Dua minggu berlalu, kini Nindy sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan baru bersama keluarga suaminya, ia mencoba untuk menerima status baru sebagai seorang istri dan juga menantu di rumah besar itu. Meskipun berada di lingkungan yang masih terasa sangat asing baginya, namun Nindy tidak pernah mempermasalahkannya dan tetap menjalani hidup barunya dengan sepenuh hati.
Sebenarnya Nindy merasa sedikit aneh dengan hubungan yang terjalin antara dirinya dan juga Rafael, dan selama seminggu ia dapat menangkap banyak perubahan dari sikap suaminya itu terhadap dirinya. Jika dulu Rafael selalu bersikap manis dan hangat pada dirinya namun kini sikap itu telah berubah jauh, Rafael tampak seperti orang yang berbeda, bahkan kini terlihat lebih cuek dan dingin.
"Kak Fael kenapa ya? Kok kayaknya dia sengaja menghindar setiap kali bertemu dengan aku. Apa kak Fael marah ya karena aku sering mengganggu waktu tidurnya hingga membuatnya marah sama aku".
Mereka memang sudah menikah tapi hubungan keduanya sama sekali tidak tampak seperti pasangan suami istri yang sesungguhnya, Rafael asik dengan hidupnya sendiri sementara Nindy juga berusaha mengasikkan hidupnya sendiri. Pernah sekali waktu Nindy menanyakan tentang hubungan mereka yang tampak begitu renggang seperti orang tidak saling mengenal, namun Rafael hanya memberi jawaban jika dia sedang beradaptasi dengan statusnya yang baru.
Nindy menghela nafas panjang, sebagai seorang remaja yang baru beranjak dewasa ia benar- benar tidak bisa memahami situasi yang saat ini di hadapinya, bahkan ia sama sekali tidak sadar jika hidupnya dan juga masa depannya sedang di pertaruhkan.
"Non Nindy kenapa?" Tanya bik Nur pada nona mudanya yang terlihat murung.
"Nggak tahu lah bik" Sahutnya ngambang.
"Lagi sebel tapi nggak tahu mau sebal sama siapa. Lagi kesal tapi juga nggak tahu harus kesal sama siapa" Sambungnya lagi.
Saat ini Nindy sedang menemani bik Nur memasak didapur, rutinitas yang hampir setiap hari ia lakukan semenjak kedatangannya kerumah itu.
"Ya udah, sebel dan kesalnya di lampiaskan sama toge ini saja" Ucap bik Nur memberi saran sambil menyerahkan tumpukan toge segar di hadapan nona muda yang sedang bad mood itu.
"Yah, bik Nur tega banget sih. Masa aku di suruh melampiaskan kekesalan aku sama si toge- toge inih. Gimana cara gulatnya coba, mereka- mereka ini kan nggak bisa di ajak adu jontos" Protes Nindy.
Bik Nur tertawa geli mendengar ucapan Nindy, beliau tidak menyangkan jika istri tuan mudanya itu ternyata orang yang lucu dan menyenangkan untuk diajak bercanda.
"Loh memangnya non Nindy ndak pernah dengar ya kalau metik toge itu bisa meredam emosi dan juga rasa kesal!" Ucap bik Nur.
"Masa sih bik, aku nggak percaya?" Sahut Nindy.
"Kalau ndak percaya, non Nindy coba buktiin aja sendiri. Jika memang tidak berhasil, berarti ucapan bik Nur tadi adalah mitos" Balas bik Nur.
Nindy mengerucutkan bibirnya, ia merasa bik Nur sedang mengerjai dirinya. Meski dengan sedikit ogah- ogahan Nindy akhirnya mengikuti saran bik Nur dan benar saja rasa kesal yang sejak tadi memenuhi hatinya kini berpindah pada setumpuk toge mentah yang tidak ada habisnya dipetik.
"Ah, bik Nur mah sengaja ngejain aku ya!" Omel Nindy setelah beberapa saat kemudian.
"Loh, memangnya kenapa lagi non?" Tanya bik Nur seolah tidak tahu.
"Perasaan aku bukannya membaik, tapi malah bertambah semakin kesal sama si toge- toge inih" Tunjuknya pada tumpukan toge itu.
Bik Nur menggelengkan kepalanya sambil terkekeh geli.
"Itu karena non Nindy ndak ikhlas metik togenya, coba kalau ikhlas pasti sudah habis toge itu non petikkin" Jawab Bik Nur.
"Segala sesuatu itu harus di kerjakan dengan ikhlas non, biar berkah dan juga mendapat ridho dari Tuhan".
