CEWEK MISTERIUS

Seiring berjalannya waktu, Rasya mulai penasaran dengan adik kelasnya itu. Kebanyakan siswi SMA Merak Merdeka 2, akan selalu mengejar dan meneror Rasya agar menjadi kekasihnya. Namun, berbeda hal dengan Raisa. Ia yang hampir setiap hari pulang bersama Rasya. Justru bersikap cuek dan acuh terhadapnya. Terkesan enggan berlama-lama dan irit bicara.

"WOI!" sentak Aldo, teman sekelas Rasya.

"Astaga," pekik Rasya terkejut dari lamunannya.

"Pagi-pagi udah ngalamun aja," kata Aldo.

"Ngalamunin apaan sih?" kini Revan, teman sekelas Rasya juga bertanya.

Rasya, Revan, dan Aldo adalah teman satu genk di kelas dua belas IPA-4. Bisa dibilang Trio Tenar seantero SMA Merak Merdeka 2.

"Siapa bilang gua ngalamun?" Rasya malahan balik bertanya.

"Ye ... Si Ogeb malah nanya balik," ucap Aldo.

"Lu dari tadi diam aja. Kenapa?" tanya Aldo.

"Gapapa," jawab Rasya santai.

"Terus kenapa tadi kaget pas gua dateng?" tanya Aldo lagi.

"Gua ga kaget. Cuma refleks aja," elak Rasya.

"Tinggal bilang kaget apa susahnya ogeb?" tanya Revan menimpali.

"Ya gua kaget," jawab Rasya datar.

"Puas?" tanya Rasya.

"Hahaha," tawa Revan dan Aldo pun pecah.

Kini tiga sekawan itu masih saja duduk diam di teras kelas. Jam pembelajaran hari ini tengah kosong karena guru sedang rapat.

"Lu kenal Raisa ga?" tanya Rasya pada teman-temannya.

"Raisa?" ulang Revan.

"Anak mana?" Aldo ikut bertanya.

"Anak kelas sebelas IPA-3," jawab Rasya datar.

"Lah adik kelas," kata Revan tak percaya.

"Raisa yang akhir-akhir ini digosipin sama lu itu?" tanya Aldo.

Rasya hanya mengangguk.

"Dia anak yang dapat beasiswa di sini," ujar Aldo.

"Kok lu tahu?" tanya Revan.

"Gimana ga tahu, orang om gua yang punya sekolah ini," jawab Aldo sombong.

"Ya deh, sipaling!"

"Terus?" tanya Rasya.

"Ada yang bilang katanya dia anak adopsi dari panti. Ada juga yang bilang ibunya dia nemuin dia di jalanan," kata Aldo.

"Jalanan?" beo Rasya.

"Iya. Tapi gua ga tahu lebih si. Kata orang sekitar, Raisa yatim piatu. Terus karena Bu Dewi ga punya anak dan suaminya udah ninggalin dia gitu aja. Jadi, Raisa diadopsi," jelas Aldo.

"Oh," Rasya berohria.

"Then?" tanya Rasya.

"Than then than then. Lu suka sama dia?" kesal Aldo.

Rasya berdecak. "Ck, gua cuma mau tahu."

"Mau tahu tapi udah kek mau wawancara," cibir Aldo.

"Raisa bukannya cewek yang dapat julukan bongkahan es itu ga si?" Revan ikut bertanya.

"Hooh," jawab Aldo.

"Nih, sebelas dua belas sama temen kita nih," ujar Aldo menunjuk Rasya dengan dagunya.

"Kalau lu suka kejar, Bro!" titah Aldo.

"Siapa bilang gua suka sama dia?" tanya Rasya balik.

"Masih ngelak lagi," kata Aldo.

"Kita udah ngenal lu lama. Jadi, kalau lu suka sama orang pasti lu bakal korek dah tu info tentang tu cewek," jelas Aldo.

"Dan pastinya, lu nanya-nanya ke kita," timpal Revan.

"Nah bener tuh," Aldo membenarkan ucapan Revan.

"Tapi," kata Rasya ragu.

"Tapi apa?" potong Aldo.

"Tu cewek misterius banget," kata Rasya.

"Maksud lu?" beo Aldo.

"Namanya juga cewek cuek," sahut Revan.

"Beda! Gua cuek aja ga semisterius itu," kata Rasya menyanggah.

"Beda konsep!" kata Aldo dan Revan bersamaan.

"Lu cuek tapi ga misterius karena bokap nyokap lu orang terkenal," jelas Revan.

"Kalau Raisa cuek tapi misterius karena emang hidupnya sederhana," timpal Aldo.

"Lu kalau nganter dia ga mampir dulu gitu? Bisa lah nyari tahu tentang dia," kata Aldo.

"Boro-boro nyari tahu. Gua udah beberapa kali nganter dia sebulan ini. Tapi apa?"

