NovelToon NovelToon

Salah Menaruh Rasa

RAISA ISABELLA

“Tunggu,” teriak seorang gadis yang berlari tergopoh-gopoh karena gerbang sekolah hendak di tutup. Ini adalah ke sekian kalinya ia terlambat datang ke sekolah.

“Telat lagi, Neng?” tanya Pak Satpam pada gadis remaja tersebut.

“Iya, Pak. Maaf, ya, Pak. Lain kali akan berangkat lebih pagi lagi,” ujarnya pada satpam sekolah.

“Iya, Neng. Buruan masuk udah mau bel, lho,” ingat Pak Satpam.

“Eh, iya. Terima kasih, Pak,” katanya kemudian berlalu meninggalkan gerbang sekolah menuju kelasnya.

Gadis cantik dengan beberapa peluh di wajahnya. Namun, hal tersebut tak mengurangi kecantikannya. Kecantikan alami yang ada di wajahnya itu merupakan turunan dari ibunya. Hanya saja, ibunya selalu bilang bahwa kecantikannya adalah anugerah Tuhan.

Gadis dengan rambut dikuncir kuda tersebut adalah Raisa Isabella. Salah satu siswi di SMA Merak Merdeka 2, Jakarta. Salah satu sekolah swasta yang ada di Ibu Kota. Raisa dapat masuk sekolah Merak Merdeka 2 karena mendapat beasiswa. Sejak SMP, Raisa terkenal dengan siswa yang pintar. Ia selalu mendapat beasiswa untuk pendidikannya. Raisa Isabella dengan kepandaiannya, ulet, rajin, pendiam, cuek dan malas berinteraksi.

Tepat saat bel berbunyi, Raisa sampai di kelasnya. Ia duduk di bangku pojok paling belakang seorang diri. Ia tak mempunyai teman sejak di bangku sekolah dasar. Bisa dibilang karena Raisa malas berbasa-basi dengan orang-orang. Hidupnya hanya diisi dengan belajar, sekolah, bekerja, dan bertahan hidup.

Raisa hidup bersama ibunya di rumah sederhana dan tidak terlalu ramai oleh hiruk-pikuk kota. Ia juga bekerja sebagai pelayan kafe untuk mencukupi kebutuhan sekolahnya. Raisa bekerja di Melody Cafe, cafe anak muda yang sedang booming. Selama bekerja ia tak pernah tahu siapa bosnya. Karena bosnya itu selalu tinggal di luar negeri dan mempercayakan bisnisnya pada asistennya.

...****************...

Pembelajaran hari ini akan segera di mulai. Meski Raisa duduk di bangku paling belakang, namun itu tak membuatnya menjadi bodoh. Ia dengan mudah memahami setiap pembelajaran yang disampaikan oleh guru mapel. Raisa menjadi murid teladan dan kesayangan bagi guru-gurunya.

Saat bel istirahat berbunyi, Raisa hanya diam di kelas atau pergi ke perpustakaan bila perlu. Raisa jarang sekali ke kantin karena ia sayang uangnya. Tadi pagi sudah sarapan masa harus jajan? Itu prinsip Raisa. Terkadang ia akan membawa bekal ketika tidak malas memasak. Karena memang sedari pagi, ibunya sudah bekerja menjadi buruh cuci di rumah-rumah.

“Si cupu mana?” tanya seorang siswi lainnya pada teman Raisa.

“Di kelas, Kak,” jawab siswi tersebut.

Tanpa menunggu aba-aba, siswi yang notabennya adalah kakak kelas tersebut langsung menyelonong masuk ke kelas Raisa.

“WOI,” sentaknya menggebrak meja Raisa.

Sontak saja, Raisa yang tengah membaca buku pun terlonjak kaget. Meski pun kaget, Raisa tetap santai menanggapi kakak kelasnya tersebut. Baginya sudah biasa mendengar ocehan kakak kelasnya ini. Makanan sehari-harinya di sekolah itu katanya.

“Lu ga ada bosan-bosannya apa?” tanya kakak kelas yang tak lain adalah Audy.

Raisa masih diam sembari melanjutkan aktivitas membaca bukunya.

“Woi, kalau orang ngomong tu didengar!” seru salah satu teman Audy, Sinta namanya.

Raisa hanya menoleh sekilas ke arah Audy dan Sinta.

“Mau lu apa sih?” tanya Raisa mulai malas menanggapi kakak kelasnya yang suka mencari ribut dengannya.

“Gampang aja sih, jauhi Rasya!” jawab Audy mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan.

“Rasya?” beo Raisa dengan nada datar.

“Gua ga ada urusan sama dia!” tegas Raisa.

“Oh gitu? Tapi sayangnya kita ga percaya!” seru Nayla, teman Audy yang satunya.

“Gua kemarin lihat lu boncengan sama Rasya. Ngaku aja deh lu,” kata Nayla pada Raisa.

Raisa menghela napas pelan. “Terus urusan lu apa?” tanya Raisa.

“Gua ga suka aja lihatnya,” jawab Nayla.

“Rasya ga pantas sama cewek miskin kaya lu!” seru Audy menunjuk ke arah Raisa.

“Rasya cocoknya sama gua. Udah sepadan, seangkatan, sehati tinggal bentar lagi,” ucap Audy dengan sombongnya.

“Oh doang sih,” kata Raisa malas.

“Udah deh mending kalian pergi!” usir Raisa malas berlama-lama dengan ketiga kakak kelasnya itu. Raisa menamai mereka dengan Trio Wek-Wek Brengsek.

“Gua peringati sekali lagi. Jauhi Rasya!” seru Audy berlalu meninggalkan ruang kelas Raisa.

"Inget itu!" imbuh Nayla menunjuk Raisa. Sedangkan Sinta, melenggang pergi dengan mengibaskan rambutnya di depan Raisa.

“Ga waras,” gumam Raisa melihat kelakuan kakak kelasnya.

Audy nih guys.

Akhir-akhir ini, Raisa memang sering pulang diantar Rasya, kakak kelasnya. Meski, rumah mereka tidak searah. Rasya tak masalah soal itu.

...****************...

"Raisa," panggil seseorang di parkiran sekolah.

Raisa yang saat itu tengah berjalan menuju gerbang untuk menunggu angkutan umum pun menoleh ke sumber suara.

"Mau pulang?" tanya lelaki itu seraya menghampiri Raisa.

"Hmm," jawab Raisa datar.

"Mau bareng ga?" tanya lelaki itu.

Raisa diam berpikir. Ia malas jika esok harinya akan kembali dilabrak oleh Audy. Meski itu adalah hal yang memang setiap hari ia rasakan. Namun, Raisa malas saja jika hal itu menyangkut tentang cowok.

"Ntar cewek lu ngelabrak gua," kata Raisa.

"Cewek gua?" beo lelaki itu.

"Audy," jawab Raisa.

"Hahaha," lelaki itu tertawa kecil.

"Sejak kapan gua pacaran sama dia?" lelaki itu justru bertanya.

"Dia cuma teman sekelas gua. Ya kali gua suka sama cewek modelan begitu," ujar lelaki itu.

"Mana gua tahu. Tadi pagi dia bilang kalau lu cocoknya sama dia. Dan gua harus jauhin lu," kata Raisa.

"Udah, ga usah dipeduliin. Yuk pulang!" ajak lelaki itu menarik pergelangan tangan Raisa.

"RASYA!" teriak seorang gadis yang begitu memekahkan telinga.

"Cewek lu," kata Raisa melepas cekalan tangan lelaki tersebut.

Lelaki yang mengajak Raisa pulang tersebut adalah Rasya. Kakak kelasnya dan teman sekelas Audy.

"Ngapain lu sama dia?" tanya gadis yang tadi berteriak memanggil namanya.

Rasya menatap malas pada gadis yang tak lain adalah Audy tersebut.

"Urusannya sama lu apa?" tanya Rasya balik.

"Gua ga suka lihatnya," jawab Audy.

"Bukan urusan gua!" tegas Rasya lalu menarik kembali tangan Raisa.

"Dasar cewek ga bener!" ejek Audy saat melihat Raisa pergi begitu sama bersama Rasya.

