PART 12

Bunyi denting peralatan makan yang beradu terdengar dari arah ruang makan keluarga Papa Haris. Keluarga harmonis itu sedang menikmati sarapannya pagi ini. Arsen pun terlihat lahap menyantap makanannya. Mama Davina dan papa Haris nampak saling pandang melihat anaknya itu. Dilihat dari raut wajahnya, anaknya itu seperti sedang bahagia. Entah bahagia karena apa mereka juga belum tahu. Mungkin saja karena sebentar lagi Arsen bakalan tahu tentang latar belakang Kirana karyawannya. Entahlah....

"Jadi kapan kamu akan memberikan menantu kepada Mama?" Ujar Mama Davina tiba-tiba hingga membuat Arsen tersedak.

"Uhuk.. uhuk.." Arsen langsung melotot ke arah mamanya.

Mama Davina hanya terkekeh kemudian mengulurkan segelas air putih kepada anak bujangnya itu. "Mama kan cuma tanya, kenapa melotot begitu?" Mama Davina terkekeh lagi. "Ada anak teman mama yang baru saja lulus kuliah jurusan kedokteran. Cantik, mau ya nanti Mama kenalkan sama dia?" Bujuk Mama Davina yang semakin membuat Arsen melotot.

Klunting!

Arsen langsung meletakkan sendok makannya dengan kasar ke atas piring. "Nio kan sudah bilang Ma, Nio paling nggak suka yang namanya perjodohan. Nio bakal cari sendiri calon istri Nio. Mama jangan khawatir. Secepatnya Nio akan bawa ke rumah." Arsen menghela nafasnya kasar kemudian bangkit dari duduknya. "Nio berangkat dulu Ma, Pa." Tak lupa Arsen mencium tangan kedua orang tuanya kemudian berlalu dari ruang makan karena di luar sana sekretaris Niko sudah membunyikan klakson sebanyak dua kali sebagai pertanda bahwa sekretaris Niko sudah tiba di kediaman Papa Haris.

*****

"Pak, Pak." Mei memukul kursi kemudi bagian belakang, membuat sang sopir angkot melirik ke belakang melalui kaca spion di depannya. "Nanti berhenti di bengkel yang ada di depan sana ya Pak."

"Siap mbak!" Ucap sang sopir angkot. Mei pun kembali duduk di samping Kirana.

Tak berselang lama angkot yang dinaiki oleh Kirana dan Mei berhenti di depan sebuah bengkel di mana motor Mei berada. Kirana dan Mei pun segera masuk ke dalam bengkel itu untuk mengambil motornya. Setelah membayarkan sejumlah uang kepada petugas bengkel, Mei segera melesatkan motornya menuju ke kantor.

Setengah jam kemudian mereka berdua sudah tiba di kantor. Mei perlahan mendekati Kirana yang saat itu sedang berganti pakaian kerja. Saat ini keduanya sedang berada di ruang ganti.

"Eh Ran," Mei mencolek bahu Kirana membuat Kirana menoleh ke arahnya. "Semalam sekretaris Niko ngomong apa sama loe?"

Dahi Kirana terlihat mengernyit karena tidak paham dengan pertanyaan yang Mei lontarkan. Kirana pun acuh dan melanjutkan memakai baju kerjanya.

"Ish, ditanya gitu aja nggak mau jawab." Mei mengerucutkan bibirnya karena kesal telah diabaikan oleh sahabatnya itu. "Apa semalam loe ditembak sama sekretaris Niko?"

Mata Kirana langsung melotot tajam ke arah sahabatnya itu yang dengan seenak jidatnya mengatakan sesuatu yang baginya sangat mustahil. Memangnya siapa dia hingga sekretaris Niko menembaknya? Kalau mimpi juga ada batasannya kali. Kirana memutar bola matanya malas.

"Kalau bicara itu jangan sembarangan." Kirana menepuk pelan mulut Mei. "Nanti kalau ada yang dengar bakalan jadi gosip." Lanjutnya. "Aku masih pengen kerja di sini dengan tenang. Jadi berhenti ngomong yang bukan-bukan."

