"Hati-hati," kata Raisa seraya pergi meninggalkan Rasya menuju rumahnya.
"Unik," gumam Rasya sembari mengemudikan motornya meninggalkan rumah Raisa.
Sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Lelaki bernama lengkap Rasya Andra Setya tersebut tak henti-hentinya mengunggingkan senyum di balik helmnya.
Kurang lebih selama tiga puluh lima menit, motor ninja milik Rasya sudah sampai di depan rumahnya.
-Tin-
Bunyi klakson motor Rasya langsung membangunkan satpam rumahnya.
"Selamat datang Den Rasya," sapa Pak Sohir, satpam rumahnya.
Rasya hanya mengangguk. Senyum yang tadi menghiasi wajahnya juga sudah tak begitu jelas terlihat. Memang unik Rasya ini. Ibarat punya dua kepribadian.
"Bi," panggil Rasya begitu memasuki rumah.
"Iya, Den?" sahut Bi Minah, pembantu di rumah Rasya.
"Aden mau makan sekarang?" tanya Bi Minah menghampiri anak majikannya tersebut.
"Nanti saja, Bi. Rasya langsung ke kamar, ya, Bi. Kalau sudah jam makan malam tolong panggil, ya," ujar Rasya seraya naik ke lantai kedua menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar dengan nuansa abu-abu dan hitam tersebut. Remaja kelas XII SMA Merak Merdeka 2 itu langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya.
"Huh," Rasya menghembuskan napasnya kasar.
Rumah yang mewah, luas, dan serba ada fasilitasnya. Namun terasa sepi. Itu yang kini Rasya rasakan.
Perlahan, mata indah milik Rasya mulai terpejam. Mungkin karena Rasya sudah lelah saat beraktifitas seharian. Ia tertidur masih mengenakan seragam sekolahnya.
...****************...
Rasya Andra Setya, anak tunggal dari pengusaha properti yang bisnisnya sudah merambah sampai mana-mana. Albert Setya adalah ayah dari lelaki tersebut. Dara Nilam Anggi adalah ibu dari lelaki itu dan istri dari Albert Setya.
Sejak kecil, Rasya diurus oleh pembantunya, Bi Minah. Kesibukan kedua orang tua Rasya yang membuatnya harus diasuh oleh asisten rumah tangganya.
Rasya kecil tumbuh begitu saja tanpa sosok kedua orang tuanya. Orang tua Rasya, sama-sama sibuk dengan dunia usaha mereka sendiri. Jika ayahnya adalah pemilik dari Setya Grup, perusahaan properti yang sukses. Serta ibunya adalah model dari salah satu brand terkenal. Itulah yang melatar belakangi Rasya tak pernah diurus oleh orang tua kandungnya.
Bahkan, ketika Rasya memasuki sekolah untuk pertama kalinya. Ia harus ditunggui dan diantar oleh Bi Minah. Semua keperluannya juga Bi Minah yang mempersiapkan.
Sungguh malang sekali bukan Rasya kecil?
...****************...
"Bi, mamah mana?" tanya Rasya saat ia hendak berangkat sekolah untuk pertama kalinya.
Hari ini, ia akan berangkat sekolah di bangku sekolah dasar untuk pertama kalinya.
"Ibu masih di Singapura, Den. Aden sekolah sama bibi saja, ya?" jawab Bi Minah.
"Yah ...," Rasya sedikit kecewa.
"Lho, Den Rasya jangan sedih dong!" ujar Bi Minah.
"Nanti diantar dan ditunggui bibi. Bibi janji deh, nanti sepulang sekolah mampir beli es krim. Gimana?" tanya Bi Minah menawari.
"Beneran, Bi?" tanya Rasya tak percaya.
"Beneran dong," jawab Bi Minah.
"Asyik!" pekik Rasya kegirangan.
"Ya udah ayo cepat dihabiskan sarapannya nanti biar ga telat," kata Bi Minah.
Rasya dengan cepat menghabiskan sarapan serealnya.
Dengan diantar supir, Rasya pergi ke sekolah bersama dengan Bi Minah. Rasya begitu senang karena dijanjikan akan membeli es krim sepulang sekolah. Rasya kecil memang sangat menyukai es krim dan juga mainan robot maupun mobil.
...****************...
"Den, Den Rasya, bangun, Den!" panggil Bi Minah mengetuk pintu kamar Rasya.
"Astaga," gumam Rasya terbangun dari tidur siangnya. Bukan siang sebenarnya, karena tadi Rasya pulang pukul 16.30 dan sekarang ia terbangun pukul 19.00.
"Ada apa, Bi?" tanya Rasya membuka pintu kamarnya.
"Makan malam sudah siap, Den," jawab Bi Minah.
"Oke, Bi. Nanti Rasya turun sebentar lagi," kata Rasya.
