Tukang Sayur Itu Milyader

Tukang Sayur Itu Milyader

Medina Namanya

”Kau yakin Bos?” tanya Baron melihat Kamil tengah bersiap di atas motornya.

Kamil memutar bola matanya malas menanggapi pertanyaan asistennya, ”Udah kamu jangan berisik diam aja di rumah ini, saya akan pulang jika dagangannya sudah habis!” balas Kamil mulai menyalakan mesin motornya bersiap untuk berjualan keliling.

Andai saja pertengkaran malam itu tidak terjadi, mungkin dia tidak akan meninggalkan Jakarta. Hamid papanya menginginkan dia untuk segera menikah mengingat usianya yang tidak lagi muda dan juga dengan alasan ingin segera memiliki cucu membuat Hamid terus mendesaknya.

Terlebih Farhan kakaknya belum bisa memberikan keturunan dan pernikahannya harus berujung pada perceraian. Kamil tidak habis pikir dengan sikap papanya yang selalu saja menekannya padahal dia sendiri tidak memiliki kekasih bahkan dia enggan berurusan dengan makhluk yang bernama wanita. Baginya wanita itu makhluk yang paling rumit sulit dimengerti kecuali ibunya sendiri.

Kamil berkeliling kampung sesekali senyumnya mengembang di bibirnya.

”Sayur ... sayur ... sayur ...!” teriak Kamil.

Tin ... tin ... tin ...

Suara klakson sengaja dia bunyikannya agar emak-emak komplek datang mendekat padanya.

”Ibu-ibu pada belanja gak nih?” seru Kamil.

Benar saja sekumpulan emak-emak berdaster mengerumuni sepeda motornya memilah sayuran yang akan dimasak.

Beberapa orang sibuk memilah sayuran dan masih sempat berghibah membicarakan orang lain. Tapi Kamil justru terfokus pada salah satu wanita yang sedang kebingungan karena pembeli yang lain masih berkerumun membuatnya tidak bisa melihat barang dagangannya.

”Ada ayam gak Bang?” tanyanya mendekati Kamil.

Jantung Kamil berdebar kencang hatinya berdesir mendengar suara wanita yang sejak tadi dia perhatikan.

”MasyaAllah cantik sekali,” gumam Kamil.

”Ada tunggu sebentar ya saya ambilkan.” Kamil mengambil ayam dan memberikannya pada Medina. Kamil masih saja memandang wajah wanita cantik bermata safir yang ada di depannya.

”Totalnya berapa Bang?” tanya Medina.

”Eh, iya sebentar saya ambil plastik dulu.” Kamil mengambil kantong plastik dan menghitung belanjaan yang ada di keranjang milik Medina.

”Totalnya lima puluh dua ribu lima ratus, bayar lima puluh aja deh diskon dua ribu lima ratus saja ya,” sambung Kamil.

Entah kenapa hatinya berdebar-debar melihat wanita cantik yang baru saja membeli ayam hingga dia pulang ke kontrakannya wajah itu selalu saja membayangi kedua matanya.

"Ish, kenapa kamu selalu ada di depanku!” kesal Kamil baru kali ini dia merasakan hal aneh dalam hatinya tunggu apakah ini yang disebut dengan cinta?

Hati Kamil mulai tak tenang apakah ini yang disebut cinta pada pandangan pertama, kenapa rasanya justru membuatnya tidak tenang dan selalu ingin kembali bertemu dengannya.

”Baron apa aku boleh bertanya sesuatu padamu.”

”Apa itu bos?”

”Apa kamu pernah jatuh cinta?”

”Pernah tapi ditolak karena saya belum punya pekerjaan waktu itu, kenapa bos nanyain hal itu?”

”Rasanya gimana kalau orang jatuh cinta, apa tiap hari ingin ketemu maksudnya selalu rindu?"

”Apa kamu sedang jatuh cinta bos, siapa gadis itu?”

Kamil menoleh ke arah Baron, ”Kok jadi kamu yang mengintrogasi saya!”

”Ya namanya orang jatuh cinta tiap waktu kangen bos, pengennya Deket terus tiap saat,” jelas Baron.

”Fix, saya sedang jatuh cinta padanya.”

”Siapa bos?”

”Mau tahu aja.” Kamil berdecak dengan sikap asistennya yang ingin tahu urusannya.

Keesokan harinya Kamil kembali berjualan sayur dan pulang lebih cepat dari sebelumnya baru beberapa hari jualan tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa, biasanya tiap pagi dia berolahraga tapi beberapa hari ini dia justru ke pasar mencari sayuran untuk dijualnya.

”Aduh bos, saya gak bisa tenang kalau Anda gak bersama dengan saya,” ucap Baron.

”Lah biasa aja kali, saya aja santai kenapa kamu yang panik begitu,” ucap Kamil.

”Masalahnya gawat Bos!” seru Baron.

”Apanya yang gawat?” tanya Kamil.

”Pak Hamid tadi katanya berulang kali menghubungi Anda tapi tidak direspon beliau menghubungi saya dan memarahi saya,” ucap Baron.

