PART 14

Pagi itu Papa Haris yang datang ke kantor karena anaknya harus melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri selama beberapa hari ke depan bersama sekretarisnya. Mungkin selama 1 bulan ini Arsen akan sibuk berkeliling dari negara satu ke negara yang lainnya untuk mengajukan kerjasama dengan beberapa perusahaan yang ada di luar negeri.

Papa Haris dan mama Davina berjalan beriringan melewati lobby menuju ke lift. Saat melihat seorang office girl yang kebetulan melintas di dekatnya, papa Haris segera memanggilnya. "Hey, kamu!" Seru papa Haris kepada Kirana yang sedang menenteng peralatan kebersihan.

Kirana menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan bahwa memang dirinya yang dipanggil oleh bos besarnya itu bukan orang lain. "Sa-saya Tuan?" Kirana menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, kemarilah." Papa Haris melambaikan tangannya.

Cepat-cepat Kirana menghampiri Papa Haris. "I-iya Tuan, apa ada yang Tuan butuhkan?"

"Buatkan saya kopi." Pinta Papa Haris yang langsung dicegah oleh Mama Davina.

"No!" Seru Mama Davina. "Ingat umur! Kopi tidak baik untuk kesehatan Papa. Nanti kalau darah tinggi Papa kumat siapa juga yang repot." Cibir Mama Davina. "Buatkan teh hangat saja 2 nanti antarkan ke atas."

"Baik Bu. Apa ada lagi?" Tanya Kirana untuk memastikan apa saja yang dibutuhkan oleh Presdir beserta istrinya itu.

"Sudah, itu saja." Setelah mengatakan itu Mama Davina dan papa Haris langsung masuk ke dalam lift.

Kirana pun segera mengembalikan peralatan kebersihannya ke tempatnya kemudian segera menuju ke pantry untuk membuat teh.

"Siapa yang minta teh Ran?" Tanya Mei saat melihat sahabatnya itu keluar dari pantry dengan menenteng nampan yang berisikan dua gelas teh hangat.

"Bos besar sama istrinya." Sahut Kirana.

"Tumben Presdir datang ke kantor? Apa akan ada rapat? Tapi kenapa Bu Winda tidak menyuruh kita membersihkan ruang rapat?"

"Entahlah, aku juga nggak tau." Kirana menggelengkan kepalanya. "Aku ke atas dulu ya." Pamitnya pada Mei. Dan setelah mendapat anggukan dari sahabatnya itu Kirana langsung melesat menuju ke atas.

Tok.. Tok.. Tok..

Kirana mengetuk pintu ruangan Presdir. Setelah mendapat sahutan dari Mama Davina, Kirana segera mendorong pintu ruangan tersebut. "Teh-nya Bu." Ucap Kirana, tak lupa ia mengulas senyum terbaiknya.

"Letakkan saja di meja." Ujar Mama Davina.

Kirana pun segera meletakkan dua gelas teh hangat ke atas meja sesuai dengan permintaan istri dari Presdir itu.

"Kamu karyawan baru?" Tanya Mama Davina karena baru pertama kali ini Mama Davina melihat Kirana.

"Bukan Bu. Sebelumnya saya bertugas di lantai 2. Namun karena karyawan yang biasanya bertugas di lantai ini mengundurkan diri, maka saya yang dipindah ke lantai atas." Jelas Kirana.

"Owh, sudah berapa tahun kerja di sini?"

"Baru sekitar satu tahun ini Bu."

Mama Davina terlihat manggut-manggut. "Siapa nama kamu?"

"Kirana Bu, panggil saja Kiran."

"Umur?" Entah mengapa Mama Davina sekepo itu. Biasanya dirinya cuek dengan hal seperti itu. Bukannya dia tidak ramah dengan karyawan yang ada di kantor suaminya itu, hanya saja dirinya tidak pernah berinteraksi langsung dengan para karyawan. Namun Entah mengapa kali ini Mama Davina merasa tertarik dengan Kirana. Entah itu tertarik karena apa.

"20 tahun Bu."

