Gelar dan Tugas - Part 4

Duduk di sebuah kereta bersama seorang lelaki asing adalah pengalaman pertama yang dimiliki Sofia. Mata hijau emerald-nya menatap sosok pria di depannya yang terlihat bosan dan tidak memedulikan bahwa mereka hanya berdua di kereta tersebut. Pandangan pria itu pun tidak pernah melirik Sofia dengan nafsu atau apa pun, hanya pandangan menilai sejak mereka bertemu. Seolah Sofia sendiri bukan sosok yang harus di kagumi karena kecantikannya, namun seorang yang harus di awasi.

'Apa yang ada di dalam pikiran pria ini?'

Sikapnya Vincent lebih dingin dari biasanya, terutama setelah penyerangan bandit di malam sebelumnya. Vincent bahkan belum bicara sepatah kata pun sejak mereka berada dalam kereta kuda, itu aneh karena sejak beberapa hari terakhir, Vincent biasanya memulai memulai obrolan, meskipun ringan dan tidak bertahan lebih dari sepuluh menit.

Namun hari ini tidak ada tanda-tanda bahwa Vincent ingin berbicara dan hari sudah makin sore. Pria ini hanya melihat keluar jendela kereta kuda dengan pandangan kosong, terjebak di dunianya sendiri.

"Hei Vincent?" Tanya Sofia, memutuskan untuk memulai pembicaraan. Namun Vincent tidak merespon dan hanya menatap keluar dengan tangan di jedela kereta yang menahan dagunya, begitu tenggelam dalam lamunannya sendiri.

"Vincent?!" Kali ini Sofia meninggikan suaranya untuk menarik perhatian Vincent dan berhasil mendapatkan respons, meskipun itu hanya lirikan mata dan senandung 'Hm?' yang acuh.

"Aku ingin menayangkan sesuatu kepadamu." Kata Sofia dengan mata serius.

"Tanyakan saja. Apa yang ingin kamu ketahui?" Balas Vincent yang masih menatap keluar jendela kereta kuda.

"Tentang penyerang bandit-"

"Itu tidak normal atau mereka hanya orang bodoh yang putus asa." Kata Vincent menyela Sofia.

"Bagaimana kamu menyimpulkannya begitu saja?" Tanya Sofia jelas penasaran dengan apa yang di pikirkan pria di depannya.

"Sederhana, mereka bukan bandit biasa." Kata Vincent sambil menoleh ke arah Sofia.

"Dan?"

"Apakah menurutmu sekelompok perampok kecil akan melawan kelompok yang lebih besar yang terdiri dari lima lusin Kesatria di dalamnya, kemudian berharap memiliki peluang untuk menang?" Tanya Vincent, sekarang terfokus pada Sofia.

"... Itu, um... Kamu benar. Menurut laporan yang biasa aku baca, para bandit biasanya menyerang dalam jumlah banyak untuk melawan kelompok yang lemah dari mereka untuk menjarah harta apa pun yang dimiliki korbannya. Tetapi- ..."

"Kecuali mereka kompeten dan aku bisa mengerti, tetapi nyatanya tidak. Kelompok bajingan kecil itu bisa di kalahkan dengan cukup mudah oleh kesatriamu, Rose Order." Kata Vincent memotong Sofia. "Tentu saja mereka bisa memiliki kepercayaan diri karena memiliki seseorang yang kuat seperti bandit yang aku lawan. Tetapi nyatanya, bandit yang aku lawan tidak serius untuk merampok dan malah melihat di pinggir lapangan sebelum melawanku, bukannya membantu rekannya sejak awal. Hal membuatku bertanya-tanya, mengapa?"

"Itu..."

"Yang berarti mereka mempunyai motif lain dan pertanyaan berikutnya, siapa yang memerintahkan mereka. Ini jelas tidak normal. Kemudian kembali ke masa lalu, apakah kamu tidak bertanya-tanya mengapa satu peleton musuh bisa melewati perbatasan dan menyerang kota Angelbarrow?"

Pertanyaan Vincent membuat Sofia terdiam dan memikirkan kejadian-kejadian itu kembali, jelas tidak normal tetapi mengapa? Itu juga hal yang di pikirkan Sofia, namun dia tidak memiliki jawaban yang pasti atas kejadian-kejadian tersebut.

"Aku hanya bisa berasumsi, Kerajaan yang kamu cintai ini memiliki seorang penghianat atau sesuatu yang lain untuk di dalamnya." Kata Vincent yang mengutarakan pemikirannya pada Sofia yang membuatnya mengerutkan kening, tidak suka dengan pemikiran memiliki seorang penghianat di barisan mereka.

"Aku... Akan menyelidikinya." Jawab Sofia dan itu juga menjadi akhir percakapan mereka saat Vincent kembali ke posisinya sambil melihat ke luar jendela kereta.

...XxXxX...

Rombongan mereka berhasil mencapai ibukota Kerajaan Iwreneian tanpa masalah selain penyerangan bandit di malam-malam sebelumnya.

Sofia memutuskan untuk beristirahat satu hari sebelum mereka bertemu dengan Raja yang di setujui oleh Vincent tanpa banyak bertanya, itu karena dia membutuhkan istirahat juga. Berhari-hari terjebak ke dalam perjalanan panjang dengan tidur di tenda yang tidak nyaman membuat Vincent merindukan kenyamanan tempat tidur yang layak. Beruntung, Sofia memberikan akomodasi yang layak untuk Vincent beristirahat di salah satu manor yang dia miliki di ibu kota, yang dia terima dengan senang hati.

