Johan melintasi terowongan waktu dan kembali ke masa lalu. Dia berada di taman yang indah, di mana sinar matahari menerangi pepohonan yang rindang. Ketika ia memperhatikan sekelilingnya, dia melihat seorang anak kecil yang sedang bermain sendirian di atas ayunan.
Johan mendekati anak itu dengan hati-hati. Anak kecil itu tampak ceria, namun ada kesedihan yang tersembunyi di matanya. Johan berlutut di sampingnya dan tersenyum lembut.
"Hai, apa kabarmu?" tanya Johan dengan penuh kehangatan.
Anak itu mengangkat kepalanya dan memandang Johan dengan penuh rasa ingin tahu. "Aku baik-baik saja," jawabnya dengan suara lembut. "Tapi aku tidak memberitahukan namaku pada orang asing."
Johan mengerti kehati-hatian anak itu. "Tentu, aku mengerti. Aku Johan, dan aku datang dari masa depan. Apa yang kamu lakukan di sini sendirian?"
Anak itu memperlihatkan senyuman kecil. "Aku suka datang ke taman ini. Di sini, aku bisa bermain dan melupakan sedikit kekhawatiran."
Johan merasa terharu melihat anak kecil itu. Ia bisa merasakan rasa kesepian dan kerinduan di dalam hatinya. "Apakah ada yang membuatmu sedih, anak?"
Anak itu menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Aku hanya merindukan seseorang yang penting bagiku."
Johan merasa ada ikatan khusus antara mereka. Ia merasa terpanggil untuk membantu anak itu. "Mungkin aku bisa membantu, jika kamu mau memberitahukan lebih banyak tentang dirimu."
Tapi anak kecil itu tidak menjawab dan langsung pergi meninggalkan Johan sambil berkata "kamu mencari sesuatu? lebih baik segera ke perpustakaan, ibuku sering bilang jikalau mencari informasi atau sesuatu hal, alangkah baiknya langsung membaca buku.
Johan ingat sekali perkataan itu persis seperti perkataan ibunya ketika dia kecil. Kemudia anak itu berlari meninggalkan Johan tanpa memberitahukan namanya.
Johan kemudian ke perpustakaan di desa kecil itu. Desa ini tampak berbeda dari sebelumnya, terlihat lebih maju dari yang sebelumnya. Tapi ia mengenali, desa itu adalah desa tempat dirinya bermain dulu, dan taman ini adalah taman yang menemani dirinya semasa kecil.
Johan berjalan dengan langkah hati-hati melintasi gang-gang kecil desa itu. Ia merasa nostalgia melanda hatinya saat melihat tempat-tempat yang familiar. Di kejauhan, ia melihat perpustakaan yang terletak di sudut desa.
Saat Johan memasuki perpustakaan, ia merasakan atmosfer yang tenang dan damai. Raungan halus buku-buku yang tertata rapi mengisi ruangan, menciptakan aura pengetahuan dan petualangan di udara. Ia berjalan ke rak-rak buku dan mulai mencari petunjuk yang mungkin ada di antara halaman-halaman yang tersembunyi.
Saat Johan menyelusuri baris-baris buku, pandangannya tertarik pada satu buku kuno dengan sampul yang terlipat. Judulnya terlihat samar, tapi ia merasa ada yang familiar dengan buku itu. Johan dengan hati-hati mengambil buku tersebut dan membukanya.
Halaman-halaman yang berdebu menampilkan catatan-catatan tua yang dikumpulkan oleh penulisnya. Johan mengamati tulisan-tulisan yang penuh dengan pengetahuan dan misteri. Namun, ada satu halaman yang menarik perhatiannya. Di sana tertulis dengan jelas sebuah kalimat yang membuka pintu kenangan di dalam dirinya, "Jangan lupa, Johan. Waktu adalah kunci."
Mata Johan membelalak saat ia membaca kalimat itu. Rasanya seperti petunjuk yang dulu pernah diberikan oleh ibunya. Hatinya dipenuhi perasaan campur aduk antara kebingungan dan keingintahuan. Apa arti dari kalimat itu? Dan mengapa hal itu berhubungan dengan perjalanan waktu yang ia alami?
Tanpa ragu, Johan menutup buku dan meninggalkan perpustakaan dengan tekad yang bulat. Ia harus menemukan jawaban dan melanjutkan misinya. Johan melangkah keluar dari perpustakaan dan melihat sekelilingnya. Desa kecil itu, dengan kehidupannya yang berbeda menantang Johan untuk mengeksplorasi lebih jauh lagi.
Johan kemudian mencari lokasi rumahnya dulu. Betapa terkejutnya dia melihat rumah yang dulu ia tempati ternyata berdiri dengan sangat baik, sebelum ia dan keluarga pindah ke kota besar.
Rumah itu indah, damai, sejuk dengan bunga dan satu pohon besar yang berdiri kokoh di depannya. Namun Johan tidak melihat seorangpun di dalamnya.
"Tampaknya Ibu dan Ayah lagi pergi keluar" ucap Johan dengan hati-hati sambil berjalan ke dalam rumah.
Johan kemudian memasuki rumah tersebut, sambil mencari petunjuk yang akan membawanya pada pemecahan kasus ini.
Johan berjalan perlahan melintasi pintu masuk rumah tersebut. Setiap langkahnya dipenuhi dengan rasa penasaran dan keberanian. Ruangan di dalam rumah itu penuh dengan keheningan yang mencekam, hanya suara langkah Johan yang terdengar.
Sinar cahaya tembus melalui jendela yang terbuka, menerangi ruangan dengan lembut. Johan melihat sekelilingnya, mencari petunjuk yang mungkin ada di sana. Dia menyusuri setiap sudut, melihat gambar-gambar yang menghiasi dinding, dan meneliti setiap buku yang terpajang di rak.
Johan membayangkan, seandainya petunjuk mudah didapat seperti dalam film, ini akan mudah. Johan memeriksa lukisan kuda yang melintasi genangan air, yang ia tau dulu adalah lukisan yang ayahnya lukis. Tapi, ia tidak menemukan apapun.
Johan kemudian berjalan hati-hati masuk ke ruangan belakang tempat biasa ayahnya menyimpan alat-alat lukis. Tiba-tiba lantai yang Johan injak terangkat sedikit.
Johan terkejut saat lantai yang ia injak tiba-tiba terangkat sedikit. Dalam kebingungan, ia melihat ke bawah dan terkejut melihat tangga yang tersembunyi di bawah lantai. Tanpa ragu, ia mengikuti tangga tersebut dan turun ke bawah. Betapa kagetnya ia ketika mengetahui banyak sekali buku-buku yang ada di sana. Johan ketika kecil tidak pernah mengetahui apa-apa tentang ruangan tersebut.
Johan berjalahan perlahan dan melihat sebuah kotak kecil yang terlihat di atas meja. Ketika Johan hendak mengambil kotak tersebut, suara ketukan pintu terdengar. Johan dengan cepat keluar dari belakang dengan membawa kotak kecil tersebut. Untung saja ia mengingat letak kunci belakang yang sering ia buka ketika kecil.
Johan tidak tau siapa yang datang ke rumahnya. Ia bergegas pergi meninggalkan rumah tersebut dengan terburu-buru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments