Perjanjian
Darwin baru saja selesai meeting dengan rekan kerjanya. Darwin keluar dari ruangan itu bersama Pratiwi asistennya, Tiwi mengikuti di belakang dengan sedikit berlari mengimbangi langkah bos-nya yang cepat.
“Jadwal meeting setelah jam makan siang kamu tunda semua. Hari ini saya ada acara keluarga,” ucap Darwin makin mempercepat langkahnya.
“Baik Pak,” jawab Tiwi berhenti mengikuti Darwin dengan nafas terengah-engah.
Darwin masuk ke ruang kerjanya kembali meneruskan pekerjaannya, matanya tidak berkedip dari laptop di depannya.
Rttthhhh ... rthhhhh.
Suara getar ponsel Darwin.
“Halo Pa ...” sapa Darwin.
“Halo, Nak. Kamu tidak lupa acara makan malam keluarga, kan?” tanya Marco
“Iya, Pa,” jawab Darwin singkat.
“Sudah kamu tunda semua pekerjaannya?” tanya Marco lagi.
“Sudah,” jawab Darwin.
“Kamu pulang lebih awal ya, yasudah lanjutkan pekerjaanmu.” Marco pun mengakhiri panggilan.
Jika bukan permintaan papanya sungguh malas ikut acara seperti itu, Darwin jarang sekali makan dengan keluarganya, apalagi pulang ke rumah, Darwin tinggal sendirian di apartemennya.
Ting! Bunyi pesan masuk.
“Ntar malam gue tungguin di club biasa.” Isi pesan Kelvin.
“Gue absent, ada acara keluarga ntar malam,” balas Darwin.
* * *
Malam harinya di rumah keluarga Marco Antonio. Dimeja makan telah tersedia berbagai macam jenis makanan, para pelayan sibuk mempersiapkan dan mengaturnya dengan rapih.
Darwin yang baru tiba melihat kondisi tersebut menyipitkan matanya. “Perasaan gue gak enak,” lirih Darwin.
Martha Christina ibunda tercinta Darwin yang setiap permintaannya tidak mungkin ditolak oleh Darwin itu, melihat anaknya tiba ia menyambut dengan hangat.
“Mama rindu kamu sayang, kenapa jarang sekali pulang, Nak?”
“Sibuk urusan kantor, Ma.”
“Kamu terlihat kurus sayang, jangan terlalu sering bergadang.”
“Gak kok Ma. Kenapa banyak makanan Ma, siapa yang datang?”
“Nanti kamu lihat sendiri,” ucap Martha menyudahi obrolannya.
Kemudian Darwin duduk disebelah Papanya, mereka membicarakan tentang bagaimana dengan situasi Kantor saat ini. Yang terdengar hanya pembahasan tentang pekerjaan tidak ada pembahasan lain, karena semenjak Darwin ambil alih papanya tidak lagi masuk kantor, hanya sesekali menanyakan pada Darwin atau melihat informasi dari televisi.
“Maaf mengganggu Tuan, tamu sudah datang,” ucap Marni, pembantu rumah Darwin memberi tahu.
Marco bangkit dari tempat duduknya, menghampiri tamunya yang tak lain adalah rekan bisnisnya dulu. Terlihat seorang pria sebaya dengan Marco bersama seorang wanita cantik itulah Anaknya.
“Mari masuk,” ajak Marco sembari mereka berpelukan hangat .
“Lama sekali kita tidak berjumpa, kamu semakin sehat saja," ujar Simoncelli menepuk pundak Marco.
“Bisa saja kamu, ini Anak kamu Simon?” tanya Marco melepaskan pelukannya. Marco menatap Anaknya Simon.
Ritha menghampiri Marco mencium punggung tangannya. “Om ... " panggil Ritha tersenyum.
“Siapa namamu, Nak?” tanya Marco mengelus rambut pirang Ritha.
“Ritha. Ritha Amelia Om ...” jawab Ritha memperkenalkan diri.
Martha menghampiri tamunya, sedari tadi ia sibuk membantu pelayan. Martha tidak tahu tamunya sudah tiba.
“Tamu bukan diajak masuk, malah asik mengobrol, gimana sih Pa,” ujar Martha, ia menyenggol lengan suaminya.
Martha merangkul bahu Ritha jalan beriringan, bibirnya tersenyum lebar sepertinya ia suka pada Ritha.
“Silahkan duduk.” Marco mempersilahkan pada Simon dan Ritha.
“Anakmu mana Marco?” tanya Simon.
“Ma, mana Darwin, panggil kemari. Seperti gadis dapat pinangan saja dia,” ujar Marco membuat Ritha dan Simon tertawa.
“Papa ini bisa saja ngomong gitu di depan tamu terhormat kita,” jawab Martha, "Darwin lagi ke kamar mandi sebentar.”
Sesaat kemudian datang Darwin menghampiri mereka semua, Simon berdiri menyambut kedatangan Darwin. Darwin menundukkan kepalanya mencium tangan Simon.
“Gagah dan tampan sekali Anakmu Marco,” puji Simon.