"Berisik!" kata Raisa begitu motor Rasya melalui Audy yang masih tercengang di parkiran.

Rasya dan Raisa mulai meninggalkan area sekolah. Raisa diam menikmati jalanan sore di Ibu Kota.

"Sa," panggil Rasya.

"Hmm," sahut Raisa.

"Gapapa," jawab Rasya.

"Ga jelas," kesal Raisa.

Setelah menempuh perjalanan selama empat puluh menit, kini motor Rasya sudah sampai di depan rumah kecil milik Raisa.

"Thank," kata Raisa begitu turun dari motor.

Rasya mengangguk.

"Gua langsung pulang," pamit Rasya.

"Hati-hati," kata Raisa seraya pergi meninggalkan Rasya menuju rumahnya.

"Unik," gumam Rasya sembari mengemudikan motornya meninggalkan rumah Raisa.

RASYA ANDRA SETYA

"Hati-hati," kata Raisa seraya pergi meninggalkan Rasya menuju rumahnya.

"Unik," gumam Rasya sembari mengemudikan motornya meninggalkan rumah Raisa.

Sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Lelaki bernama lengkap Rasya Andra Setya tersebut tak henti-hentinya mengunggingkan senyum di balik helmnya.

Kurang lebih selama tiga puluh lima menit, motor ninja milik Rasya sudah sampai di depan rumahnya.

-Tin-

Bunyi klakson motor Rasya langsung membangunkan satpam rumahnya.

"Selamat datang Den Rasya," sapa Pak Sohir, satpam rumahnya.

Rasya hanya mengangguk. Senyum yang tadi menghiasi wajahnya juga sudah tak begitu jelas terlihat. Memang unik Rasya ini. Ibarat punya dua kepribadian.

"Bi," panggil Rasya begitu memasuki rumah.

"Iya, Den?" sahut Bi Minah, pembantu di rumah Rasya.

"Aden mau makan sekarang?" tanya Bi Minah menghampiri anak majikannya tersebut.

"Nanti saja, Bi. Rasya langsung ke kamar, ya, Bi. Kalau sudah jam makan malam tolong panggil, ya," ujar Rasya seraya naik ke lantai kedua menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar dengan nuansa abu-abu dan hitam tersebut. Remaja kelas XII SMA Merak Merdeka 2 itu langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya.

"Huh," Rasya menghembuskan napasnya kasar.

Rumah yang mewah, luas, dan serba ada fasilitasnya. Namun terasa sepi. Itu yang kini Rasya rasakan.

Perlahan, mata indah milik Rasya mulai terpejam. Mungkin karena Rasya sudah lelah saat beraktifitas seharian. Ia tertidur masih mengenakan seragam sekolahnya.

...****************...

Rasya Andra Setya, anak tunggal dari pengusaha properti yang bisnisnya sudah merambah sampai mana-mana. Albert Setya adalah ayah dari lelaki tersebut. Dara Nilam Anggi adalah ibu dari lelaki itu dan istri dari Albert Setya.

Sejak kecil, Rasya diurus oleh pembantunya, Bi Minah. Kesibukan kedua orang tua Rasya yang membuatnya harus diasuh oleh asisten rumah tangganya.

Rasya kecil tumbuh begitu saja tanpa sosok kedua orang tuanya. Orang tua Rasya, sama-sama sibuk dengan dunia usaha mereka sendiri. Jika ayahnya adalah pemilik dari Setya Grup, perusahaan properti yang sukses. Serta ibunya adalah model dari salah satu brand terkenal. Itulah yang melatar belakangi Rasya tak pernah diurus oleh orang tua kandungnya.

Bahkan, ketika Rasya memasuki sekolah untuk pertama kalinya. Ia harus ditunggui dan diantar oleh Bi Minah. Semua keperluannya juga Bi Minah yang mempersiapkan.

Sungguh malang sekali bukan Rasya kecil?

...****************...

"Bi, mamah mana?" tanya Rasya saat ia hendak berangkat sekolah untuk pertama kalinya.

Hari ini, ia akan berangkat sekolah di bangku sekolah dasar untuk pertama kalinya.

"Ibu masih di Singapura, Den. Aden sekolah sama bibi saja, ya?" jawab Bi Minah.

"Yah ...," Rasya sedikit kecewa.

"Lho, Den Rasya jangan sedih dong!" ujar Bi Minah.

"Nanti diantar dan ditunggui bibi. Bibi janji deh, nanti sepulang sekolah mampir beli es krim. Gimana?" tanya Bi Minah menawari.

"Beneran, Bi?" tanya Rasya tak percaya.

"Beneran dong," jawab Bi Minah.

"Asyik!" pekik Rasya kegirangan.

"Ya udah ayo cepat dihabiskan sarapannya nanti biar ga telat," kata Bi Minah.

Rasya dengan cepat menghabiskan sarapan serealnya.

Dengan diantar supir, Rasya pergi ke sekolah bersama dengan Bi Minah. Rasya begitu senang karena dijanjikan akan membeli es krim sepulang sekolah. Rasya kecil memang sangat menyukai es krim dan juga mainan robot maupun mobil.

...****************...

"Den, Den Rasya, bangun, Den!" panggil Bi Minah mengetuk pintu kamar Rasya.

"Astaga," gumam Rasya terbangun dari tidur siangnya. Bukan siang sebenarnya, karena tadi Rasya pulang pukul 16.30 dan sekarang ia terbangun pukul 19.00.

"Ada apa, Bi?" tanya Rasya membuka pintu kamarnya.

"Makan malam sudah siap, Den," jawab Bi Minah.

"Oke, Bi. Nanti Rasya turun sebentar lagi," kata Rasya.

"Ya sudah, bibi turun dulu," ujar Bi Minah langsung ngacir meninggalkan kamar Rasya.

Rasya pun segera masuk kembali ke kamarnya. Ia segera mandi untuk membersihkan dirinya.

Rasya segera turun ke meja makan untuk menyantap makan malamnya.

"Aden mau ke mana malam ini?" tanya Bi Minah seraya menyajikan makan malam Rasya.

"Enggak ke mana-mana, Bi," jawab Rasya.

"Terima kasih," kata Rasya begitu Bi Minah selesai menyediakan makan malamnya.

"Sama-sama, Den," jawab Bi Minah.

"Kalau ada apa-apa panggil bibi, ya, Den. Bibi mau beres-beres dulu," pamit Bi Minah.

Rasya hanya mengangguk karena dirinya sudah mulai fokus untuk menyantap makan malamnya.

Setelah selesai dengan urusan makannya, Rasya segera kembali ke kamarnya. Jika malam begini, ia akan bersantai di balkon kamar atau pun belajar. Keluar rumah pun jika teman-temannya mengajaknya. Terkadang Rasya juga menolak ajakan mereka dengan alasan malas keluar. Meski ditinggal orang tuanya, Rasya bukan tipe cowok yang suka hura-hura dan keluyuran.

Kini, lelaki berusai enam belas tahun tersebut tengah duduk santai di balkon kamarnya sembari menikmati lagu-lagu kesukaannya. Angin malam berhembus begitu saja di depannya. Dinginnya angin yang berlalu pun tak membuatnya untuk masuk ke kamar.

"Kota yang penuh hiruk-pikuk, ramai, dan tidak pernah sepi," kata Rasya.

"Tapi rumah gua yang segedhe ini aja rasanya sepi," kata Rasya lagi.

"Eh kira-kira Raisa lagi ngapain ya?" Rasya bermonolog.

Mungkin orang bilang, Rasya dan Raisa adalah bongkahan es dari kutub utara yang sulit mencair. Orang bilang Rasya adalah seorang lelaki yang cuek dan jarang dekat dengan lawan jenisnya. Bahkan, Rasya hanya akrab dengan beberapa temannya di kelas selama bersekolah.

Jika Rasya yang memilik teman saja sudah dianggap bongkahan es kutub utara. Karena jarang merespon orang yang mendekatinya. Lantas apakah Raisa? Benar-benar definisi kutub utara maybe.

Sebagain dari mereka sulit percaya saat melihat Rasya membonceng Raisa pulang. Raisa yang notabennya adalah adik kelas Rasya yang sebelas dua belas dengannya. Kini, sering tertangkap oleh indra mata siswa-siswi SMA Merak Merdeka 2, beberapa kali pulang bersama.