"Ya sudah, bibi turun dulu," ujar Bi Minah langsung ngacir meninggalkan kamar Rasya.
Rasya pun segera masuk kembali ke kamarnya. Ia segera mandi untuk membersihkan dirinya.
Rasya segera turun ke meja makan untuk menyantap makan malamnya.
"Aden mau ke mana malam ini?" tanya Bi Minah seraya menyajikan makan malam Rasya.
"Enggak ke mana-mana, Bi," jawab Rasya.
"Terima kasih," kata Rasya begitu Bi Minah selesai menyediakan makan malamnya.
"Sama-sama, Den," jawab Bi Minah.
"Kalau ada apa-apa panggil bibi, ya, Den. Bibi mau beres-beres dulu," pamit Bi Minah.
Rasya hanya mengangguk karena dirinya sudah mulai fokus untuk menyantap makan malamnya.
Setelah selesai dengan urusan makannya, Rasya segera kembali ke kamarnya. Jika malam begini, ia akan bersantai di balkon kamar atau pun belajar. Keluar rumah pun jika teman-temannya mengajaknya. Terkadang Rasya juga menolak ajakan mereka dengan alasan malas keluar. Meski ditinggal orang tuanya, Rasya bukan tipe cowok yang suka hura-hura dan keluyuran.
Kini, lelaki berusai enam belas tahun tersebut tengah duduk santai di balkon kamarnya sembari menikmati lagu-lagu kesukaannya. Angin malam berhembus begitu saja di depannya. Dinginnya angin yang berlalu pun tak membuatnya untuk masuk ke kamar.
"Kota yang penuh hiruk-pikuk, ramai, dan tidak pernah sepi," kata Rasya.
"Tapi rumah gua yang segedhe ini aja rasanya sepi," kata Rasya lagi.
"Eh kira-kira Raisa lagi ngapain ya?" Rasya bermonolog.
Mungkin orang bilang, Rasya dan Raisa adalah bongkahan es dari kutub utara yang sulit mencair. Orang bilang Rasya adalah seorang lelaki yang cuek dan jarang dekat dengan lawan jenisnya. Bahkan, Rasya hanya akrab dengan beberapa temannya di kelas selama bersekolah.
Jika Rasya yang memilik teman saja sudah dianggap bongkahan es kutub utara. Karena jarang merespon orang yang mendekatinya. Lantas apakah Raisa? Benar-benar definisi kutub utara maybe.
Sebagain dari mereka sulit percaya saat melihat Rasya membonceng Raisa pulang. Raisa yang notabennya adalah adik kelas Rasya yang sebelas dua belas dengannya. Kini, sering tertangkap oleh indra mata siswa-siswi SMA Merak Merdeka 2, beberapa kali pulang bersama.
Masa bodoh lah dengan hal itu. Bagi Rasya dan Raisa, keduanya hanya sebatas kakak kelas dan adik kelas. Tidak lebih.
"Gua chat aja kali, ya," kata Rasya kemudian merogoh saku celana pendeknya untuk mencari benda pipih berlogo apel miliknya.
"Halo, Rai. Lagi ngapain?" tulis Rasya pada Raisa.
Raisa yang kala itu tengah belajar menjadi terusik dengan notifikasi di HP-nya.
"Siapa sih?" kesal Raisa seraya meraih HP yang ia letakkan di sampingnya.
"Kak Rasya?" gumam Raisa saat melihat nama Rasya tertera di layar HP-nya.
"Belajar," balas Raisa singkat.
"Oalah, lagi ganggu ya? Maaf, ya," tulis Rasya lagi.
"Kalau gitu dilanjut saja belajarnya. Semangat, Rai," tulis Rasya.
Raisa enggan membalas. Ia hanya mengabaikan pesan yang dikirimkan oleh kakak kelasnya tersebut.
Sedangkan di seberang sana, ada seorang lelaki yang tengah tersenyum tipis saat melihat balasan pesan Raisa. Balasan? Sesingkat itu saja sudah bisa membuatnya tersenyum. Wah, bongkahan esnya sudah cair ya?
Rasya. Lelaki itu tampak tersenyum tipis saat akan mematikan HP-nya. Ia pun kembali memasukkan HP-nya ke dalam saku celana.
"Lu unik, Rai. Baru kali ini gua ketemu cewek yang ga gila ke gua. Bahkan kesannya cuek," gumam Rasya.
"Dulu gua sempat berpikir lu bakal susah gua ajak pulang bareng. Tapi, sejak kejadian itu, lu jadi mau gua ajak pulang bareng," gumam Rasya.
Rasya segera masuk ke dalam kamarnya karena memang udara sudah semakin dingin. Ia memutuskan untuk membaca-baca materi pembelajaran esok. Jaga-jaga kalau misal ada ulangan dadakan.
Rasya Andra Setya (Rasya). Kakak kelas kutub utara yang mau otw suka Raisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments