Madu
Pagi ini, cuaca terasa sangat cerah. Pohon-pohon rindang seperti menyambut kedatangan langkah kakiku. Derap kaki kecilku seolah mengundang serpihan angin
untuk datang dan membelai ujung jilbab panjangku. Aku duduk dibawah pohon yang lumayan rindang. Setidaknya sambil menunggu jam kuliah dimulai. Aku memang terbiasa tidak langsung menuju kelas dan lebih suka datang lebih awal hanya untuk duduk menikmati suasana pagi dikampus.
"Assalamualaikum Aisyah,". Aku yang asyik membuka buku sontak mendongak menuju asal suara.
"Waallaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh,". Jawabku dengan ramah. Orang yang memberikan salam ternyata Azizah, teman kelasku.
"Sudah dari tadi kah kamu Syah?,".
"Emm.. tidak kok, baru aja aku buka buku mata kuliah skripsi pak Doni,".
"Oh iya, aku kira sudah lama. Kamu sudah makan Syah?,".
Aku menggeleng kan kepala, yang berarti memberikan jawaban belum. Sebenarnya aku sudah berniat untuk puasa dihari kamis ini, lagian sudah menjadi kebiasaanku berpuasa Sunnah setiap Senin dan Kamis. Tapi aku enggan menjelaskan atau sekedar memberi tahu kepada Azizah bahwa aku sedang berpuasa. Bukannya apa-apa, aku tidak mau pahala laparku hilang karena adanya unsur sombong tanpa aku sadari.
"Mau makan ke kantin tidak yuk?. Mumpung masih ada waktu sebelum perkuliahan dimulai?,". Ajak Azizah kepadaku.
"Emm... aku ngga bisa, maaf yah,".
"Oh iya, kamu pasti lagi puasa sunnah ya?. Ini hari apa si?. Bukannya ini hari Jum'at ya Syah? ,". Tanya Azizah kebingungan. Karena dia mengira kalau hari Ini adalah hari Jumat.
"Mana ada hari Ini hari Jumat Zah?. Ini hari Kamis. Kamu ini maunya cepet-cepet hari Ahad aja ya?. Hehehe,". Aku meledeknya.
"Hah?. Iya kah hari ini hari Kamis?,".
"Iya Azizah bawel,". Aku tersenyum.
"Hahaha, astaghfirullah, aku terlalu banyak memikirkan skripsi, sampai lupa hari,". Sanggah dia sok membela diri.
"Kamu bisa saja ngeles nya, bilang aja kebanyakan mikirin mas Dani ya kan?,". Godaku pada nya. Azizah memang sangat naksir dengan mas Dani. Mahasiswa fakultas teknik yang juga terkenal sangat pandai itu. Bahkan bisa dibilang kalau Azizah itu sangat mengidolakan dan terobsesi pada mas Dani.
"Asiyah, kamu nggak boleh julid, inget loh, ukhty-ukhty ngga boleh nakal,". Canda nya sambil meledekku. Dia memang sering meledekku, memanggilku ukhty ukhty yang dalam bahasa Arab artinya adalah saudariku. Aku tak keberatan dengan ledekan itu. Lagi pula itu sudah menjadi kebiasaan anak-anak pada umumnya, kalau melihat perempuan dengan jilbab panjang dipanggil ukhty-ukhty, apalagi aku yang lengkap dengan selembar kain diwajah. Aku sendiri tidak tahu, apakah mereka tau arti dari kata ukhty?.
"Sekali-kali nakal dan ledekin kamu ngga papa kan?. Haha...,". Sanggahku sambil lari meninggalkan Azizah. Takut kalau-kalau dia tiba-tiba mencubit ku. Aku tipe manusia yang paling benci dengan namanya dicubit. Bagiku, lebih baik di pukul, atau diapakan gitu dari pada dicubit. Rasanya dicubit itu sakitnya nggak hilang-hilang. Bahkan aku sering reflek memukul orang yang mencubit ku sambil menangis. Entahlah aku ini kenapa.
"Asiyah, jangan kabur kau ya, aku tau kau kabur karena takut aku cubit kan?. Hahahaha,". Dia ikutan mengejar ku yang lari terbirit-birit menuju ruang kuliah.
Aku lumayan tersengal-sengal nafasnya. Aku bisa dikatakan sangat jarang berolahraga. Astaghfirullah.. bagiku, membereskan dan membersihkan rumah membantu Umi itu sudah dinamakan olahraga. Ternyata itu belum cukup, itu sangat terbukti dengan pola nafasku yang masih ngos-ngosan. Padahal lari hanya jarak pendek saja.
Aku melihat azizah juga datang dari balik pintu dengan keringat didahi dan nafas tersengal-sengal sepertiku. Aku hanya nyengir dibalik cadarku. Nampaknya Azizah mengetahui kalau aku menertawakan dia yang masih berusaha mengatur nafasnya. Dia lantas duduk di sampingku. Aku masih dalam posisi siaga, takut tiba-tiba dia reflek mencubit ku.
"Gila ya Syah, keliatan banget kalo gue ga pernah olahraga. Hahaha,".
"Hahaha... sama aku juga, ga pernah olahraga. Lari dikit langsung ngos-ngosan kayak habis lari maraton,".
"Syah, kamu yakin masih kuat puasa?. Habis lari-lari?,".
"Aku nyengir dan mengangguk pelan,". Walaupun sebenarnya tenggorokan lumayan kering.
Azizah menggeleng pelan, dia tau kalau aku cengar-cengir. Walaupun tidak langsung terlihat karena tertutup cadar. Azizah dan teman-teman yang lainnya biasa melihat ekspresiku lewat kedua bola mataku.
Aku memang sudah memutuskan memakai cadar dari kelas 3 SMA. Alhamdulillah sampai sekarang aku menginjak semester 6. Banyak suka duka dibalik semuanya. Lagi-lagi aku bersyukur Allah masih memberikan hidayah untukku agar bisa tetap Istiqomah dengan pakaian ini.
"Serius Syah, kadang gue ngiri sama elu. Elu udah cantik, pinter, solihah. Hmm... kapan ya Syah gue bisa kaya elu?,". Celoteh Azizah dengan tatapan menerawang ke arah pintu.
"Apaan si kamu Zah, jangan berlebihan gitu. Aku ngga cantik, biasa aja, pinter juga engga. Pas-pasan,". Aku menghela nafas panjang.
Kadang sedih, ketika banyak temen dan saudara yang mengira diriku adalah orang yang solihah, orang yang baik. Padahal dibalik itu semua, aku tetap seorang manusia pendosa yang Allah tutupi aib-aib nya.
"Astaghfirullah,". Ucapku lirih.
"Kenapa Syah?. Aku salah ngomong yah?,". Sorry ya kalau gue salah ngomong Syah.
"Apaan si zah, siapa yang salah ngomong?,". Tanyaku menatap wajah Azizah bingung.
"Lah itu tadi elu nyebut gitu,".
"Hahaha... emang kalau orang istighfar harus karena ada kesalahan orang lain dulu gitu?,". Aku terkekeh mendengar apa yang di ucapkan Azizah.
"Hahaha... sialan. Ya engga juga Syah. Elu mah. Gue ngambek nih,". Rengek dia.
"Eits.... ga boleh ngambek. Nanti mas Dani ngga suka loh?. Hahaha,". Aku kembali meledekinya.
"Asiyah!!. Jangan mulai lagi. Jangan kenceng-kenceng dong elu bilang nya. Kan berabe kalo banyak yang denger,". Wajahnya manyun.
"Emang kenapa kalo banyak yang denger Zah?. Bukannya seneng ya?, kan bisa jadi viral?,". Aku terkekeh.
"Hahaha.... masalahnya, bukan itu Syah. Gue si suka-suka aja jadi viral. Lumayan kan bisa jadi artis sementara. Hahaha,".
Aku geleng-geleng kepala mendengarkan celoteh Azizah yang begitu pedenya.
"Terus apa masalah nya dong?,". Tanyaku lagi.
"Masalah nya nih ya, gue kasih tau ke elu. Nanti tuh ya Syah, gue jadi banyak saingannya. Secara elu tau sendiri kalo mas Dani itu terkenal dikalangan kaum hawa yang kecentilan kan?,". Jawabnya penuh dengan keseriusan.
Aku berusaha menahan tawa mendengar jawaban Azizah barusan. Tapi aku gagal. Aku akhirnya tertawa sambil memegangi perut ku yang kram.
"Banyak saingan?,". Hahahaha.
Lagi-lagi aku kembali tertawa.
"Aisyah... serius ini ih, jangan tertawa mulu,". Nampaknya Azizah mulai kesal dengan ulahku. Aku sontak langsung menghentikan tawaku.
"Iya iya iya, maaf-maaf. Tapi kok buat aku mas Dani B aja ya?,". Jawabku dengan nada yang di serius-seriuskan takut Azizah makin ngambek.
"Ya iyalah, buat elu mah mas Dani biasa aja. Secara elu kan sukanya sama pak ustadz yang alim gitu ya kan?,". Hahaha, terdengar suara tawa Azizah.
"Ih apaan si, ya nggak ustadz juga kali,".
Tiba-tiba ruang kelas semakin penuh dengan mahasiswa-mahasiswa dan selang beberapa menit, dosen pengajar matakuliah skripsi yang tak lain pak Doni datang memasuki kelas. Mengucapkan salam kepada mahasiswanya dan mulai mengajarkan materi-materinya.
Aku, Azizah dan mahasiswa yang lainnya fokus dengan kuliah pak Doni. Karena mata kuliah ini adalah nyawa bagi mahasiswa pejuang S1. Bahkan sering jadi momok menakutkan SKRIPSI.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Ciankk Arumi Kirana
nyimak
2024-05-27
1
EMI aja
nyimak dulu
2022-04-05
0
Indah Nihayati
bagus kak
2022-02-22
0