Darwin mengikuti Asmira, tanpa perlu waktu yang lama dengan langkahnya yang cepat ia sudah berada di samping Asmira.
“Maaf in gue, gue janji enggak akan ulangi.” Darwin angkat dua jarinya dengan senyum lebar.
“Jangan senyum gitu aku enggak suka,” jawab Asmira berpaling dari Darwin.
“Orang minta maaf ya senyumlah,” sahut Darwin.
“Tapi Mas ganteng banget, aku enggak tahan,” jujur Asmira.
Deg
Jantung Darwin tidak bersahabat, ia langsung mempercepat langkahnya takut Asmira mendengarnya.
Rthhhhh ... rthhhhh.
“Halo, Pak. Dua puluh menit lagi kita ada pertemuan,” kata Pratiwi di seberang sana.
“Ya, sebentar lagi saya ke sana, kamu persiapkan semua,” jawab Darwin. Lalu memutuskan telepon dengan Pratiwi.
Asmira tiba di depan rumahnya, masih dengan wajah cemberut.
“Gue harus pergi dulu ada kerjaan, lu habis ini mau ke mana lagi?” tanya Darwin.
“Enggak ada sih, cuma mau ke pasar, di dapur kosong enggak ada apa-apa lagi,” jawab Asmira.
“Ayo gue antar sekalian gue balik,” tawar Darwin.
“Enggak apa-apa Mas aku pesan Go-jek, lagian Mas buru-buru,” tolak Asmira.
“Ya udah gue balik ya.” Darwin pun meninggalkan rumah Asmira.
*
Darwin baru selesai melakukan pertemuan dengan klien yang agak kacau balau. Karena ia kurang fokus, pikirannya tertinggal di rumah Asmira. Tapi ia menolak mengatakan ya, hati dan pikirannya belum sinkron.
“Sebaiknya Bapak istirahat saja dulu, sepertinya Anda kurang sehat,” ujar Pratiwi.
“Enggak apa-apa saya baik-baik saja, kamu lanjut kerja sana!” perintah Darwin.
Ting! Bunyi pesan masuk.
ABG tua.
[Sorry Bro, gue baru balik dari luar negeri ayo kita ketemu.]
“Sialan nih abege tua.” Darwin mengabaikan pesan Kelvin.
*
Darwin merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu Apartemen mewahnya, dengan memejamkan mata kakinya yang satu di atas meja yang satu di lantai dengan kemeja beberapa kancing terbuka, ia baru pulang kantor.
Darwin meraih telepon genggamnya, karena ada pesan masuk.
[Gue depan pintu apartemen lu, cepat buka.]
Darwin melangkah gontai menuju pintu dan membukanya.
“Hai, Brother,” sapa Kelvin.
Darwin langsung masuk, ia tidak menggubris sapaan Kelvin, Darwin hanya mengangkat tangannya tanpa menoleh.
“Eh, sialan lu, ada tamu datang pulang dari luar negeri pula, enggak disuruh masuk pun,” maki Kelvin.
“Harusnya enggak gue bukai pintu tahu rasa, diri di sana sampai keriput lu,” jawab Darwin dengan wajah tidak bersahabat.
“Apaan sih, kayak cewek lagi datang bulan lu, gue bawa in oleh-oleh dari Jepang buat lu ni.” Kelvin memberi sebuah tas kecil.
“Ngapain lu ke jepang?” Sambil tangannya membuka isi tas itu.
“Jemput adik gue, sekalian dia liburan kuliah, mama kangen suruh jemput dia,” jelas Kelvin.
“Sialan lu kasih gue yang jam tangan pasangan.” Darwin melemparkan tas itu ke atas meja setelah mengetahui apa isi tas tersebut.
Kelvin tersenyum puas. “Ambil saja, hadiah enggak usah ditolak, lagian mahal banget itu harganya,” jawab Kelvin.
“Tunggu in gue di sini, kita pergi cari makan, gue mau mandi bentar enggak lama.”
* * *
Asmira sedang asyik memasak di dapur, sesekali ia bernyanyi riang. Lagu milik caca Handika penyanyi dangdut itu. Ya begitulah, Asmira menghibur diri sendiri.
Selesai masak dan makan Asmira segera mandi membersihkan badannya yang terasa lengket, mulai dari tadi pulang belanja dan masak ia belum sempat mandi.
Siap mandi, Asmira merebahkan tubuhnya di kasur dengan mengenakan piama tidurnya.
“Aku rindu dua sahabatku yang dulu, apa kabar kalian, aku rindu,” lirih Asmira.
