EX-SOLDIER: In Another World
Hari-harinya menjadi biasa dan lambat setelah pensiun dini dari kemiliteran. Bukan karena dia ingin, tetapi karena kondisinya tidak mendukung. Dia telah kehilangan salah satu kakinya di medan perang, membuatnya harus di amputasi untuk menyelamatkan nyawanya. Sejak saat itu dia hanya menghabiskan waktunya dengan bersantai.
Hingga pada satu titik dia menemukan sesuatu yang menarik minatnya, Game FPS. Sebagai mantan seorang tentara, keinginannya untuk kembali ke medan perang masih ada, tetapi karena kondisinya yang tidak lagi memungkinkan, game FPS menjadi solusi bagi keinginannya.
Vincent, atau lebih akrab di safa Vinne saat dia masih berdinas. Menemukan hobi baru setelah pensiunnya dengan bermain game FPS. Di usianya yang sudah tidak lagi muda, dia menemukan kesenangan dalam game tersebut. Dia bisa merasakan kembali medan perang, visual senjata yang selalu dia nikmati, dan yang lebih penting lagi, tidak akan ada bahaya nyata jika itu hanya game. Tidak seperti di medan perang nyata, di sini dia tidak perlu mengkhawatirkannya nyawanya. Meskipun memikirkan hal tersebut membuat hatinya sedikit sakit, apalagi dengan pengingat yang tidak menyenangkan dengan kakinya yang di amputasi.
Nefarious Jailbreak, salah satu game yang dia mainkan. Game FPS online yang terkenal dengan berbagai fitur yang di sediakan di dalamnya, sama dengan game FPS lainnya tetapi dengan keunikan tersendiri.
Game yang memiliki banyak mode seperti: Battle Royal, Death Match, Story dan lain-lain. Berbagai senjata yang di tawarkan juga menarik, mulai dari yang dia tahu sampai hal-hal konyol yang tidak masuk akal seperti balon air yang meledak seperti granat. Pembuatan karater dengan berbagai kostum yang mirip dengan game RPG dan hal lain yang unik dari game ini. Dia menyukainya, terutama karena visualnya yang lebih realistis daripada game lainnya dan di lengkapi dengan perangkat canggih yang mampu mentransfer kesadaran pemain ke dalam game dengan device tertentu yang di sebut Virtual Reality, membuat dia merasakan kembali medan perang secara virtual.
Tetapi...
"Di mana aku? Ini bukan Lobby permainan."
Vincent berkata saat dia melihat jajaran pohon di hadapannya, hal yang tidak pernah dia lihat di dalam game karena memiliki tema perang modern di mana medan perang biasanya sebuah kota atau puing-puing reruntuhan.
Dalam keadaan bingung Vincent merasakan sesuatu yang tidak pernah ada dalam fitur game.
"Hembusan angin, aroma rumput... Ini... Terasa nyata."
Vincent membuat dirinya setenang mungkin dengan keadaan anehnya saat dia mengakses menu HUD. Tidak ada yang salah dengan hal lain di HUD-nya, dia masih bisa mengakses senjatanya, melihat inventaris dan hal lain namun bar HP-nya hilang dan dia tidak bisa mengakses tombol Logout karena tombolnya juga telah menghilang. Vincent melakukan berbagai report pada GM untuk mengeluarkannya secara paksa dari game namun tidak berhasil.
"... Aku terjebak di dalam game atau... Semua ini nyata?"
Vincent berkeringat dingin saat memikirkan opsi terakhir. Memikirkan dia di pindahkan ke realitas lain adalah hal yang berada di luar imajinasinya, apalagi dengan cara seperti ini. Entah bagaimana dia harus menemukan cara untuk kembali atau ...
"GIII!"
Suara teriakan melengking mengalihkannya dari pikirannya. Melihat ke belakang di mana sumber suara itu berasal, Vincent melihat sekumpulan anak-anak. Setidaknya itu yang dia pikirkan karena ukuran tubuh mereka, namun berbeda dengan anak-anak biasa, kelompok kecil itu sepenuhnya berwarna hijau, botak dan memiliki telinga panjang yang runcing. Selembar kain kecil kotor digunakan sebagai pakaian untuk menutupi ******** mereka dan mereka membawa berbagai senjata, mulai dari pedang pendek berkarat, pentungan yang sesuai dengan ukuran mereka hingga ranting tebal yang di jadikan tongkat.
Vincent hanya melihat kelompok kecil itu mendekatinya, memperhatikan dengan saksama apa yang akan mereka lakukan saat mereka mendekat dengan hati-hati... Sampai salah satu dari mereka menyerangnya dengan tongkat tebal yang di bawanya.
