. Perpustakaan dan Kisah Kita
164
162. Berterima Kasih
165
163. Akankah Dia Tahu?
166
164. Ketahuan
167
165. Penyakit Serius?
168
166. Sisi Lain Surya
169
167. Tentang Rasa Saling Percaya
170
168. Buku Diary Disa
171
169. Awal Pertemuan Devan dan Raya
172
170. Baikan
173
171. Kamu Datang!
174
172. Senja dan Cerita Kita
175
173. Tentang Hati yang Sesak
176
174. Teguran Keras
177
175. Dejavu
178
176. Khawatir
179
177. Bermanja Sehari
180
178. Terlupakan
181
179. Berdekatan Denganmu
182
180. Kamu Bersamanya Lagi
183
181. Sebuah Sisi Lain
184
182. Ingatan Masa itu
185
183. Hati yang Terluka
186
184. Patah Dua Kali
187
185. Lelehan Es Krim VS Lelehan Hati
188
186. Tentang Kamu
189
187. Apa Alasannya?
190
188. Tentang Sebuah Video
191
189. Alter Bertindak
192
190. Ternyata Disa
193
191. Praktikum Penumbuh Keakraban
194
192. Ledakan Perasaan
195
193. Jadwal yang Bentrok
196
194. Terasa Menyakitkan
197
195. Bersamamu, Aku Tenang
198
196. Sebab Lain
199
197. Saling Menjelaskan
200
198. Janji Kita
201
199. Lipatan Kertas Pemancar Isi Hati
202
200. Makna Sebuah Persahabatan
203
201. Mengetahui Sesuatu
204
202. Maaf
205
203. Sulit Dijelaskan
206
204. Ternyata Dia
207
205. Merasa Bersalah
208
206. Disa Berulah Lagi
209
207. Hari yang Kacau
210
208. Pilihan Terburuk
211
209. Tidak Tertebak
212
210. Sisi Lain Rey
213
211. Masa-masa yang Sulit
214
212. Teringat Kembali
215
213. Sebuah Akhir dari Seorang Lisa
216
214. Berita Mengejutkan
217
215. Curahan Hati Delana
218
216. Rencana yang Kacau
219
217. Seandainya Waktu Bisa Diputar Kembali
220
218. Tentang Egi
221
219. Berusaha Meluruskan Masalah
222
220. Mengungkap Hal yang Benar
223
221. Akhir dari Persahabatan Kita?
224
222. Tentang Kecewa
225
223. Berusaha Menyelesaikan
226
224. Teringat Kembali
227
225. Awal Keretakan Pertemanan Kita
228
226. Merasa Terlindungi
229
227. Saling Instrospeksi Diri
230
228. Fakta yang Mengecewakan
231
229. Sahabat yang Baik
232
230. Persahabatan yang Indah
233
231. Misi yang Direncanakan
234
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!