"Nggak kuliah?" Tanya Mama Davina lagi yang hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Kirana "Ya sudah, kamu boleh kembali."

Kirana pun langsung pamit undur diri.

"Mama ngapain tanya-tanya begitu?" Ujar Papa Haris yang sejak tadi hanya diam saja memperhatikan istrinya.

"Hehe, nggak tau. Pengen aja nanya." Mama Davina terkekeh membuat Papa Haris menggelengkan kepalanya.

*****

Tiga Minggu berlalu....

Arsen sudah tiba di rumah sejak semalam. Tepat pukul satu dini hari mereka tiba di rumah. Dan pagi ini Arsen sudah bersiap untuk pergi ke kantor. Arsen melangkahkan kakinya menuju ke ruang makan di mana Papa dan Mamanya sudah menunggunya untuk sarapan bersama.

"Pagi Ma, pagi Pa." Sapanya seraya menarik kursi kemudian mendudukinya.

"Pagi..." Balas Mama Davina dan papa Haris bersamaan.

Sarapan pun dimulai. Mama Davina terlihat memindahkan beberapa lauk ke atas piring suami dan anaknya bergantian. Sedangkan dirinya hanya mengambil beberapa potong sayuran dan juga buah-buahan sebagai menu sarapannya pagi ini.

"Mama nggak makan nasi?" Tanya Arsen keheranan. Pasalnya, meskipun Mamanya itu banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, tapi Mamanya tidak pernah meninggalkan nasi. Selalu ada nasi di piringnya meski hanya sedikit. "Mana kenyang Ma?"

Mama Davina terkekeh. "Sudah, lanjutkan makan mu."

Arsen kembali melanjutkan makannya. Namun Baru beberapa suap yang masuk ke dalam mulutnya, Mamanya itu sudah membuat nafsu makannya menurun.

"Nanti pulangnya jangan kemaleman. Mama udah ngundang teman Mama untuk makan malam bersama di sini. Mama mau kenalin kamu sama anak temen Mama itu. Cantik, pasti kamu bakalan naksir sama dia."

Arsen menghela nafasnya pelan kemudian bangkit dari duduknya. "Nio berangkat dulu Ma, Pa." Pamit Arsen.

"Ingat, pulang sebelum jam tujuh malam." Mama Davina mengingatkan anaknya sekali lagi.

"Iya Ma." Dengan malas Arsen menjawab ucapan mamanya.

*****

"Letakkan berkas-berkas dan dokumen kemarin ke atas meja ku." Pinta Arsen kepada sekretaris Niko saat mereka tiba di kantor.

"Baik Tuan." Sahut sekretaris Niko kemudian segera berlalu untuk mengambil berkas-berkas yang dimaksud oleh atasannya itu. Yang tak lain adalah dokumen yang berisikan kontrak kerja antara perusahaan tempatnya bekerja dengan beberapa perusahaan yang ada di luar negeri.

Saat sekretaris Niko kembali ke dalam ruangan bosnya itu, sekretaris Niko segera meletakkan berkas-berkas tersebut ke atas meja kerja Arsen sesuai dengan permintaan bosnya.

"Mana kopi ku?!" Suara Arsen terdengar berat seolah menahan amarah.

"Eh, sebentar Tuan. Mungkin Kirana tidak tahu kalau pagi ini Tuan sudah kembali ke kantor." Sekretaris Niko segera memencet tombol intercom yang tersambung ke pantry. Sekretaris Niko langsung meminta untuk diantarkan kopi ke atas. Tak lupa sekretaris Niko meminta agar Kirana yang membuatkan kopi tersebut saat mendengar suara Bu Winda yang berada di ujung telepon.

*****

*****

*****

Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏

Terpopuler

Comments

Firman Firman

Firman Firman

semngat 💪

2024-04-09

1

Eny Hidayati

Eny Hidayati

Program perjodohan ... Arsen siap2kan dirimu...

2024-02-19

0

Aidah Djafar

Aidah Djafar

tambah kesel aj nih c Winda kopiny ngk laku wkwkwkwk

c ibu Presdir nanya ny kek sensus wkwkwkwk

2024-02-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!