Hari-hari dilalui Raka tanpa senyuman, dia lebih sering menyendiri, menangis seorang diri. Hatinya terus mencari ke mana Shanum pergi. Dia rindu, dia menyesal. Bahkan, dia tidak berani mendatangi rumah mertuanya untuk sekedar bertanya ke mana Shanum pergi.
"Di mana kamu, Sha? Kenapa pergi gitu aja. Harusnya kamu dengerin penjelasan aku dulu," lirih Raka di dalam gudang tokonya. Ia menjambak rambutnya sendiri, pening datang melanda dan menyerang kepala.
Sejak kepergian sang istri Raka tak lagi memperhatikan makannya. Setiap hari akan pergi ke toko Shanum berharap dia akan datang ke sana. Namun, meski berjam-jam duduk di kursi kebesaran sang istri, tetap saja wanita itu tak kunjung menampakkan diri.
"Bodoh! Aku emang bodoh! Mau aja ditipu sama Shila. Ya Allah, beri hamba petunjuk ke mana Shanum pergi?" Raka melirih, memohon dari lubuk hati yang terdalam.
"Raka! Raka! Makan siang dulu, woy!" Doni mengetuk pintu gudang mengajak Raka untuk makan.
"Kalian aja dulu, aku belum laper," jawab Raka. Kemudian merebahkan diri di lantai mengingat kebersamaan dengan Shanum.
"Ka, Shanum nggak akan senang kamu kayak gini. Dia pasti makin sedih kalo pulang nanti lihat kamu nggak keurus. Makan, Ka. Supaya Shanum nggak makin kecewa sama kamu," bujuk Doni terus berdiri di depan pintu berharap sepupunya itu akan mendengar dan keluar.
Tak ada sahutan, Doni pun tidak kehabisan akal.
"Kalo kamu kayak gini terus, aku akan bilang sama om dan tante. Tentang kamu, tentang Shanum yang pergi, tentang apa yang terjadi sama kalian-"
Ceklak!
"Please! Jangan bilang sama mamah dan papah. Aku nggak tahu harus bilang apa kalo mereka tanya soal Shanum," mohon Raka memangkas ancaman Doni.
Ternyata ampuh, itu artinya orang tua mereka belum tahu perkara yang terjadi dalam rumah tangga mereka.
"Aku nggak akan bilang kalo kamu mau makan, tapi kalo aku lihat kamu nggak makan ... aku pastiin om sama tante akan tahu." Doni melanjutkan ancamannya. Meluluhkan kekerasan hati Raka.
Suami Shanum itu menurut, keluar dan bergabung bersama kedua karyawannya. Tak apa meski makan sambil melamun, yang terpenting perutnya terisi dan tidak dibiarkan kosong.
"Ka, jangan melamun. Dimakan itu makanannya. Nanti dilalerin," tegur Irwan tak tega melihat temannya.
Semua yang terjadi memang salah Raka, dia yang sudah bermain api. Sekarang, susah sendiri ditinggal pergi. Raka menghela napas, menatap nasi padang di lantai yang sama sekali tidak menggugah selera.
Dia rindu masakan Shanum, istrinya itu selalu tahu apa yang dia inginkan.
Di mana kamu, Sha? Kenapa kamu tega pergi tanpa mau denger penjelasan aku?
Hati Raka merintih perih, air mata jatuh menetes di atas nasi yang ia pandangi. Irwan dan Doni saling memandang satu sama lain, merasa iba dengan yang terjadi pada bos mereka itu.
"Dimakan, Ka. Nanti coba kamu cari ke rumah saudaranya. Siapa tahu Shanum ada di sana. Kamu tahu rumah saudara Shanum?" usul Doni yang sempat kesal terhadap Raka, tapi melihatnya seperti sekarang hatinya tidak tega.
Raka menggelengkan kepala, dia tidak tahu di mana rumah saudara Shanum. Jangankan rumah saudaranya, toko cabangnya saja Raka tidak tahu di mana.
Doni menghembuskan napas kasar, melirik Irwan yang juga tak tahu.
"Kamu tanya, dong, sama si Lia. Nggak ada usaha kamu buat nyari istri. Malah ngurung diri nggak jelas kayak gini. Kalo kamu emang mau Shanum kembali, bangun! Cari dia, jangan diem aja kayak kura-kura. Sembunyi di cangkang karena takut. Pengecut!" hardik Doni muncul rasa kesalnya.
Dia membanting nasi di tangan, dan berdiri pergi keluar toko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
Raka masih berduka woooy shanum harus dicari bukan ditangisi....
2023-09-12
0
Liana Syahroni
aku koq masih belom merasa iba ya sama si Raka...malah senang liat dia ditinggal shanum😤jadi laki koq Cemen banget si....rasaiiinnnn😆😆😆
2023-05-29
1