Serpihan Hati

Serpihan Hati

Episode 1

"Mau apa lagi, Shila? Udah aku bilang sama kamu jangan pernah hubungin aku lagi! Tolong, Shil, aku mau baik-baik aja sama Shanum. Kamu jangan ganggu kehidupan kami lagi!" pinta Raka dengan nada memelas karena begitu bosan berkata tegas pada wanita itu.

Raka menjauh dari keramaian toko, tak ingin kedua karyawannya mendengar siapa yang sedang menelpon. Matanya celingukan, menatap kepala-kepala yang melintas khawatir salah satunya adalah Shanum.

Samar Raka mendengar suara isak tangis dari seberang telepon, berbaur dengan suara deru kendaraan yang lalu lalang di belakangnya. Gamang, itulah yang tertangkap dari raut wajah Raka.

"Aku janji ini yang terakhir, aku cuma mau minta tolong sama kamu, Ka. Aku nggak tahu mau minta tolong sama siapa lagi?" rayu Shila semakin tersedu-sedan dalam isaknya.

"Sorry, aku nggak bisa ketemu sama kamu. Aku nggak mau bikin Shanum kecewa lagi. Kamu cari orang lain aja, aku nggak bisa nolongin kamu." Raka menggelengkan kepala, menolak pertemuan dengan Shila.

Namun, gadis di seberang sana semakin histeris. Raka berdecak, kesal sekaligus tidak tega mendengar tangisan Shila.

"Aku nggak tahu harus minta tolong sama siapa lagi? Aku nggak tahu, Ka. Semua orang pergi ninggalin aku, semua orang ngejauh dari aku. Cuma kamu harapan satu-satunya yang bisa aku mintai tolong," ucap Shila mengiba dalam tangis permohonan.

Raka semakin bimbang, di sisi lain dia sudah berjanji kepada Shanum untuk tidak menemui Shila lagi, tapi sisi lain hatinya tak tega mendengar tangisan gadis itu.

"Ya udah, tapi kamu janji ini yang terakhir. Setelah itu, jangan pinta aku buat temuin kamu lagi," tegas Raka membuat perjanjian.

"Iya, Ka. Aku janji. Aku janji ini yang terakhir, aku nggak akan ganggu kamu lagi." Shila menyanggupi dengan yakin.

Setelah panggilan itu, Shila berlari menghampiri teman-temannya. Dengan wajah yang berseri dan berbinar, dia mengatakan akan bertemu dengan Raka.

"Emang kalian balikan lagi? Seneng amat kayaknya kamu," cibir teman Shila membuat kedua pipi gadis itu merona malu.

"Bentar lagi. Kalian doain aja, ya. Aku sama Raka pasti balikan. Kalian tahu nggak? Toko Raka itu sekarang besar banget, pasti pendapatannya juga besar. Raka orangnya royal, nggak pelit. Aku mau balikan sama dia. Aku pergi dulu, ya." Shila melambaikan tangan berpamitan dengan sahabatnya.

Berjalan berjingkrak, berdiri di tepi, menunggu ojek pesanannya. Tanpa dia sadari, dua pasang mata tengah mengamati, niat hendak melabrak gadis itu urung karena melihatnya pergi.

"Mau ke mana dia?" Shanum, istri Raka bertanya pada rekannya.

"Kita ikutin aja."

Keduanya pergi membuntuti Shila, dalam jarak yang tak diketahui gadis itu. Sementara teman-teman Shila, bergosip tentang kepercayaan dirinya.

"Beneran Shila mau balikan sama Raka? Terus gimana sama Shanum?" tanya salah satu dari mereka.

"Udahlah, biarin aja. Dia itu, 'kan, cuma istri pengganti. Yang seharusnya jadi istri Raka itu, ya, Shila. Bukan Shanum. Jadi, biarin aja bukan urusan kita juga."

Tak peduli, lebih tepatnya. Masalah mereka bertiga, urusan mereka. Teman-teman Shila tidak akan pernah ikut campur dalam hal itu.

"Kasihan si Benny. Dia udah berkorban banyak buat Shila, tapi tetap aja nggak bisa menangin hatinya. Lagian, Raka sama Benny itu jauh banget kali. Masih kaya Benny ke mana-mana. Kenapa si Shila malah ngejar-ngejar si Raka?" celetuk yang lain keheranan.

Mereka menatap kepergian Shila, menyayangkan sikapnya yang terlalu serakah.

"Itu karena Shila serakah. Aku cuma takut dia kena karmanya nanti."