Entah mengapa, ia teringat dua sahabatnya itu sahabat masa SMP-nya dulu, lalu SMA mereka terpisah karena Jessica tidak punya uang membiayai sekolah Asmira di SMA populer. Tapi Asmira kehilangan kontak salah satu sahabatnya.
Lalu Asmira memejamkan matanya, muncullah wajah Darwin di matanya, ia buru-buru membuka matanya.
“Kenapa mas Marcell?” tanya ia pada diri sendiri.
Setelah beberapa kali ia memejamkan mata namun tetap saja wajah Darwin yang muncul.
Akhirnya, Asmira menarik selimut dan tidur sampai ia terlelap.
Keesokan harinya, Asmira pergi ke kampus untuk membuat surat non aktif sementara waktu, sampai ia mempunyai uang dan melanjutkan kuliahnya sendiri. Langkahnya terhenti. Karena tiba-tiba ponselnya berbunyi.
“Halo ... siapa, ya?” tanya Asmira.
“Ini gue,” sahut pria di balik telepon. Asmira mengenali suara itu.
“Ini lu Bastian?” tanya Asmira ragu.
“Ayo kita ketemu, gue baru balik dari Jepang,” ajak Bastian.
“Baru semalam gue rindu sama kalian, Nindy apa kabar?” tanya Asmira.
“Ayo kita ketemu, nanti gue cerita in,” jawab Bastian.
Lalu mereka bertemu di sebuah kafe, Asmira sangat bahagia bertemu dengan sahabatnya lagi, sudah hampir 3 tahun mereka tidak bertemu hanya sesekali memberi kabar.
"Lo makin hari makin saja cantik Mir," puji Bastian.
“Lo juga makin ganteng makan apa lu di sana?” tanya Asmira tidak mau kalah.
Bastian tertawa mendapat pertanyaan dari Asmira. “Lo dari dulu enggak berubah ya, masih saja kocak kayak dulu,” jawab Bastian.
“Nindy apa kabar Bas?” tanya Asmira.
“Sorry Mir, gue enggak tahu di mana Nindy,” jawab Bastian.
“Lo kan udah janji ke gue, bakal cari tahu keberadaan Nindy, kan dia di Jepang juga,” jawab Asmira sedih.
“Udah gue cari, tapi enggak ketemu, gue dapat alamat rumah yang dulu dia tinggal, pembeli itu bilang, kalau perusahaan ayah Nindy diambang kebangkrutan. Mereka beli rumah itu dengan harga murah,” jelas Bastian, "Terus gue tanya ke mana mereka pergi tapi mereka tidak tahu,” sambung Bastian.
“Pasti Nindy butuh kita, kasihan dia.” Asmira sedih mendengar cerita tentang sahabatnya itu. Meskipun, hidupnya jauh lebih buruk daripada Nindy.
“Suatu saat pasti kita akan ketemu Nindy, lu tenang ya, Mir,” kata Bastian.
“Lo berapa lama di sini?” tanya Asmira.
“Enggak lama, cuma liburan sebentar doang, minggu depan atau kapan-kapan kita ketemu lagi ya, soalnya besok gue mau ke tempat GrandMa gue,” jawab Bastian.
“Iya Bas, lu telepon gue, ya,” sahut Asmira.
“Kuliah lu gimana, mbak Jessica apa kabar?” tanya Bastian.
“Mbak Jessica, kuliah gue juga lancar-lancar saja, everything's fine,” jawab Asmira berbohong.
Mungkin saat ini bukan waktu yang tepat menceritakan kepada Bastian, itu hanya akan merusak suasana hari ini. Mengingat, sudah lama mereka tidak bertemu, tidak mungkin hari ini Asmira ceritakan masalahnya pada Bastian. Begitu pikir Asmira.
“Kak Kelvin di sini lu pernah ketemu?” tanya Bastian.
"Gue enggak pernah ketemu, lagian kalau ketemu gue juga udah lupa wajah kak Kelvin,” jawab Asmira.
Mereka mengobrol panjang lebar, melepaskan kerinduan satu sama lain. Sesekali bercerita tentang masa lalu saat di sekolah dulu.
Bastian adalah salah satu di antara semua murid dari kalangan berada yang mau bersahabat dengan Asmira.
Jangan lupa klik Like ya...
Baca novel A BIG MISTAKE juga ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
ega
𝘣𝘢𝘨𝘶𝘴𝘴
2023-07-28
0
Nasrullah
bgus bget , gemezzzz
2020-11-02
0
momnya🦆🐊Algi
kenapa usia darwin 35 sih kan ketuaan.
2020-10-22
1