Salah Menaruh Rasa

Salah Menaruh Rasa

RAISA ISABELLA

“Tunggu,” teriak seorang gadis yang berlari tergopoh-gopoh karena gerbang sekolah hendak di tutup. Ini adalah ke sekian kalinya ia terlambat datang ke sekolah.

“Telat lagi, Neng?” tanya Pak Satpam pada gadis remaja tersebut.

“Iya, Pak. Maaf, ya, Pak. Lain kali akan berangkat lebih pagi lagi,” ujarnya pada satpam sekolah.

“Iya, Neng. Buruan masuk udah mau bel, lho,” ingat Pak Satpam.

“Eh, iya. Terima kasih, Pak,” katanya kemudian berlalu meninggalkan gerbang sekolah menuju kelasnya.

Gadis cantik dengan beberapa peluh di wajahnya. Namun, hal tersebut tak mengurangi kecantikannya. Kecantikan alami yang ada di wajahnya itu merupakan turunan dari ibunya. Hanya saja, ibunya selalu bilang bahwa kecantikannya adalah anugerah Tuhan.

Gadis dengan rambut dikuncir kuda tersebut adalah Raisa Isabella. Salah satu siswi di SMA Merak Merdeka 2, Jakarta. Salah satu sekolah swasta yang ada di Ibu Kota. Raisa dapat masuk sekolah Merak Merdeka 2 karena mendapat beasiswa. Sejak SMP, Raisa terkenal dengan siswa yang pintar. Ia selalu mendapat beasiswa untuk pendidikannya. Raisa Isabella dengan kepandaiannya, ulet, rajin, pendiam, cuek dan malas berinteraksi.

Tepat saat bel berbunyi, Raisa sampai di kelasnya. Ia duduk di bangku pojok paling belakang seorang diri. Ia tak mempunyai teman sejak di bangku sekolah dasar. Bisa dibilang karena Raisa malas berbasa-basi dengan orang-orang. Hidupnya hanya diisi dengan belajar, sekolah, bekerja, dan bertahan hidup.

Raisa hidup bersama ibunya di rumah sederhana dan tidak terlalu ramai oleh hiruk-pikuk kota. Ia juga bekerja sebagai pelayan kafe untuk mencukupi kebutuhan sekolahnya. Raisa bekerja di Melody Cafe, cafe anak muda yang sedang booming. Selama bekerja ia tak pernah tahu siapa bosnya. Karena bosnya itu selalu tinggal di luar negeri dan mempercayakan bisnisnya pada asistennya.

...****************...

Pembelajaran hari ini akan segera di mulai. Meski Raisa duduk di bangku paling belakang, namun itu tak membuatnya menjadi bodoh. Ia dengan mudah memahami setiap pembelajaran yang disampaikan oleh guru mapel. Raisa menjadi murid teladan dan kesayangan bagi guru-gurunya.

Saat bel istirahat berbunyi, Raisa hanya diam di kelas atau pergi ke perpustakaan bila perlu. Raisa jarang sekali ke kantin karena ia sayang uangnya. Tadi pagi sudah sarapan masa harus jajan? Itu prinsip Raisa. Terkadang ia akan membawa bekal ketika tidak malas memasak. Karena memang sedari pagi, ibunya sudah bekerja menjadi buruh cuci di rumah-rumah.

“Si cupu mana?” tanya seorang siswi lainnya pada teman Raisa.

“Di kelas, Kak,” jawab siswi tersebut.

Tanpa menunggu aba-aba, siswi yang notabennya adalah kakak kelas tersebut langsung menyelonong masuk ke kelas Raisa.

“WOI,” sentaknya menggebrak meja Raisa.

Sontak saja, Raisa yang tengah membaca buku pun terlonjak kaget. Meski pun kaget, Raisa tetap santai menanggapi kakak kelasnya tersebut. Baginya sudah biasa mendengar ocehan kakak kelasnya ini. Makanan sehari-harinya di sekolah itu katanya.

“Lu ga ada bosan-bosannya apa?” tanya kakak kelas yang tak lain adalah Audy.

Raisa masih diam sembari melanjutkan aktivitas membaca bukunya.

“Woi, kalau orang ngomong tu didengar!” seru salah satu teman Audy, Sinta namanya.

Raisa hanya menoleh sekilas ke arah Audy dan Sinta.

“Mau lu apa sih?” tanya Raisa mulai malas menanggapi kakak kelasnya yang suka mencari ribut dengannya.

“Gampang aja sih, jauhi Rasya!” jawab Audy mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan.

“Rasya?” beo Raisa dengan nada datar.

“Gua ga ada urusan sama dia!” tegas Raisa.

“Oh gitu? Tapi sayangnya kita ga percaya!” seru Nayla, teman Audy yang satunya.

