PART 3

Tak berselang lama Kirana sudah kembali lagi ke ruang CEO dengan membawa sapu dan juga sekrop. Kirana langsung membersihkan pecahan gucci setelah sekretaris Niko mempersilahkannya.

Di sapunya pecahan gucci itu hingga bersih. Bahkan Kirana sampai berjongkok mengedarkan pandangannya ke arah kolong-kolong meja dan juga sofa untuk memastikan semua sudah bersih dan tidak ada lagi pecahan gucci yang tertinggal.

"Bersihkan dengan benar, jangan sampai ada yang tertinggal!"

Dugh!

"Auuuhh!"

"Eh," Sekretaris Niko ikut terkejut.

Suara berat dan tegas Arsen membuat Kirana ketakutan hingga membuat jidatnya terbentur pinggiran meja. Sekretaris Niko yang melihat itu segera menghampiri Kirana.

"Ceroboh!" Suara Arsen kembali terdengar namun ia acuh dengan drama yang ada di depannya.

"Kamu nggak papa?" Tanya sekretaris Niko menunduk memperhatikan Kirana yang masih mengusap-usap bagian yang terbentur. Terlihat jelas jidat itu nampak memerah dan sedikit benjol.

"Eng-enggak papa pak." Kirana segera beranjak. Namun karena tidak memperhatikan keadaan sekitar, kepala Kirana kembali membentur pinggiran meja. "Auuuhh!"

"Eh, hati-hati." Sekretaris Niko langsung membantu Kirana berdiri.

"Keluar dari ruangan saya!" Ujar Arsen tanpa mengalihkan pandangannya.

"Ba-baik Tuan." Ucap Kirana takut-takut. Bahkan dirinya hampir menangis karena merasakan sakit pada jidat dan kepalanya. Dan sekarang ditambah pula dengan ucapan bosnya yang terdengar seperti sebuah bentakan di telinga Kirana.

"Ayo aku bantu." Sekretaris Niko langsung meraih sapu dan juga sekrop dari tangan Kirana kemudian membimbing gadis itu keluar dari ruangan bosnya.

Kirana hanya menurut saja tanpa bantahan. Sesampainya di luar ruangan, air mata yang sejak tadi ditahannya tiba-tiba mengalir begitu saja. Sakit di kepalanya tidak seberapa dibandingkan dengan hatinya. Entah mengapa Kirana merasa sakit hati saat mendapat bentakan dari bosnya. Mungkin karena ini adalah pertama kalinya Kirana diperlakukan seperti itu oleh bosnya. Tapi bukankah dirinya sudah terbiasa dengan perlakuan seperti itu? Lantas apa yang membuatnya sakit hati?

"Eh, kok nangis?" Sekretaris Niko terkejut saat mendengar isakan kecil dari Kirana. Reflek ia mengulurkan sapu tangannya kepada Kirana. Kirana pun langsung meraihnya dan langsung menggunakannya untuk mengelap air mata serta ingusnya yang ikut keluar. Entah sadar atau tidak dirinya. Yang pasti apa yang dilakukannya itu terlihat lucu di mata sekretaris Niko.

"Udah ya, jangan diambil hati. Suasana hati Tuan Arsen saat ini sedang tidak baik." Sekretaris Niko mencoba menenangkan Kirana. Kirana hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.

"Terimakasih pak." Kirana menyerahkan sapu tangan yang tadi digunakannya untuk mengelap ingus dan air matanya kepada sekretaris Niko.

Melihat itu sekretaris Niko bukannya bergidik jijik tapi malah terkekeh. "Ambil saja buat kamu. Aku masih punya banyak." Tolak sekretaris Niko. Dia tidak mungkin meminta kembali barang yang sudah diberikan kepada orang lain.

"Sekali lagi terimakasih pak." Kirana memasukkan sapu tangannya ke dalam saku bajunya kemudian meraih peralatan kebersihan yang masih berada di genggaman sekretaris Niko. "Kalau begitu saya permisi dulu. Maaf kalau saya sudah melakukan kesalahan."

"Tidak!" Sahut sekretaris Niko. "Kamu sudah bekerja dengan baik. Kembali lah."

Kirana mengangguk kemudian segera berlalu. Pandangan sekretaris Niko bahkan tidak beralih sedikitpun dari punggung kecil Kirana hingga punggung itu hilang ditelan pintu lift.