"Iya, bik ustadzah" Gerutu Nindy.
Bik Nur kembali tertawa, bukannya marah beliau malah tampak senang. Semenjak kedatangan nona muda kerumah ini, setiap hari beliau jadi lebih sering tersenyum dan tertawa. Nona Nindy memang masih remaja namun pembawaannya yang manis, ceria dan lucu membuat setiap orang merasa nyaman berada di dekatnya.
"Bik! Kak Fael itu orangnya gimana sih? Kok kayaknya akhir- akhir ini sikap kak Fael berubah deh sama aku" Tanya Nindy.
"Berubah bagaimana non?" Tanya bik Nur tidak mengerti.
"Iya berubah bik. Kak Fael itu jadi lebih pendiam, jutek dan juga suka marah- marah. Hampir setiap pagi kak Fael marah- marah sama aku, padahal aku kan cuma membangunkannya saja. Tapi dia malah mengomeli aku habis- habisan" Ucap Nindy dengan menggebu- gebu.
"Ya sudah, sabar aja non. Mungkin mas Rafa lagi punya banyak masalah di kantornya" Sahut bik Nur.
"Kalau mas Rafa lagi marah, sebaiknya non Nindy jangan mengajaknya bicara dulu. Tunggu hingga emosi mas Rafa mereda, baru setelah itu non Nindy ajak mas Rafa bicara baik- baik".
Nindy mengangguk mengerti, ucapan bik Nur sama persis seperti apa yang pernah bi Ranti katakan padanya, ia harus bisa merendam amarah suaminya bukan malah membuatnya bertambah marah.
"Mas Rafael itu sebenarnya orang yang baik loh non, beliau ramah dan sangat menghormati orang tua bahkan mas Rafa ndak pernah berkata kasar sama bibik. Tapi jika beliau sedang marah, maka jangan pernah mencoba untuk mendekat karena mas Rafa bisa berubah menjadi macan yang suka mencakar dan melempar barang".
"Ih, serem banget sih bik" Nindy tiba- tiba bergidik ngeri ketika mendengar ucapan bik Nur.
"Makanya, non Nindy harus bisa menenangkan mas Rafa disaat beliau marah dan jangan pernah mencoba untuk memancing emosinya jika non Nindy ndak mau melihat macan yang mengamuk" Ucap bik Nur lagi.
"Hahaha,,,, bik Nur bisa saja".
Disaat bik Nur dan Nindy asyik bercanda di dapur, tiba- tiba terdengar suara langkah kaki yang grasak grusuk mendekati dapur.
"Anindya Maharani!" Sebuah suara meneriakkan nama Nindy dengan lantang.
Nindy dan bik Nur yang masih asik bercanda seketika terkejut mendengar suara yang begitu menggelegar.
Langkah kaki itu berhenti tepat di hadapan Nindy dan bik Nur membuat keduanya tersentak kaget. Bik Nur langsung menundukkan kepala ketika melihat orang yang sedang berdiri tegak di depannya yang merupakan tuan besar pemilik rumah tersebut, sementara itu Nindy hanya terdiam terpaku tanpa tahu situasi yang sedang di hadapinya.
"Ka,,, kamu"
"Kamu Anindya Maharani?" Tanya pak Harun dengan suara yang bergetar.
Nindy masih terdiam di tempatnya.
'Beliau siapa? Bagaimana beliau mengetahui nama lengkapku?".
"Ya Tuhan, Bisma! Akhirnya aku bisa menemukan putrimu" Lirih pak Harun dengan berlinangan air mata.
Pak Harun langsung memeluk gadis yang masih berdiri terpaku ditempatnya, ia masih berusaha mencerna situasi yang saat ini sedang terjadi.
"Akhirnya, setelah sekian lama Om bisa bertemu lagi dengan kamu nak!" Ucap pak Harun yang masih memeluk Nindy dengan erat.
Pak Harun begitu bersyukur karena ia masih di berikan kesempatan untuk bertemu dengan putri sahabatnya setelah beberapa tahun menghilang tanpa jejak.
☆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
merry jen
beratii fareall dan mm y UD tau donk mislhknnyy nindyy pemilik sahh pershnn mkyy dnkhinn tu nindyy kan hrs nkhin pemilkk mkyy pershnn dan posisi ttp amann ....klo bgtuu beratii dsnii nindyy rugii dnkhinn supy rafeal dan mm y aman pdhll itu kn bkn harta mrkk ...cm ppy Raff yg jlninn donkk ...UD dpt in harta trs Nindy dceraiin ....
2023-05-13
2