“Sayang, kenalin ini Ritha calon istrimu,” ucap Martha.
Darwin membulatkan matanya. “Calon istri?” tanya Darwin. Ritha menjulurkan tangannya bersalaman dengan Darwin dengan wajah datar karena pertanyaan barusan.
“Iya sayang, Mama sengaja gak beritahu dulu, biar sureprise gitu buat kamu,” jawab Martha melihat wajah Ritha kurang senang.
“Yasudah nanti kita bicarakan lagi, mari kita makan dulu,” pinta Marco menyudahi obrolan itu.
* *
Selesai makan mereka pindah keruang tengah, dan mengobrol hangat hanya obrolan ringan sih sebenarnya.
Raut wajah Darwin kurang suka. “Sangat membosankan,” gumam Darwin dalam hati.
“Darwin hebat, sama seperti mu dulu Marco, Masih muda mampu mengembangkan perusahaan sampai maju pesat seperti sekarang,” puji Simon tersenyum pada Darwin.
“Saya hanya melanjutkan saja, Om," jawab Darwin merendah.
“Anakmu juga hebat, Mas,” timpal Martha pada Simon.
Ritha baru dua Bulan yang lalu pulang, selama ini Ritha diluar negeri menempuh pendidikannya, Ritha anak pertama Simon yang akan melanjutkan perusahaan Simon, sedangkan adiknya masih SMA.
“Sekolah sudah selesai, rencana kamu selanjutnya apa, Nak?” tanya Marco.
“Melanjutkan usaha Papi tentunya Om, dan menjadi ibu rumah tangga yang baik juga pastinya,” ucap Ritha Seraya mengarahkan pandangannya ke arah Darwin. Sementara Darwin memutar bola matanya tajam kearah Ritha.
“Calon menantu idaman." Martha mengelus bahu Ritha dan tersenyum bahagia ke arah Darwin.
Ritha tampaknya menyetujui perjodohan itu, bagaimana tidak Darwin sangat tampan, tinggi, kulit putih dan hidung mancung, badannya sangat proporsional.
Darwin berpikir bagaimana caranya kabur dari situasi yang membosankan itu, kemudian ia merogoh sakunya lalu ia mengeluarkan handphonenya.
“Halo, iya, gimana, akan segera saya bereskan secepatnya.” Darwin berpura-pura menerima telepon.
“Ada apa, Nak?” tanya Marco.
“Soal kerjaan Pa, maaf, ya?” ucap Darwin.
“Tidak apa-apa, kami juga mau pamitan sudah larut. Sebaiknya lain kali saja kita bertemu lagi,” ujar Simon berpamitan pada tuan rumah.
“Kenapa buru-buru?” tanya Martha.
“Gak apa-apa Tante, kan besok-besok Ritha bisa datang kesini lagi,” jawab Ritha agresif.
“Iya sayang, Tante gak punya Anak perempuan, sering-sering mampir ke rumah Tante, ya?” pinta Martha. Ritha mengangguk sambil tersenyum.
Lalu merekapun berpamitan, Marco dan Martha mengantarkan mereka ke depan. Saat Simon dan Ritha menghilangkan dari pandangan mereka, baru mereka berdua masuk.
Darwin bangkit dari duduknya mengambil kunci mobil mewahnya, ingin segera pergi. Namun, langkahnya terhenti karena Martha memanggilnya.
“Bisa kita bicara dulu, duduk sebentar,” pinta Martha.
“Tentukan waktu yang tepat untuk kita lakukan pertunangan ini,” kata Marco.
Darwin membulatkan matanya. “Apaan sih Pa. Kenal juga enggak, main tunangan aja,” jawab Darwin kesal.
“Mama mau segera punya cucu sayang, Mama kesepian di rumah,” ucap Martha.
“Tapi dia kenal kamu, sayang,” Marco ikut berkomentar.
“Tapi aku gak Pa, lagian dia kenal palingan juga dengar berita di Televisi doang,” balas Darwin memutar bola matanya tajam.
“Lagian umurmu sudah 35 tahun-an masih betah lama-lama sendiri,” sergah Martha mulai kesal.
“Darwin punya pilihan sendiri Ma,” sanggah Darwin.
Boro-boro punya pacar, gebetan saja ia tak punya. Jawaban Darwin membuat kedua orangtuanya terdiam.
“Kalau kamu punya pilihan sendiri, kenalkan biar kami tau,” jawab Marco.
“Kalau memang benar kamu punya pilihan sendiri, Mama tunggu waktu sebulan kamu siap kenalin ke Mama,” ucap Martha.
Darwin merasa pusing mendengar permintaan Mamanya. Lalu ia bergegas pergi meninggalkan rumah orang tuanya, ia menuju ke club, tempat dimana biasanya ia menghilangkan rasa jenuh bersama teman-temannya.
Jangan lupa like ya.
Baca novel A BIG MISTAKE juga ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Alika
lanjutkan
2022-04-20
0
Nasrullah
wow
2020-11-02
0
momnya🦆🐊Algi
aku mulai baca nih...
2020-10-22
1