"Lucu sekali gadis itu. Ck!" Sekretaris Niko berdecak saat menyadari ucapannya. Sekretaris Niko tidak membantah jika dirinya memang tertarik dengan Kirana. Namun itu hanya sebatas ketertarikan belaka dan belum ada niatan atau tekad untuk memilikinya.

Sekretaris Niko melangkah kembali masuk ke dalam ruangan bosnya dan mendapati bosnya itu sedang menyeruput kopi hitam yang seharusnya menjadi miliknya. Sekretaris Niko ikut menelan ludahnya seolah merasakan kopi itu mengalir melewati tenggorokannya.

"Permisi Tuan, apa ada yang Anda butuhkan lagi? Kalau tidak saya akan kembali ke ruangan saya lagi."

"Pergi sana! Jangan masuk ke sini kalau aku tidak menyuruhmu datang!"

"Baik Tuan!" Sekretaris Niko segera berbalik meninggalkan ruangan bosnya. Setibanya di depan ruangannya, sekretaris Niko hanya melewatinya begitu saja. Langkah kakinya terus saja melaju hingga masuk ke dalam lift. Tujuannya saat ini adalah pantry. Ia ingin memastikan sekali lagi bahwa Kirana baik-baik saja. Meskipun dia tau kalau saat ini Kirana pasti sedang kesakitan.

"Kamu sih nggak hati-hati." Suara Mei terdengar hingga keluar ruangan.

"Aku kan takut Mei, tubuh ku aja sampai gemetaran." Sahut Kirana.

"Sudah!" Suara kepala OB yang sedang berada di pantry menyahut cepat. "Lain kali jangan ceroboh!" Lanjutnya lagi. "Awas aja kalau kamu sampai membuat kesalahan di depan Pak bos. Aku pindahkan kamu di bagian ngosek WC."

Sekretaris Niko yang saat itu sudah tiba di depan pantry jelas saja mendengar semua percakapan mereka. Ia langkahkan kakinya memasuki pantry. Bu Winda wanita yang berusia sekitar 40-an dan menjabat sebagai kepala OB itu seketika mengatupkan bibirnya. Bu Winda langsung melangkah menghampiri sekretaris Niko.

"Selamat siang pak. Apa ada yang bapak butuhkan?"

"Tidak Bu. Saya hanya ingin memastikan apakah Kirana baik-baik saja." Sahut sekretaris Niko seraya menatap ke arah Kirana yang sedang diobati oleh Mei rekannya.

"Sa-saya baik-baik saja Pak. Saya sudah tidak apa-apa." Kirana pun segera menyahut.

"Apa perlu dibawa ke dokter?" Sekretaris Niko melangkah mendekati Kirana. Mei segera mundur dari tempatnya. Saat tiba di depan Kirana, sekretaris Niko menunduk. Tangannya terulur memegang jidat benjol Kirana. "Ini bengkaknya lumayan lho." Tanpa sadar sekretaris Niko mengelus-elus pelan jidat benjol Kirana membuat Kirana terdiam karena terkejut dengan perlakuan sekretaris Niko kepadanya. Begitu pula dengan Mei dan juga Bu Winda yang masih berada di sana. Mereka juga terdiam memperhatikan interaksi antara sekretaris Niko dengan Kirana.

Saat menyadari apa yang dilakukannya, sekretaris Niko segera menarik tangannya kemudian berdehem pelan untuk menetralisir keadaan.

"Ehem! Baiklah kalau memang tidak perlu ke dokter. Kalau begitu saya kembali. Jika kamu merasa kurang baik, kamu boleh pulang lebih awal." Sekretaris Niko langsung berlalu meninggalkan pantry.

Mei hampir saja memekik karena saking terkejutnya dengan perlakuan sekretaris Niko yang ditujukan kepada sahabatnya itu. Namun cepat-cepat dirinya membungkam mulutnya dengan kedua tangannya. Apalagi saat melihat Bu Winda melotot horor ke arah mereka.

*****

*****

*****

Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏

Terpopuler

Comments

Ayu Kristina

Ayu Kristina

susunan katanya bagus 👍

2024-04-25

1

Firman Firman

Firman Firman

lnjut Kirana ttplah semngat

2024-04-09

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

makanya Arsen jadi lelaki yang baik bukan main celup.... rasakan burung mu sudah tidak on 🤭

2024-03-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!