Keesokan harinya, Vincent di kawal melalui kastil untuk menemui Raja. Sedikit bingung karena dia di jemput oleh mereka dari manor yang di sediakan oleh Sofia.

Para penjaga menghentikannya di belakang pintu yang menuju ke ruang singgasana dan memintanya menunggu di sana sementara mereka masuk. Dia berjalan melalui pintu ganda dan memasuki ruang singgasana. Menunggunya di atas singgasana adalah pria muda, tidak lebih dari dua puluh tahun jika tembakan benar. Rambutnya berwarna putih keperakan dengan mahkota yang duduk di kepalanya, matanya berwarna merah yang terlihat ramah.

Jujur saja, itu bukan gambaran seorang Raja yang diharapkan oleh Vincent. Dia berharap Raja ada seorang pria tua yang penuh kebijaksanaan dan memiliki banyak pengalaman dalam hidup, bukan seorang pemuda yang di lihatnya saat ini.

Di sebelah sang Raja, ada seorang pria mengenakan baju besi dan sosok lain yang dia bayangkan adalah bangsawan, menilai dari pakaian mereka. Dia berusaha untuk tidak menunjukkan kelemahan atau ketakutan saat dia berjalan menuju tengah ruangan.

"Salam, Yang Mulia, saya Vincent D Carlo, seorang musafir yang kebetulan terjebak dalam penyerangan di kota benteng Angelbarrow." Vincent memperkenalkan dirinya, dengan hormat menundukkan kepalanya.

Banyak bangsawan yang berbisik di antara mereka sendiri setelah Vincent memperkenalkan diri. Hal-hal yang terdengar oleh Vincent secara samar, mengomentari penampilan dan kekasarannya karena tidak berlutut di hadapan Raja.

"Sir Vincent, saya Albert William XI, Raja Kerajaan Iwreneian. Saya mendengar dari para kesatria saya bagaimana Anda dengan gagah berani menyelamatkan kota saya dari para penyerang Kekaisaran. Tindakan mulia seperti itu pasti pantas dipuji dan dihargai."

Raja membuat pernyataannya dengan senyum tipis saat dia melihat ke arah Vincent.

Vincent di pihaknya tetap diam, menunggu kata-kata selanjutnya yang akan di ucapkan Raja muda di depannya saat pikirannya mengembara.

'Raja muda, praktis boneka bagi para bangsawan. Hanya pandangan sekilas, aku melihat Raja muda ini naif dan praktis menjadi boneka yang cocok bagi mereka.' Pikir Vincent sinis.

"Tentu saja, Anda bercanda, Yang Mulia. Itu bukanlah tindakan yang mulia. Itu adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam situasi itu. Saya tidak membutuhkan hadiah." Jawab Vincent setelah beberapa saat.

"Ah, aku harus bersikeras. Kata-katamu menunjukkan kepadaku bahwa kamu memiliki jiwa yang baik. Tetap saja, untuk merasa nyaman dengan diriku sendiri, aku harus menghargai seseorang yang setia pada keselamatan orang lain seperti kamu."

Raja bersikeras. Tidak sopan menolak sekali lagi, jadi Vincent hanya mencoba untuk mendapatkan hasil terbaik dari itu.

"Jika Yang Mulia mengatakan demikian, saya harus menerima tawaran baik Anda."

Saat itu seseorang mendekati sang Raja dengan manpan berisi perkamen yang terlihat di segel. Pembawa itu berlutut agak jauh dari singgasana, pria berbaju besi melangkah maju, mengambil perkamen tersebut dan menyerahkannya pada sang Raja muda.

Raja yang menerima perkamen tersebut mengangguk untuk berterima kasih pada pria berbaju besi tersebut, kemudian membaca perkamen tersebut dengan lantang. Vincent sendiri tidak begitu mendengarkan omongan kosong berbunga-bunga yang ada dalam perkamen tersebut, sampai matanya melebar mendengar kata-kata selanjutnya dari Raja.

"... dengan ini, Aku Albert William XI menyatakan bahwa, Vincent D Carlo akan di anugerahi pangkat Baron dan Kesatria, juga akan di beri sebidang tanah yang di sediakan!"

'Sial! Aku terjebak dalam omong kosong apalagi?!'

Pikir Vincent dengan marah, kesal dengan situasi-nya saat dia berlutut untuk menerima perkamen yang di berikan padanya.

"Terima Kasih akan kebaikan anda Yang Mulia." Kata Vincent saat melihat Raja muda tersenyum bahagia ke arahnya.

'Hanya sial'. Pikir Vincent saat dia menjaga wajahnya tetap netral meskipun kesal dengan situasi-nya, mengapa lagi dia datang ke sini? Vincent akan menyalahkan Sofia untuk gelar dan tugas barunya!

...XxXxX...

Setelah pertemuannya dengan Raja muda, Vincent tidak bisa tidak bertanya-tanya apa yang di pikirkan oleh Raja muda. Tentang bagaimana dia mengangkat orang asing yang tidak di ketahui asal usulnya seperti Vincent untuk memberinya gelar dan hak istimewa padanya hanya untuk memimpin menyelamatkan sebuah kota.

'Penasaran. Apakah Raja muda ini begitu naif atau bodoh, aku tidak tahu. Mungkin masalah politik atau apa pun? tetapi yang jelas dia menginginkan kekuatanku di pihaknya. Aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang, terutama dengan bandit yang aku temui dengan teknik yang di sebut 'material art' yang menyebalkan itu.'

Terpopuler

Comments

Zidan Satya

Zidan Satya

lngsng gass bikin pasukan elite sendiri

2023-06-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!