Masa bodoh lah dengan hal itu. Bagi Rasya dan Raisa, keduanya hanya sebatas kakak kelas dan adik kelas. Tidak lebih.

"Gua chat aja kali, ya," kata Rasya kemudian merogoh saku celana pendeknya untuk mencari benda pipih berlogo apel miliknya.

"Halo, Rai. Lagi ngapain?" tulis Rasya pada Raisa.

Raisa yang kala itu tengah belajar menjadi terusik dengan notifikasi di HP-nya.

"Siapa sih?" kesal Raisa seraya meraih HP yang ia letakkan di sampingnya.

"Kak Rasya?" gumam Raisa saat melihat nama Rasya tertera di layar HP-nya.

"Belajar," balas Raisa singkat.

"Oalah, lagi ganggu ya? Maaf, ya," tulis Rasya lagi.

"Kalau gitu dilanjut saja belajarnya. Semangat, Rai," tulis Rasya.

Raisa enggan membalas. Ia hanya mengabaikan pesan yang dikirimkan oleh kakak kelasnya tersebut.

Sedangkan di seberang sana, ada seorang lelaki yang tengah tersenyum tipis saat melihat balasan pesan Raisa. Balasan? Sesingkat itu saja sudah bisa membuatnya tersenyum. Wah, bongkahan esnya sudah cair ya?

Rasya. Lelaki itu tampak tersenyum tipis saat akan mematikan HP-nya. Ia pun kembali memasukkan HP-nya ke dalam saku celana.

"Lu unik, Rai. Baru kali ini gua ketemu cewek yang ga gila ke gua. Bahkan kesannya cuek," gumam Rasya.

"Dulu gua sempat berpikir lu bakal susah gua ajak pulang bareng. Tapi, sejak kejadian itu, lu jadi mau gua ajak pulang bareng," gumam Rasya.

Rasya segera masuk ke dalam kamarnya karena memang udara sudah semakin dingin. Ia memutuskan untuk membaca-baca materi pembelajaran esok. Jaga-jaga kalau misal ada ulangan dadakan.

Rasya Andra Setya (Rasya). Kakak kelas kutub utara yang mau otw suka Raisa.

KARYAWAN MUDA

Keesokannya, Raisa kembali berangkat sekolah dengan menggunakan angkutan umum. Semalam, ia tidur lebih awal karena hari ini tidak ada jadwal ulangan. Itulah mengapa, pagi ini ia berangkat lebih awal.

"Tumben enggak telat lagi, Neng," ujar pak satpam saat melihat Raisa berjalan memasuki area sekolah.

Raisa hanya tersenyum tipis. Tipis sekali, bahkan orang yang melihatnya dari jauh akan mengiranya tidak sedang tersenyum.

"Duluan, ya, Pak," balas Raisa berlalu meninggalkan gerbang sekolah.

Baru saja beberapa langkah hendak menuju tangga lantai dua. Langkah Raisa kembali dihentikan oleh seseorang yang akan membuat paginya berantakan. Siapa lagi kalau bukan kakak kelasnya.

"RAISA!" teriak seorang gadis menghampiri Raisa.

Raisa memejamkan matanya menahan kesal. Pagi-pagi sudah ketemu Trio Wek-Wek Brengsek. Begitu batinnya.

"HEH!" sentak Audy saat sudah sampai di depan Raisa.

Raisa dengan perawakan lebih tinggi dibanding Audy, membuat Audy harus mengadah untuk sejajar dengan wajah Raisa.

"Ga kapok?" tanya Audy sinis.

Raisa menaikkan satu alisnya bingung dengan pertanyaan kakak kelasnya itu.

"Lu kemarin pulang sama Rasya di depan mata gua!" tegas Audy menunjuk Raisa dengan telunjuknya.

"Terus urusannya sama lu apa?" tanya Raisa dengan nada datar.

"Pakai nanya lagi," timpal Sinta, teman Audy.

"Gua kemarin udah bilang sama lu buat ga usah dekat-dekat Rasya lagi. Tapi, kemarin lu masih aja nempel-nempel ke dia pakai acara pulang bareng," cerocos Audy panjang lebar.

Malas menanggapi, Raisa memilih meninggalkan Audya berserta teman-temannya. Audy hendak mencegah Raisa dengan menjambak rambutnya. Namun, hal tersebut ia urungkan saat melihat Rasya berjalan naik ke tangga lantai tiga menuju kelas.

...****************...

Sepulang sekolah, Raisa langsung bergegas untuk ke Kafe Melody. Hari, ini akan lembur agar dapat gaji double. Raisa pasti akan melakukan itu setiap menjelang tenggat pembayaran SPP sekolah. Ia tak mau membebani orang tuanya untuk urusan SPP maupun uang saku.

Kemarin-kemarin, Raisa berangkat seperti biasa sekitar pukul 17.00-21.00 itu adalah jam kerjanya. Jika ia lembur, maka Raisa akan pulang sampai pukul 22.00 dan masuk pukul 16.00. Tepat, ia pulang sekolah pukul 15.30.

Dara berusia enam belas tahun itu, tampak berjalan ria menyusuri trotoar menuju Kafe Melody yang tak jauh dari area sekolah.

Sesampainya di Kafe Melody, Raisa segera mengganti seragamnya dengan baju kerja dan mulai mencuci piring-piring kotor di tempat cucian piring.

"Sudah makan, Rai?" tanya seorang lelaki menghampirinya.

"Belum," jawab Raisa tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya. Ia masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Makan dulu, nanti baru kerja lagi," kata seorang lelaki yang tak lain adalah tangan kanan pemilik Kafe Melody.

"Nanti saja, Kak," kata Raisa masih sibuk mencuci beberapa gelas kotor.

"Ya sudah, kalau begitu saya tinggal. Tapi nanti jangan lupa makan, ya," ingat Kak Gio, manager Kafe Melody.

"Iya," ujar Raisa dengan anggukan kepalanya.

Kak Gio adalah manager Kafe Melody yang ditugaskan oleh pemilik kafe tersebut. Kak Gio sudah lama bekerja di sana. Meski, masih terbilang muda, yakni baru berusia dua puluh enam tahun. Namun Gio adalah manager yang sudah berpengalaman. Tentunya, karena ia adalah lulusan kampus luar negeri.

Kak Gio dipilih langsung oleh pemilik Kafe Melody, karena sang pemilik telah meninggal dunia. Sehingga kafe tersebut diwariskan kepada anaknya yang tinggal di luar negeri. Dan Gio adalah teman dari anak pewaris Kafe Melody.

"Masih banyak, ya, Kak?" tanya Raisa pada karyawan yang mengantar beberapa gelas dan piring kotor.

"Masih, Rai. Hari ini kafe lagi ramai," jawab karyawan tersebut.

"Kenapa?" tanya karyawan tadi.

"Aku belum makan, Kak. Boleh izin makan dulu ga?" tanya Raisa.

"Astaga, kamu pulang sekolah belum makan. Ya sudah, makan dulu sana. Biar saya yang gantikan," ujar karyawan tersebut.

"Makasih, ya, Kak. Maaf merepotkan," ujar Raisa.

"Gapapa, sebagai karyawan tua harus baik pada karyawan muda," ujar karyawan tersebut.

Raisa hanya tersenyum tipis menanggapi hal tersebut. Ia pun kemudian bergegas untuk mengambil nasi yang biasanya memang digunakan untuk makan para karyawan. Juga sayur dan lauk secukupnya.

Di tengah Raisa menikmati makanannya, tiba-tiba saja, teman seprofesi menghampirinya.

"Enak banget, ya, mentang-mentang karyawan paling muda di sini jadi cuma duduk-duduk doang," sinisnya pada Raisa.

"Cepetan sana kerja! Cucian udah numpuk tuh," suruhnya pada Raisa.

"Tapi, Kak-

"Ga ada tapi-tapian," sanggah karyawan senior yang bernama Lala tersebut.

"Ada apa ini?" tanya Gio yang kebetulan berada di sekitar area dapur.

"Eh, Kak Gio," kata Lala saat melihat Gio di ambang pintu.

"Ada apa?" tanya Gio lagi.

"Ini, Kak. Raisa masa cuma makan doang. Padahal cucian masih numpuk," adu Lala pada atasannya itu.

"Tapi, Kak. Saya belum makan dari tadi. Jadi saya makan dulu. Tadi juga saya sudah gantian sama Kak Ina," kata Raisa membela dirinya.

"Kamu baru makan sekarang?" tanya Gio melontarkan pertanyaan pada Raisa.

"Iya," jawab Raisa seraya menenggak minumannya.

"Ya sudah dilanjut saja," ucap Kak Gio.

"Dan kamu, Lala. Bukannya mengantarkan pesanan malah mengurusi urusan orang," cibir Kak Gio.

"Raisa dari tadi belum makan. Jadi wajar dia istirahat dulu. Sejak pulang sekolah dia langsung ke sini. Kamu jangan ngelarang dia," ujar Kak Gio.

"Iya, Kak. Maaf," kata Lala berpura-pura merasa bersalah.

"Sudah-sudah dilanjut sana. Kafe lagi ramai kok malah pada gaduh!"

"Sudah sana!" perintah Kak Gio.

Setelah kepergian Lala, Raisa segera menghabiskan makanannya dan lanjut untuk membersihkan cucian piring dan gelas yang kotor.

Tanpa Raisa sadari, kesibukannya dalam mencuci piring dan gelas tersebut telah membuat seseorang diam-diam memperhatikannya.

"Dia masih muda tapi dia sudah bekerja," gumamnya seraya memperhatikan Raisa.

"Dulu, diusia gua yang segitu saja masih nakal-nakalnya di sekolah. Sedangkan dia, malahan sudah bekerja," gumamnya lagi.

"Kak Gio butuh sesuatu?" tanya Raisa menghampiri Gio yang tengah melamun di meja makan dapur.

"Eh. Enggak, enggak ada," jawab Gio terkejut.

"Ya sudah. Kalau gitu saya mau lanjut beres-beres," kata Raisa seraya mengambil lap dan cairan pembersih.

"Oke. Semangat, Rai," ucap Gio memberi semangat.

Raisa hanya mengangguk kemudian berlalu untuk membersihkan beberapa meja yang sudah kosong.

Tanpa terasa, hari sudah berganti malam. Jam sudah menunjukkan pukul 21.30. Beberapa karyawan yang tidak lembur pun sudah pulang sedari tadi. Kini, hanya tersisa Raisa dan beberapa staf yang memang masih mengechek pendapatan.

Setelah selesai mencuci perabotan kotor dan membersihkan meja-meja pengunjung. Raisa segera bergegas untuk pulang. Namun, karena sudah malam, jadi susah untuk mendapatkan angkutan umum. Mau naik taksi juga mahal. Sayang uangnya.

"Belum pulang, Rai?" tanya Gio yang tiba-tiba menghampiri Raisa di depan Kafe.

"Belum, Kak," jawab Raisa.

"Mau bareng?" tanya Gio menawari.

"Enggak usah, Kak. Nanti malah merepotkan," kata Raisa menolak.

"Enggak kok," kata Gio meyakinkan.

"Halo, Bu," sapa Raisa saat telponnya berbunyi.

"Iya, Bu. Ini Raisa lagi nunggu angkot," jawab Raisa pada seseorang di seberang sana.

"Siap, Bu. Iya, bye, Bu," ujar Raisa seraya mematikan sambungan teleponnya.

"Tu kan udah dicariin. Mending bareng aja," kata Gio membujuk Raisa.

"Enggak ngerepotin, Kak?" tanya Raisa tak enak.

"Enggak," jawab Gio sarkas.

"Ya sudah."

Kemudian, Gio pun mengantar Raisa menuju rumahnya yang berada di area perkampungan kecil yang lumayan jauh dari keramaian kota. Sehingga, mereka membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di depan rumah Raisa.

"Terima kasih, Kak," ujar Raisa begitu turun dari mobil.

"Sama-sama," kata Gio langsung kembali memacu gas mobilnya.

Kak Gio ni guys

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!