”Sudah abaikan saja, nanti kalau emosinya sudah reda baru dihubungi lagi biarkan dia marah dulu.”

Kamil segera merebahkan tubuhnya di sofa rasanya lelah apalagi dia harus berpanas-panasan di bawah terik matahari langsung. Namun saat dirinya akan memejamkan kedua matanya dirinya kembali teringat dengan wanita yang baru saja dia temui di komplek perumahan.

”Medina,” gumam Kamil.

***

Medina menatap Malvin putranya yang mulai tumbuh menjadi pria dewasa. Meskipun tanpa di dampingi seorang ayah tapi Medina yakin bisa membesarkan Malvin sendiri. Medina tersenyum getir mengingat masa lalu dimana dia keluar dari rumahnya karena diusir oleh keluarganya sendiri.

”Cepatlah makan lalu istirahat nanti sore jam lima antar mama ke jalan Pramuka, mama mau antar pesanan milik Bu Broto.”

Medina kembali ke dapur menyiapkan pesanan milik Bu Broto dan segera beristirahat sebentar rasanya lelah seharian karena sejak tadi malam dia membuat pesanan orang.

Tok ... tok ... tok ...

”Ma, ada tamu!” teriak Malvin.

”Bentar,” sahut Medina dengan cepat menyambar jilbabnya dan segera menuju ke pintu depan.

”Mas Daffa,” panggil Medina.

”Apa kabarnya?” sapa Daffa mantan suami Medina.

”Baik silakan masuk Mas, ada apa ya datang ke sini?” tanya Medina.

Daffa mengeluarkan sebuah undangan dari tasnya dan memberikannya pada Medina.

”Siapa yang mau nikah?” tanya Medina.

”A-ku, aku mau menikah dengan Lastri.”

Medina terdiam mendengar pengakuan Daffa.

”Jadi papa mau nikah sama wanita itu? Syukurlah dengan begitu Malvin tidak akan datang lagi ke rumah nenek dan tolong jangan pernah datang lagi ke sini karena kami sudah tidak lagi membutuhkanmu.”

”Malvin tolong jaga ucapanmu, mama tidak pernah mengajarkanmu berbicara begitu!" seru Medina.

”Biarkan saja tanpa mama ajari Malvin sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Malvin kira papa bisa balikan lagi sama mama tapi kenyataannya papa memang tidak pernah mencintai mama dan lebih memilih wanita lain sebagai pengganti teman tidurnya.”

”Malvin!” teriak Medina.

”Malvin benci papa jangan pernah datang lagi ke rumah ini!” Malvin segera masuk ke kamarnya dia merasa sudah besar dan mengerti apa yang sedang terjadi diantara kedua orang tuanya amarahnya semakin meledak begitu tahu jika papanya akan menikah lagi dengan wanita pilihan neneknya.

”Sebaiknya Mas Daffa pulang saja karena aku yakin Malvin tidak akan keluar dari kamarnya karena emosinya sedang tidak stabil.”

”Baiklah aku permisi dulu. Assalamualaikum.”

”Waalaikumussalam.”

Medina menghela nafasnya perlahan dia sudah menebak jika hal ini akan terjadi dan mungkin inilah saatnya dia harus benar-benar menata diri meskipun sejak jauh hari dia sudah melakukannya tepatnya saat Malvin berumur lima tahun.

”Semoga kalian bahagia,” gumam Medina.

Malvin kembali keluar dan memeluk Medina. ”Maafkan Malvin Ma, Malvin janji tidak akan menyusahkan mama.”