Kedua teman yang lain terkejut mendengar ujaran tersebut. Semua pandangan teralihkan pada teman yang baru saja berbicara. Mata mereka membelalak lebar, seolah-olah tak setuju dengan ucapannya.

"Apa? Yang aku bilang bener, 'kan? Shila itu serakah. Raka mau, Benny juga mau. Padahal dia tahu, Raka udah punya istri. Kalian tahu kenapa Shila waktu itu nggak datang ke pernikahannya?" Dia menatap keduanya dengan serius.

Mereka menggelengkan kepala, lebih tepatnya tidak mau tahu dan tidak mau peduli. Sekali lagi, itu semua bukan urusan mereka.

"Itu karena Shila nggak mau kehilangan Benny yang selama ini jadi sumber keuangannya. Kalo dia nikah sama Raka, otomatis hubungannya sama Benny putus dan Shila harus puas sama keuangan Raka. Kalo Raka, masih bisa dirayu. Jadi, dia mau dua-duanya. Mau uang Raka juga uang Benny. Faham?" terangnya sambil memainkan alis naik ke atas.

Mereka saling menatap satu sama lain, perlahan mengerti jalan pikiran Shila.

"Ya udah. Lagian nggak ada urusannya sama kita juga. Biarin aja. Mending kita nonton, mumpung ada film baru yang mau tayang. Yuk!" Mereka berhambur masuk tanpa memikirkan nasib Shila akan seperti apa.

****

Shila duduk di bangku taman, menunggu kedatangan Raka. Sambil berkirim pesan dengan Benny, kekasihnya, dia membatalkan pertemuan.

"Maaf, ya, Ben. Hari ini aku nggak bisa ketemuan sama kamu dulu. Ada perlu. Gimana kalo besok?" ucap Shila melalui sambungan telepon.

Benny, laki-laki yang terlalu mencintai Shila, hanya dapat menuruti kemauan gadis itu. Tak pernah menaruh curiga karena apapun yang dia mau diberikan Shila sesuai uang yang dia berikan termasuk menemani tidurnya.

Shila menutup sambungan, kembali menunggu Raka dengan tak sabar. Kepalanya menoleh kian kemari, berayun-ayun kedua kaki memainkan dedaunan kering yang berjatuhan.

Di kejauhan, anak-anak bermain dengan riang ditemani orang tua mereka. Shila kembali memainkan ponsel, mengusir jenuh yang mulai merayap.

"Ke mana si Raka? Apa dia ngebohongin aku?" Shila bergumam sembari mengangkat kepalanya menatap sekitar.

Mata Shila berbinar, senyumnya terbit sempurna melihat sosok yang ditunggu. Tubuhnya secara spontan berdiri, tak sabar ingin merengkuh sosok tersebut.

"Raka!" Shila berlari dan langsung memeluk Raka tanpa segan.

Namun, tangan Raka sigap mendorong tubuhnya hingga termundur beberapa langkah.

"Jangan lancang kamu, Shila!" tolak Raka dengan tegas.

Shila menunduk, dia memang sengaja melakukan itu agar Raka dapat mengingat masa-masa dulu saat mereka masih berhubungan.

"Maaf, Ka. Aku refleks, aku masih ngerasa kita kayak dulu. Aku minta maaf kalo kamu nggak suka," ucap Shila dengan kepala yang tetap menunduk.

Raka yang sengaja menutupi wajahnya dengan hoodie dan kacamata hitam juga masker untuk menghindari mata-mata Shanum, memindai sekitar khawatir istrinya ada di sana.

"Kamu harus tahu batasan kamu, Shila. Aku udah punya istri, dan kamu nggak bisa seenaknya gitu aja. Ngajak aku ketemuan dengan alasan minta bantuan. Aku ingatkan, kamu jangan lagi ganggu aku setelah ini." Raka menegaskan setiap kata yang diucapkannya.

Shila mengangkat wajah, menatap rupa yang tertutup itu.

"Aku minta maaf." Dia kembali menunduk.

Namun, suara tamparan yang keras membuatnya terlonjak. Shila dengan cepat mendongak, membelalak saat melihat Shanum yang menyalang ke arahnya. Lalu, pergi.

Terpopuler

Comments

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

Baguuuus shanum.....

2023-09-12

0

🌺aNNa baiTi khaRomaH🌺

🌺aNNa baiTi khaRomaH🌺

bikin gemes kalau mengingat kejadian ini...bener² g tau malu bnget si shila..di tunggu up nya lagi kak...semangat

2023-05-19

0

juriyah

juriyah

lanjutt thor

2023-05-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!