3

"Ada apa nona? Kenapa muka kalian tegang begitu? " Pak Ruben bertanya saat melihat wajah kami. Ia juga sempat melihat kelopak mawar di lantai dan tersenyum.

"Nggak kok pak. Bapak bisa lanjut bawa tasnya ke atas." Pak Ruben memikul koper berisi pakaianku menaiki anak tangga.

" Apa kamu suka sama kejutanku. Aku menyiapkan ini semua. "

Hatiku tersentuh oleh perlakuan dari Lex. Dia bisa romantis juga.

"Kamu menyiapkan ini semua? "

"Nggak sih. Aku dibantuin Alice. "

"Alice? " Senyuman ku kini berkerut. Aku tidak menunjukkan rasa ketidaksukaan ku di depan Lex. Apapun yang dilakukannya pasti selalu Alice. Alice ini lah, Alice itulah. Dan berakhir dengan pujian pada Alice. Aku lebih senang dia tidak melakukan apapun sehingga Alice tidak terlibat. Siapapun pasti akan cemburu kalau suaminya dekat dengan wanita lain.

"Emangnya Alice tadi ada di sini? "

"Iya dia tadi ke sini. Ide buat ngasih kamu kejutan juga dari dirinya. "

"Benarkah... Alice memang sahabat yang paling pengertian yah. "

"Iya dia adalah wanita yang pintar dan cantik. " Kini Lex terang-terangan memujinya di depanku.

"Kita jalan-jalan gimana. Aku ingin menunjukkan suatu tempat sama kamu."

"Pilihan kamu atau Alice? "

"Alice? Nggak lah, ini tempat rahasiaku. " Syukurlah, senggaknya kali ini bukan tempat pilihan Alice karena setiap kami berdua berkencan pasti dia akan mengatakan itu rekomendasi dari Alice. Aku memutuskan untuk mengikuti dirinya. Aku juga butuh udara luar sekaligus merefreshkan pikiran ku yang sempat terbakar.

Kami tiba di sebuah bukit yang merupakan tempat yang paling pas melihat keindahan malam kota Jakarta. Di tempat ini sangat sepi hanya kami berdua. Lampu-lampu di setiap gedung terang benderang dengan cantiknya. Begitupun di sekitar perumahan. Rasanya cahaya-cahaya dan keindahan itu pas masuk ke dalam mata.

"Ini adalah tempat yang selalu aku tuju, saat aku bosan, merasa sedih dan untuk menenangkan diri."

Tempat yang pas untuk Lex. Diajak oleh Lex ke tempat favoritnya membuat hatiku senang. Tapi semoga saja hanya aku yang tahu tempat ini.

"Kamu adalah satu-satunya orang yang aku ajak ke sini." Lex seakan-akan mendengar isi hatiku.

Kami duduk di sebuah bangku sambil bertukar cerita. Hari ini kami seperti sedang melakukan kencan buta. Kami kembali ke rumah sekitar pukul 11pm. Cukup lama kami berada di tempat itu.

Paginya aku terbangun dan Lex tepat di sebelahku. Seingatku semalam saat di dalam mobil Lex menceritakan banyak hal. Hanya saja rasa kantuk ku mengalahkan diriku. Aku tertidur dan setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi. Apa Lex yang menggendong diriku? Itu pasti karena sekarang dia di sebelah ku. Aku mencoba bangun dengan perlahan agar tidak mengganggu tidur Lex. Tapi tiba-tiba saja telepon Lex berbunyi. Aku ingin mengangkatnya namun Lex lebih dulu terbangun dan mengambil teleponnya.

"Halo... Hmm... Iya... Aku baru bangun... Ada di sampingku.... Apa? Hari ini? Aku akan bicara dengannya... Iya... juga" Kira-kira seperti itulah percakapan Lex namun aku tidak tahu apa yang dikatakan oleh orang di seberang telepon. Aku jadi sedikit penasaran.

"Siapa? "

"Mama bunga. " Ternyata ibu mertua yang menelpon kayaknya ada urusan.

"Mama menyuruh kita ke rumah untuk makan malam bersama. " Jelas Lex.

"Baiklah... Jam berapa kita berangkat? "

"Nanti sore saja. " Kata Lex sambil bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah sofa dengan memegang laptop. Sepertinya dia melanjutkan kerjaannya yang tertunda.

"Mau ku buatkan kopi? " Tawarku.

"Boleh." Jawab Lex dengan santai. Aku turun ke bawah menuju arah dapur. Aku memanaskan air di teko, membuat takaran kopi pada cangkir. Airnya cepat mendidih karena aku mengukur pas dengan cangkir Lex. Aku segera memasukkan air ke dalam cangkir, mencobanya sedikit setelah itu membawa cangkir kopi menaiki tangga. Aku meletakkan cangkir kopi tersebut di atas meja dekat Lex.

"Makasih." Itulah kata yang bisa Lex bilang.

Karena merasa lengket pada tubuhku, aku memutuskan untuk mandi lebih dulu. Akhirnya segar juga tubuhku. Aku keluar dengan memakai handuk menutupi tubuh. Diriku sempat terkejut karena Lex berdiri di depan pintu.

"Eh ada apa Lex?" Tanyaku sedikit gugup dan bercampur malu sembari mengencangkan pegangan handuk ku.

"Aku pengen buang air kecil. Maaf kalau mengejutkanmu. "

"Nggak kok. " Aku mempersilahkan Lex masuk. Aku segera ke ruang ganti untuk mengenakan pakaian. Saat keluar kulihat Lex sudah kembali sibuk dengan urusannya. Bunyi bel pintu terdengar dari halaman rumah, kira-kira siapa ya yang datang.

"Kayaknya sudah sampai." Kata Lex membuatku bingung.

"Siapa memangnya? "

"Itu saat kamu mandi aku memesan makanan, lagian sore nanti baru pelayan kita datang. Kamu juga lapar kan. Nggak mungkin kita nggak makan. " Benar juga perkataan Lex, aku nggak kepikiran sama sekali. Kami nggak mungkin menunggu sampai sebentar malam di rumah ayah dan ibu mertua.

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trusdehst

2024-02-15

0

Osie

Osie

aku mampir n aku sdh baca sipnosis singkatnya..2 bab terbaca n ku curiga Alex n Alice punya hubungan yg lbh dr seorang tmn..yakin mereka berdua udah lakuin hubungan suami istri...hemmmm 2 pengkhianat yg kudu dihempaskan

2023-07-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!