Nindy mulai bersiap untuk melakukan aksinya.
"Satu, dua, ti,,,!"
Dengan gerakan cepat kedua tangan Nindy menarik selimut tebal yang menutupi tubuh Rafael hingga selimut itu tergeletak di lantai.
"Ga,,,! Aaaa,,,,!" Nindy berteriak kencang saat mata sucinya tidak segaja melihat pemandangan roti sobek milik pak suami.
Teriakan Nindy membuat Rafael terkejut dan seketika matanya langsung terbuka lebar dan,,,
"Aaa,,,,!" Rafael berteriak kencang saat melihat seorang bocil berada di dalam kamarnya.
Rafael benar- benar tidak ingat jika bocil itu adalah istrinya sendiri. Akibat suami istri tidur pisah kamar ya begini deh jadinya, suami sampai lupa jika dirinya sudah menikah dan orang yang membangunkannya adalah istrinya sendiri.
Plak
Nindy langsung memukul lengan Rafael dengan keras.
"Kamu kenapa sih teriak- teriak begitu? bikin kaget aja" Protesnya sambil mengelus dadanya. Ia juga tidak ingat jika dirinya lah yang berteriak pertama kali.
Pada awalnya Nindy kaget saat melihat tubuh seksi sang suami, namun setelah itu ia kembali harus kaget saat pak suami berteriak dengan cukup kencang.
Rafael bangun dan duduk bersila diatas ranjangnya sambil menatap dengan seksama bocil yang telah lancang mengganggu waktu tidurnya. Dan seketika ia sadar jika bocil itu adalah gadis yang telah ia nikahi kemarin.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Rafael setelah kesadaran sudah kembali.
"Bangunin kamu" Sahut Nindy cepat.
"Kenapa kamu yang bangunin aku? Bik Nur mana?" Tanyanya dengan kesal.
"Bik Nur lagi masak di dapur" Jawab Nindy.
"Terus kamu ngapain disini?" Tanyanya lagi.
"Ih dasar pikun!" Gumam Nindy yang masih bisa di dengar oleh Rafael.
"Kan tadi aku udah jawab kalau mau bangunin kamu" Dengan polosnya Nindy menjawab semua pertanyaan Rafael sesuai dengan apa yang di tanyakan tidak kurang dan tidak lebih, singkat padat dan tidak jelas.
"Its,,, dasar bocil" Gerutu Rafael.
"Kamu lihat sendirikan kalau aku udah bangun, jadi sekarang kamu keluar dari kamarku" Usir Rafael dengan gerakan tangannya.
"Iya aku keluar sekarang, tapi benar ya kamu langsung bangun. Jangan tidur lagi. Awas kalau sampai tidur lagi" Kini giliran Nindy yang mengancam.
"Iya iya bocil!" Sela Rafael lagi.
"Sana pergi" Usirnya lagi.
Nindy pun berjalan keluar dari kamar Rafael yang di iringi oleh tatapan tajam dari suaminya.
"Baru juga hari pertama jadi istri gua, udah bikin masalah aja tuh bocil, gimana kalau satu tahun! Bisa stress gua"
Dengan ogah- ogahan Rafael beranjak dari duduk dan langsung menuju kekamar mandi.
.
Satu jam berlalu dan akhirnya Rafael turun juga, kedatangan di sambut hangat oleh sang mama dan juga sang istri. Bu Linda tersenyum menyambut kedatangan sang putra kesayangannya.
"Kamu udah siap sayang. Ih gantengnya anak mama" Puji bu Linda kepada sang putra.
Rafael tersenyum, pujian seperti itu sudah biasa ia dengar bahkan tiada hari yang terlewatkan tanpa adanya sebuah pujian dari seseorang untuk dirinya. Dan sang mama adalah orang yang paling sering memuji ketampanannya.
"Makasih mah" Balas Rafael dengan senyum manisnya.
Rafael memang tampan, ia mewarisi wajah tampan dari sang kakek yang merupakan keturunan Indo- Amerika. Memiliki tubuh yang tinggi dan atletis, membuatnya menjadi idola para wanita bahkan ia pernah mendapat tawaran untuk menjadi seorang model pada saat ia masih menjadi mahasiswa. Kini usianya yang sudah genap dua puluh lima tahun membuat penampilannya semakin tampak menarik dan tentu saja ia begitu bangga dengan ketampanannya yang dimilikinya itu.
Jika Rafael berperawakan tinggi, putih dan tampan maka Nindy adalah kebalikannya. Nindy memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi, kulitnya tidak terlalu putih lebih ke sawo matang dan dengan potongan rambut pendek sebahu membuat penampilannya tampak lebih tomboy jauh dari kata feminim.
Menghabiskan sebagian masa remajanya di sebuah desa di pinggir kota membuat Nindy jauh dari pergaulan masa kini, ia terbiasa dengan kesederhanaan. Dan karena usianya yang baru beranjak tujuh belas tahun membuatnya tidak terlalu memperhatikan penampilannya dan ia terlalu cuek dengan apapun termasih merawat dirinya sendiri.
"Duduk Raf, mama sudah siapkan sarapan kesukaanmu" Ucap Bu Linda.