Kesadaran akhirnya menyentuh pikiran Vincent, tangan yang dia pakai untuk memblokir serangan itu terasa sakit, salah satu hal yang tidak mungkin terjadi dalam game karena tidak memiliki stimulasi rasa sakit.
"Sial!"
Vincent dalam keadaan seperti ini memutuskan untuk membela diri, jika rasa sakit yang dia rasakan itu nyata, bagaimana jika pedang berkarat mereka melukainya? Itu hal yang tidak akan menyenangkan untuk dirasakan jika serangan pertama dengan tongkat itu membuat kesan.
Vincent mengeluarkan dua Revolver yang dia bawa, menegangnya di masing-masing tangan dan mengarahkan senjata tersebut pada makhluk hijau yang akan menyerangnya lagi.
BANG!!
Pelatuk telah di tarik dan kepala mahkluk itu pecah dari kekuatan yang di berikan Revolver, menyebabkan materi otak yang menjijikkan berceceran ke mana-mana. Jika Vincent tidak memiliki pengalaman di militer, dia yakin dia akan muntah saat ini juga.
Mahkluk kecil itu menyerang bersama-sama saat salah satu dari mereka telah di bunuh dengan mudah oleh Vincent. Di sisi lain Vincent mulai mudur saat makhluk hijau itu menyerangnya, menjauh sebaik mungkin agar dia tidak di kelilingi kerena akan berakhir buruk jika hal itu terjadi.
Tembakan demi tembakan berhasil menjatuhkan makhluk hijau, untungnya dia mode terakhir permainan Vincent membawa senjata ini yang terkenal dengan kekuatan serangnya yang mematikan karena menggunakan 'Hollow-Point Bullet'. Jenis peluru yang mengembang saat terkena benturan, menyebabkan pukulan yang lebih mematikan tanpa menembus lebih jauh dari yang diperlukan. Itu sebabnya Vincent bisa dengan mudah memecahkan kepala makhluk hijau tersebut.
Dari 12 belas makhluk hijau yang menyerangnya, Vincent berhasil membunuh 9 dari mereka. Namun masalah lain datang.
Klik! Klik! Klik!
"Sial! aku kehabisan peluru."
Revolver yang dipakai Vincent adalah Colt Python yang memiliki kapasitas enam peluru di masing-masing senjata. Meskipun senjata ini mematikan di dalam game atau kenyataannya, namun satu kekurangan dalam senjata ini adalah isi ulang-nya yang relatif lama dan tidak akan efektif jika digunakan seperti ini.
Hanya satu hal yang di dapat di pikirkan oleh Vincent saat ini.
Lari menjauh, isi ulang senjata dan selesaikan semua ini dengan membunuh sisanya, dengan harapan bahwa dia bisa membuat jarak dan memberinya waktu untuk mengisi ulang senjatanya.
Jadi Vincent memutuskan untuk berlari menjauh sambil menemukan tempat yang lebih terbuka daripada tetap berada di area hutan. Pertama, karena pandangannya menjadi terbatas jika dia tetap tinggal di area hutan. Kedua, karena mahkluk hijau itu dapat bersembunyi dengan memanfaatkan area hutan seperti pepohonan atau semak-semak sebagai tempat berlindung, membuatnya sulit untuk membidik mereka.
Setelah beberapa saat berlari Vincent menemukan dirinya di dataran terbuka, tempat yang menurutnya cocok. Vincent telah menyimpan salah satu Revolver-nya di sarung dan sedang memuat senjata yang lain, dengan hati-hati sesekali dia melihat kebelakang untuk memastikan jarak, setelah dia merasa jaraknya aman, dia berbalik untuk menyelesaikan makhluk hijau itu.
"HEI AWAS!!"
Seseorang berteriak untuk memperingatinya. Untungnya dia tepat waktu untuk menghindar saat pentungan setinggi tubuhnya menghantam tanah di sampingnya. Vincent mengutuk kecerobohannya karena telalu fokus pada mahkluk yang mengejarnya dan tidak memperhatikan sekelilingnya. Vincent yang berguling ke samping mulai berlari kembali, membuat jarak yang sesuai agar tidak terkena serangan.
"What the Hell!"
Vincent melihat makhluk yang hampir menjadikannya bubur berdarah. Mahkluk itu sama dengan makhluk hijau kecil yang dia lawan dan mengejarnya, namun kata hijau kecil di sini tidak cocok sepenuhnya karena makhluk itu memiliki dua kali tinggi badannya dengan otot yang membuat binaragawan iri. Ditambah lagi, bukan hanya satu tetapi ada tiga dari raksasa hijau ini!
Di sisi lain Vincent juga melihat kelompok kecil yang beranggotakan tiga orang. Seorang lelaki dengan pedang dan perisai, mengenakan armor besi yang dia asumsikan sebagai seorang kesatria. Lalu ada lelaki lain dengan busur, dia mengenakan armor kulit agar tidak membatasi gerakannya. Terakhir ada seorang wanita yang hanya bisa di sebut penyihir dinilai dari topi runcing dengan tepi lebar yang dia pakai serta tongkat aneh yang di bawanya, kecuali pakaian yang seharusnya jubah longgar seperti kebanyakan penyihir dalam pikirannya, wanita ini memakai pakaian yang agak provokatif dengan memperlihatkan banyak kulit untuk dilihat dunia di samping jubah besar yang dia pakai.
"Oh sial!"
Kata Vincent sambil mengindari serangan pentungan lain. Di saat yang sama Vincent berhasil mengisi ulang kedua senjatanya. Vincent yang telah membuat jarak dari raksasa hijau itu, segera mengarahkan kedua senjatanya ke arah makhluk tersebut dengan posisi senjata yang di miringkan, satu senjata di atas senjata lain saat kedua senjata itu di arahkan tepat ke kepala raksasa hijau di depannya.
BANG!! BANG!!
Vincent menarik pelatuk senjatanya secara bersamaan, recoil senjata membuat tangannya menyilang namun itu seperti yang diharapkan agar dia bisa lebih cepat menembakan peluru selanjutnya tanpa harus membidik dengan tepat. Terutama karena musuhnya berada dalam jarak dekat.
Satu raksasa hijau mati dengan kepalanya yang pecah seperti semangka, menyisakan dua raksasa hijau lainnya dengan tiga makhluk hijau kecil yang mengejarnya.
"MUNDUR!!"
Mendengar peringatan itu Vincent mundur beberapa langkah, masih mengahadap ke arah makhluk hijau jelek yang berniat membunuhnya. Vincent melihat salah satu makhluk hijau kecil itu tersungkur dengan anak panah yang menancap di belakang kepalanya setelah peringatan yang di berikan pria dengan busur.
Mengetahui dia memiliki bantuan, Vincent mengarahkan kembali senjatanya ke makhluk hijau raksasa lain dan menembakkan 4 peluru sekaligus.
'Satu lagi tumbang, tinggal...'
Vincent mengehentikan pemikirannya saat dia melihat dua mahkluk hijau kecil itu di bakar hidup-hidup oleh penyihir wanita itu dengan mantranya? Mungkin sihir? apa pun yang dilakukan wanita itu karena Vincent tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia terlalu sibuk untuk menghindar dan mencari posisi yang tepat untuk membunuh mahkluk hijau jelek ini.
'Oke, aku kira tinggal satu.'
Pikir Vincent, mengoreksi pemikiran yang sebelumnya. Vincent mengecek senjatanya dan masih memiliki 6 peluru tersisa di senjatanya, itu cukup untuk melawan mahkluk ini karena dia bisa membunuhnya dengan dua peluru jika mengenai kepala mereka seperti yang pertama dan empat peluru di badan akan mengoyak organ dalam mahkluk ini dari dalam dan membuatnya mati seketika.
Dengan keyakinan itu Vincent memuntahkan semua peluru yang tersisa saat dia berjarak lima meter dari mahkluk hijau raksasa, membuat senjatanya terdengar seperti meraung layaknya guntur dan membunuh mahkluk itu dengan organ dalam yang hancur.
Kedua Revolver-nya mengeluarkan asap di ujung larasnya, menggunakan momen ini untuk terlihat keren, terutama karena ada wanita cantik yang melihatnya. Vincent meniup asap yang keluar dari ujung laras Revolver-nya sebelum memasukannya kembali kedalam sarung dengan gerakan memutar Revolver-nya terlebih dahulu.
Setidaknya, itu terlihat keren dalam pikirannya saat Vincent terus mengelus egonya dengan 'tindakan keren' yang dia lakukan untuk mengalahkan monster hijau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
ACIL gaming
masih berdinas, setelah pensiun maksudnya gimana
2023-07-20
1
Pedang penulis
diriku tertarik
2023-06-16
1
Mey Noona
wahh keren siii!!! semangat bkinnya kk!!! pertama kli baca novel genre lain ternyata seru juga
2023-05-20
1