"Iya, iya, maaf, habisnya sikap sekretaris Niko tadi malam aneh. Kayak ada yang mau dibicarain berdua sama loe. Makanya gue cepet-cepet pulang biar kalian bisa bicara."

"Semalam sekretaris Niko hanya ngobrol sama ayah. Aku aja nggak tahu kapan dia pulang. Aku udah tidur duluan setelah membuatkan kopi."

"Hah! Jadi semalam sekretaris Niko mampir ke rumah?" Mei terkejut. Apalagi saat melihat Kirana menganggukkan kepalanya. "Wah, wah, jangan-jangan dia mau melamar loe Ran?"

Pluk!

Kirana kembali menepuk mulut sahabatnya itu. Gemes sekali Kirana ingin rasanya mengunyet-unyet mulut Mei yang kalau bicara asal mangap aja tidak ada filter. Beruntung hari masih pagi jadi belum ada yang datang. Memang mereka berdua memilih berangkat pagi hari ini untuk mengantisipasi segala sesuatu yang akan terjadi. Misalnya seperti kemarin saat ban motor Mei kempes, sedangkan waktu sudah mepet. Akibatnya mereka berdua pun datang terlambat.

****

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul delapan pagi. Semua karyawan kantor sudah duduk di kursi kerjanya masing-masing. Arsen dan sekretaris Niko berjalan memasuki lobby menuju ke lift yang akan membawa mereka menuju ke lantai teratas.

Ting!

Pintu lift terbuka. Arsen segera melangkah keluar bersama sekretaris Niko yang mengikuti di belakangnya. Saat tiba di dekat pintu ruangan CEO, sekretaris Niko segera membukakan pintu untuk bosnya itu. Arsen langsung masuk ke dalam ruangannya dan langsung menuju ke kursi kebesarannya. Didudukkannya tubuhnya ke atas kursi. Mata Arsen terlihat menyapu atas mejanya, memperhatikan setiap dokumen yang ada di atas meja kerjanya seperti mencari-cari sesuatu.

"Dimana dokumen yang aku minta?!" Arsen mengeram seraya menatap tajam ke arah sekretarisnya.

"Dokumen?" Beo sekretaris Niko mengulang ucapan bosnya. "Dokumen apa Tuan?"

Tanpa basa-basi Arsen langsung melemparkan tumpukan dokumen yang ada di mejanya ke arah sekretaris Niko hingga membuat dokumen-dokumen itu berserakan ke lantai.

"Ma-maaf Tuan, tapi saya benar-benar tidak tahu dokumen apa yang Tuan maksud." Sekretaris Niko menundukkan kepalanya.

"Dokumen yang berisikan latar belakang tentang gadis itu?!" Bentak Arsen.

"Owh," Sekretaris Niko hanya membulatkan bibirnya. Hampir saja kotak tisu yang ada di atas meja melayang ke arahnya kalau saja dirinya tidak cepat melanjutkan ucapannya. "Tidak ada dokumen Tuan. Saya sendiri yang datang ke rumahnya semalam. Setelah mengantarkan Tuan pulang, saya kembali lagi ke kantor untuk mengantarkan Kirana dan Mei pulang karena hingga larut malam mereka tidak mendapatkan angkot." Jelas sekretaris Niko. "Semalam saya sudah berbincang banyak dengan orang tua Kirana." Akhirnya sekretaris Niko mengatakan semua yang ia bicarakan dengan Pak Irwan ayahnya Kirana kepada bosnya itu. Termasuk ayahnya Kirana yang kehilangan penglihatannya serta penyebabnya.

Seulas senyum smirk langsung tersungging di bibir Arsen saat mendengar semua yang dikatakan oleh sekretarisnya itu.

*****

*****

*****

Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏

Terpopuler

Comments

Firman Firman

Firman Firman

ha ha babang arsen 😄🤭 pasti ada udahng di benak fikirannya

2024-04-09

2

Alifah Azzahra💙💙

Alifah Azzahra💙💙

Pasti ada rencana nih di balik senyum liciknya itu 🤣

2024-03-30

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

pasti ada sesuatu..

2024-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!