Terpopuler

Comments

revinurinsani

revinurinsani

torrr pliss kasih visualnnya dongg ☝️🥲

2023-12-30

0

Cantika Ahtania

Cantika Ahtania

awal yg sedih

2023-09-23

0

FLA

FLA

awal yang bagus

2023-07-11

0

lihat semua
Episodes
1 Medina Namanya
2 Masih Muda
3 Sedekah Sayur
4 Pengakuan
5 Kamil Pria yang Baik
6 Bibit Bebet dan Bobot
7 Dilema
8 Aku Pulang!
9 Kenapa Belum Nikah?
10 Mulai Akrab
11 Menjadi Dekat Karena Jengkol
12 Pe-De-Ka-Te
13 Mendekati Anaknya
14 Pengganti?
15 Pesanan Nasi Box
16 Calon untuk Kamil
17 Status Om Apa?
18 Akan Terus Berjuang
19 Kemarahan Malvin
20 Bagaimana Ma?
21 Bantuan Kamil
22 Langkah awal
23 Pertengkaran Ayah dan Anak
24 Meminta Ijin pada Anak
25 Ternyata Hanya Mimpi
26 Tunggu Ini Nyata ’kan?
27 Will You Marry Me
28 Saudara Tapi Berbeda
29 Dia Calon Papaku
30 Ayahmu Sakit!
31 Ganti Status
32 Mamaku Pemalu
33 Menjemput Istri
34 Aku Menjaganya dengan Baik
35 Selalu Rindu
36 Berkunjung ke Rumah Mertua
37 Ketegangan
38 Sebuah Kejutan (1)
39 Sebuah Kejutan (2)
40 Jangan Membandingkan
41 Untitled
42 Cinta atau Nafsu
43 Kemarahan Alika
44 Firasat Seorang Ibu
45 Mencoba Berdamai
46 Jangan Coba-coba
47 Mengganti Panggilan ’Daddy’
48 Sebuah Penjelasan
49 Undangan
50 Pesan Mertua
51 Makan Siang (1)
52 Makan Siang (2)
53 Perhatian Kamil
54 Pertengkaran Kakak Adik
55 Cinta Terpendam
56 Kemarahan Alea
57 Dua Wanita Hamil
58 Kecemburuan
59 Dia Adikmu
60 Medina Bertanya-tanya
61 Kurang Peka
62 Ingin Kedamaian
63 Sawah Dua Hektar
64 Baku Hantam
65 Persoalan Hati
66 Kekesalan Kamil
67 Memberi Kesempatan
68 Harus Bagaimana?
69 Keluhan Sahabat
70 Biarkan Dekat
71 Mengingatkan
72 Mencoba Tenang
73 Kedatangan Pengemis
74 Kamil Tegas
75 Mencoba Jadi Mak Comblang
76 Dilema Hati
77 Masalah Datang dan Pergi
78 Saling Mengingatkan
79 Perbandingan
80 Pengakuan Daren
81 Menggoda Sahabat
82 Membahagiakan Pasangan
83 Bukan Rejeki Kita
84 Sadar Diri
85 Jalan-jalan
86 Menyelidik
87 Akhirnya Tersadar
88 Melepas
89 Menghilangnya Farhan
90 Sebuah Berita
91 Bagaimana Bersikap
92 Memberikan Kenyamanan
93 Rahasia
94 Keakraban
95 Kamil Kesal
96 Kejelasan Dan Penjelasan
97 Tak Terduga
98 Menyelidiki
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Medina Namanya
2
Masih Muda
3
Sedekah Sayur
4
Pengakuan
5
Kamil Pria yang Baik
6
Bibit Bebet dan Bobot
7
Dilema
8
Aku Pulang!
9
Kenapa Belum Nikah?
10
Mulai Akrab
11
Menjadi Dekat Karena Jengkol
12
Pe-De-Ka-Te
13
Mendekati Anaknya
14
Pengganti?
15
Pesanan Nasi Box
16
Calon untuk Kamil
17
Status Om Apa?
18
Akan Terus Berjuang
19
Kemarahan Malvin
20
Bagaimana Ma?
21
Bantuan Kamil
22
Langkah awal
23
Pertengkaran Ayah dan Anak
24
Meminta Ijin pada Anak
25
Ternyata Hanya Mimpi
26
Tunggu Ini Nyata ’kan?
27
Will You Marry Me
28
Saudara Tapi Berbeda
29
Dia Calon Papaku
30
Ayahmu Sakit!
31
Ganti Status
32
Mamaku Pemalu
33
Menjemput Istri
34
Aku Menjaganya dengan Baik
35
Selalu Rindu
36
Berkunjung ke Rumah Mertua
37
Ketegangan
38
Sebuah Kejutan (1)
39
Sebuah Kejutan (2)
40
Jangan Membandingkan
41
Untitled
42
Cinta atau Nafsu
43
Kemarahan Alika
44
Firasat Seorang Ibu
45
Mencoba Berdamai
46
Jangan Coba-coba
47
Mengganti Panggilan ’Daddy’
48
Sebuah Penjelasan
49
Undangan
50
Pesan Mertua
51
Makan Siang (1)
52
Makan Siang (2)
53
Perhatian Kamil
54
Pertengkaran Kakak Adik
55
Cinta Terpendam
56
Kemarahan Alea
57
Dua Wanita Hamil
58
Kecemburuan
59
Dia Adikmu
60
Medina Bertanya-tanya
61
Kurang Peka
62
Ingin Kedamaian
63
Sawah Dua Hektar
64
Baku Hantam
65
Persoalan Hati
66
Kekesalan Kamil
67
Memberi Kesempatan
68
Harus Bagaimana?
69
Keluhan Sahabat
70
Biarkan Dekat
71
Mengingatkan
72
Mencoba Tenang
73
Kedatangan Pengemis
74
Kamil Tegas
75
Mencoba Jadi Mak Comblang
76
Dilema Hati
77
Masalah Datang dan Pergi
78
Saling Mengingatkan
79
Perbandingan
80
Pengakuan Daren
81
Menggoda Sahabat
82
Membahagiakan Pasangan
83
Bukan Rejeki Kita
84
Sadar Diri
85
Jalan-jalan
86
Menyelidik
87
Akhirnya Tersadar
88
Melepas
89
Menghilangnya Farhan
90
Sebuah Berita
91
Bagaimana Bersikap
92
Memberikan Kenyamanan
93
Rahasia
94
Keakraban
95
Kamil Kesal
96
Kejelasan Dan Penjelasan
97
Tak Terduga
98
Menyelidiki

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!