“Gua kemarin lihat lu boncengan sama Rasya. Ngaku aja deh lu,” kata Nayla pada Raisa.

Raisa menghela napas pelan. “Terus urusan lu apa?” tanya Raisa.

“Gua ga suka aja lihatnya,” jawab Nayla.

“Rasya ga pantas sama cewek miskin kaya lu!” seru Audy menunjuk ke arah Raisa.

“Rasya cocoknya sama gua. Udah sepadan, seangkatan, sehati tinggal bentar lagi,” ucap Audy dengan sombongnya.

“Oh doang sih,” kata Raisa malas.

“Udah deh mending kalian pergi!” usir Raisa malas berlama-lama dengan ketiga kakak kelasnya itu. Raisa menamai mereka dengan Trio Wek-Wek Brengsek.

“Gua peringati sekali lagi. Jauhi Rasya!” seru Audy berlalu meninggalkan ruang kelas Raisa.

"Inget itu!" imbuh Nayla menunjuk Raisa. Sedangkan Sinta, melenggang pergi dengan mengibaskan rambutnya di depan Raisa.

“Ga waras,” gumam Raisa melihat kelakuan kakak kelasnya.

Audy nih guys.

Akhir-akhir ini, Raisa memang sering pulang diantar Rasya, kakak kelasnya. Meski, rumah mereka tidak searah. Rasya tak masalah soal itu.

...****************...

"Raisa," panggil seseorang di parkiran sekolah.

Raisa yang saat itu tengah berjalan menuju gerbang untuk menunggu angkutan umum pun menoleh ke sumber suara.

"Mau pulang?" tanya lelaki itu seraya menghampiri Raisa.

"Hmm," jawab Raisa datar.

"Mau bareng ga?" tanya lelaki itu.

Raisa diam berpikir. Ia malas jika esok harinya akan kembali dilabrak oleh Audy. Meski itu adalah hal yang memang setiap hari ia rasakan. Namun, Raisa malas saja jika hal itu menyangkut tentang cowok.

"Ntar cewek lu ngelabrak gua," kata Raisa.

"Cewek gua?" beo lelaki itu.

"Audy," jawab Raisa.

"Hahaha," lelaki itu tertawa kecil.

"Sejak kapan gua pacaran sama dia?" lelaki itu justru bertanya.

"Dia cuma teman sekelas gua. Ya kali gua suka sama cewek modelan begitu," ujar lelaki itu.

"Mana gua tahu. Tadi pagi dia bilang kalau lu cocoknya sama dia. Dan gua harus jauhin lu," kata Raisa.

"Udah, ga usah dipeduliin. Yuk pulang!" ajak lelaki itu menarik pergelangan tangan Raisa.

"RASYA!" teriak seorang gadis yang begitu memekahkan telinga.

"Cewek lu," kata Raisa melepas cekalan tangan lelaki tersebut.

Lelaki yang mengajak Raisa pulang tersebut adalah Rasya. Kakak kelasnya dan teman sekelas Audy.

"Ngapain lu sama dia?" tanya gadis yang tadi berteriak memanggil namanya.

Rasya menatap malas pada gadis yang tak lain adalah Audy tersebut.

"Urusannya sama lu apa?" tanya Rasya balik.

"Gua ga suka lihatnya," jawab Audy.

"Bukan urusan gua!" tegas Rasya lalu menarik kembali tangan Raisa.

"Dasar cewek ga bener!" ejek Audy saat melihat Raisa pergi begitu sama bersama Rasya.

"Berisik!" kata Raisa begitu motor Rasya melalui Audy yang masih tercengang di parkiran.

Rasya dan Raisa mulai meninggalkan area sekolah. Raisa diam menikmati jalanan sore di Ibu Kota.

"Sa," panggil Rasya.

"Hmm," sahut Raisa.

"Gapapa," jawab Rasya.

"Ga jelas," kesal Raisa.

Setelah menempuh perjalanan selama empat puluh menit, kini motor Rasya sudah sampai di depan rumah kecil milik Raisa.

"Thank," kata Raisa begitu turun dari motor.

Rasya mengangguk.

"Gua langsung pulang," pamit Rasya.

"Hati-hati," kata Raisa seraya pergi meninggalkan Rasya menuju rumahnya.

"Unik," gumam Rasya sembari mengemudikan motornya meninggalkan rumah Raisa.

Terpopuler

Comments

Naomi Arin

Naomi Arin

baru episode 1 tp ceritanya udah bikin penasaran, kereeen.
jgn lupa mampir dinovelku ya 'Mati Rasa'
suksesss trus thor 😍

2023-09-05

0

Ni sya ♡

Ni sya ♡

mampir bik di karyaku I'm strong cinderella thor

2023-05-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!