Rafaael mengangguk dan langsung duduk di samping sang mama kemudian mulai menikamati sarapan yang sudah di persiapkan oleh mamanya itu dengan lahap. Meskipun sering terlibat perdebatan dengan sang mama, namun Rafael tetap menghormati dan menyayangi mamanya itu terlebih semenjak pak Harun menikah lagi dengan ibu tirinya dia jadi semakin menyayangi sang mama lebih dari siapapun.
Dengan telaten bu Linda menyiapkan sarapan untuk sang putra, meskipun tahu jika putranya itu sudah menikah tapi beliau tidak membiarkan menantunya untuk mengambil alih posisinya termasuk dalam hal mengurus semua keperluan Rafael.
Sementara itu Nindy merasa senang melihat perlakukan mertuanya yang begitu perhatian kepada Rafael, ia dapat melihat jika mama mertuanya sangat menyayangi suaminya. Terselip rasa iri di hatinya melihat kedekatan ibu dan anak itu, meskipun ia juga mendapatkan perlakukan yang istimewa dari paman dan bibinya tetapi jauh dari lubuk hati yang paling dalam ia juga sangat merindukan kebersamaan yang sama dengan kedua orang tua dan juga saudaranya.
Nindy mengusap air mata yang hampir jatuh dari pelupuk matanya, ia memalingkan pandangannya karena tidak ingin Rafael dan bu Linda melihatnya menangis. Setelah berhasil mengontrol kesedihannya, Nindy mulai memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu kepada Rafael
"Kak Rafael tahu nggak alamat kampus Bina Darma?" Tanya Nindy.
Bu Linda dan Rafael yang sedang menikmati sarapan mereka seketika langsung menatap Nindy secara bersamaan, keduanya kaget mendengar pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut anggota keluarga baru mereka.
"Untuk apa kamu menanyakan alamat kampus Bina Darma?" Bu Linda balik bertanya dengan penuh rasa curiga.
"Saya mau daftar kuliah di kampus itu mah" Jawab Nindy sopan.
"Kamu mau kuliah?" Tanya bu Linda kaget sambil menatap Rafael seolah ingin mengatakan jika beliau tidak setuju dengan niat dari menantunya itu.
"Iya mah. Kak Rafael pernah bilang jika Nindy masih boleh melanjutkan kuliah setelah menikah" Jawab Nindy jujur.
Bu Linda melonggo sesaat, kemudian beliau kembali menatap kearah sang putra dengan perasaan yang sedikit kesal. Kenapa putranya itu menjanjikan sesuatu kepada istrinya tanpa meminta pendapat dari dirinya terlebih dahulu. Beliau tahu jika perjuangan Rafael untuk menaklukkan hati Nindy tidaklah mudah, namun beliau tidak menyangka jika putranya itu juga menjanjikan sesuatu kepada gadis yang kini telah menjadi menantunya.
"Benar Raf?" Tanya bu Linda ingin memastikan.
Rafael mengangguk pelan
"Iya mah, Rafa memang pernah mengatakan jika Nindy bisa melanjutkan kuliah setelah menikah".
Bu Linda terdiam, beliau tidak dapat berkata- kata. sesungguhnya beliau keberatan jika Nindy melanjutkan kuliahnya lagi, karena beliau khawatir lambat laun gadis kampung itu akan menyadari tujuan sang putra menikahi dirinya. Dan bu Linda tidak ingin semua rencana yang telah disusunnya menjadi berantakan jika Nindy kuliah di kota ini.
Usaha Rafael untuk menikahi Nindy memang tidak semudah yang di bayangkan, ia harus melakukan pendekatan selama berbulan- bulan sebelum akhirnya menjadi dekat dengan Nindy dan berhasil menikahinya. Sifat Nindy yang cuek dan juga jutek membuat dirinya menjadi sulit untuk di dekati, sehingga Rafael menggunakan segala macam rayuan dan bujukan agar gadis itu takluk pada dirinya. Berkat kegigihannya itu, akhirnya Rafael berhasil mendapatkan Nindy.
Menikah di usia yang masih sangat muda memang bukanlah impian Nindy, ia tidak pernah berniat untuk menikah di usia yang baru menginjak tujuh belas tahun. Salah satu alasan Nindy bersedia menikah dengan Rafael selain karena memang di mencintai laki- laki itu adalah karena Rafael mengatakan jika ia bisa melanjutkan kembali kuliahnya saat mereka tinggal dikota.
Rafael meletakkan sendok dan garpunya di atas piring kemudian memalingkan wajahnya untyk menatap sang istri.
"Tapi sepertinya kamu tidak bisa kuliah tahun ini" Ucapnya pelan.
"Kenapa?" Tanya Nindy kecewa.
"Karena pendaftarannya sudah di tutup, kamu bisa mendaftar lagi untuk tahun depan" Jawab Rafael.
Tentu saja jawaban Rafael itu tidak benar, karena kenyataannya pendaftaran mahasiswa baru di kampus itu masih terbuka. Rafael sengaja berbohong agar niat Nindy untuk kuliah tertunda, setidaknya sampai mereka bercerai tahun depan.
☆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
merry jen
lki gk mau rugii mau cm memaaftin nidy spyn posisi dia SM mm y SMAN sdgkn Nindy gk dpt imbln AP ap
2023-05-13
1