"Gua ga pernah tuh ditawari buat mampir. Bahkan gua turun di depan rumah dia cuma ngucapin makasih, ngasih helm terus pergi gitu aja," ucap Rasya memberi penjelasan.

"Hahahaha," tawa Aldo dan Revan kembali pecah.

"Baru kali ini gua lihat sohib gua dicueki cewek. Mana terang-terangan lagi," kata Aldo seakan mengejek.

"Bener tuh. Biasanya nih orang-orang bakal kesengsem kalau diantar ni cowok," kata Revan menunjuk Rasya.

"Bahkan pada ngarep bisa jalan berdua. Lah tu cewek udah dengan suka rela diantar sama Rasya malah dicueki," kata Revan lagi.

"Hahahaha."

Rasya diam dengan raut muka tak bersahabat. Ingin rasanya ia menghajar sahabat-sahabatnya yang sudah menertawainya.

"Udah-udah," kata Revan menghentikan tawanya.

"Lu kok bisa akrab sama tu cewek gimana ceritanya?" tanya Revan penasaran.

"Ceritanya ...," Rasya mulai menceritakan awal pertemuannya dengan Raisa beberapa minggu lalu.

...****************...

"Oalah gitu," kata Revan saat Rasya selesai menceritakan pengenalannya dengan Raisa.

"Lucu juga," ujar Aldo.

"Hooh."

"Lu beneran suka apa cuma penasaran?" tanya Revan.

"Enggak tahu," jawab Rasya sarkas.

"Ya elah."

"Lu cari tahu dulu latar belakang tu cewek," kata Aldo.

"Susah," jawab Rasya datar.

"Bener sih. Dia aja ga punya temen," kata Aldo.

"Nah makannya itu, gua nanya sama kalian. Kalian kan paling tahu tu info-info kaya begituan," kata Rasya pasrah.

"Ya gimana. Kita aja ga tahu. Coba aja tu cewek ga hidup jauh dari kota. Kaya misal dari keluarga terpandang gitu kek," ucap Aldo.

"Pasti kita lebih cepat dapat info soal dia. Kan pasti dia terkenal tuh," sambung Aldo.

"Tapi gua ga mau punya cewek yang kaya gitu," kata Rasya.

"Lah kok?"

"Yang ada ribet. Kalau cewek dari keluarga terpandang kaya gitu. Yang ada mau ini, mau itu, ribet. Gua mau cewek yang sederhana aja, apa adanya," jelas Rasya.

"Raisa contohnya?" tanya Revan.

Rasya hanya mengendikkan bahunya.

"Tapi, guys," kata Aldo.

"Apa?" tanya Rasya dan Revan.

"Kalau dilihat-lihat nih, Raisa kaya bukan orang biasa ga sih?" tanya Aldo.

"Maksudnya?"

"Namanya aja nih Raisa Isabella. Isabel kan nama istri dari pemilik Isa Grup yang udah bangkrut itu sekaligus pemilik kafe hitz itu. Kalian ga pada curiga?" tanya Aldo.

Rasya dan Revan hanya menampakkan raut muka kebingungan dengan penuturan Aldo.

"Kafe Melody punya Devano, anak pertama Tuan Meda yang ada di Amerika," kata Revan.

"Tahu."

"Nih, ya, empat belas tahun lalu tu, pemilik Isa Grup meninggal karena kecelakaan. Nah, dalam mobil itu ada dia, istrinya sama anak perempuannya yang masih dua tahun. Dalam kecelakaan itu, anak perempuannya Tuan Meda tidak diketahui keberadaannya," jelas Aldo.

"Siapa tahu Raisa dulu diselamatin sama Bu Dewi, ibunya Raisa yang katanya dulu pembantu di rumah Raisa kan?" tanya Aldo lagi.

"Bisa jadi sih," kata Revan.

"Tapi gua ga yakin," kata Rasya.

"Kalau bener iya, kenapa Bu Dewi ga ngasih Raisa ke keluarganya. Apa Raisa udah ga punya keluarga lagi?" tanya Rasya.

"Terus juga. Kenapa Raisa ga satu angkatan sama kita. Kan kalau empat belas tahun lalu sama kaya kita," kata Rasya lagi.

"Iya juga si. Kalau bener Raisa seharusnya dia satu angkatan sama kita. Kan lu bilang dia umur dua tahun empat belas tahun lalu. Sekarang kita umurnya berapa? Enam belas kan," kata Revan.

"Iya sih," kata Aldo pasrah.

"Ah udahlah. Kalau lu mau cari tahu harus usaha ekstra, Bro!" ujar Aldo menepuk bahu Rasya.

"Gua yakin siapa pun dia. Kalau lu suka sama dia. Lu bakal perjuangin," kata Aldo.

"Gua yakin lu ga cuma penasaran. Tapi lu emang udah mulai ada rasa," timpal Revan.

Rasya hanya tersenyum tipis akan hal itu.

TUNGGU DI NEXT CAPTER YA GUYS!!!

JANGAN LUPA LIKE AND COMMENT!!! ❤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!