”Mau kemana bos?” Baron menatap bosnya yang sedang memakai t-shirt asal lalu mengambil ponselnya.
”Ke depan cari angin!”
”Di sini juga ada angin ngapain ke depan segala!” gumam Baron.
”Cari makanlah bodoh! Memangnya kamu mau berdiam diri di sini terus menerus tanpa makan? Mau ikut gak?” ucap Kamil mengambil kunci motornya bersiap pergi.
Dengan terburu-buru Baron keluar mengikutinya dan duduk di belakang Kamil. Begitu keluar dari pintu gerbang Kamil dikejutkan dengan kehadiran Medina yang ada di rumah sebelahnya.
”Semua sudah dimasukkan ke dalam Ma, sudah selesai ayo kita pulang!”
”Dia ...?”
”Dia putraku.”
”Oh, ja-jadi kau sudah memiliki seorang putra?” tanya Kamil gugup sekaligus terkejut dengan pengakuan wanita itu.
”Iya, saya menikah muda jadi jarak antara kami berdua tidak begitu jauh. Kalau begitu kami permisi dulu. Assalamualaikum.”
”Waalaikumussalam.”
Medina dan Malvin pun pergi meninggalkan rumah Bu Broto.
Kamil hanya dapat memandang Medina yang pergi hingga sosoknya menghilang di tikungan. Sungguh dia baru pertama kali ini merasakan getar-getar yang tak dapat dia artikan sendiri. Mungkin cinta atau sekedar mengaguminya.
”Bang Kamil mau kemana?” Bu Broto membawa box makanan lalu memberikannya pada Kamil.
”Niatnya mau cari makan, itu tadi Medina kesini ngapain Bu?” selidik Kamil.
”Ya itu tadi antar makanan, dia kan usahanya catering buat biaya hidup sehari-hari,” jelas Bu Broto.
”Lalu suaminya kemana?” tanya Kamil.
”Saya dengar mantannya mau menikah lagi, dulu awalnya mereka menikah karena Daffa itu menghamilinya dan nasibnya kurang beruntung kedua orang tua Daffa tidak menyukainya karena Medina gadis miskin, ya akhirnya bercerai,” jelas Bu Broto.
”Oh jadi begitu ya,” gumam Kamil.
”Aduh ini segera dimakan nanti keburu dingin gak enak, kalau roti bisa awet tapi ini nasinya segera habiskan ya!” seru Bu Broto segera pergi meninggalkan mereka berdua.
Kamil pun kembali masuk dan menikmati makan malam lebih awal dari biasanya.
”Enak ya ini kayak masakan restoran mahal!” seru Baron.
”Ck! Kau ini terlalu berlebihan, biasa aja kali!”
”Iya ini memang enak, munafik namanya kalau Anda gak bilang demikian,” ucap Baron dia sadar sejak tadi bosnya sedang menikmati makanan pemberian Bu Broto.
”Tapi bos, kalau dipikir-pikir kok ya sangat tidak imbang ya antara ibu dan anak tadi.”
”Maksudmu?” Kamil menautkan kedua alisnya.
”Lah itu ibu dan anak kok kayak adik dan kakak, ibunya awet muda.”
”Ya namanya juga nikah muda kau bisa tebak umurnya berapa?” tanya Kamil.
”Berapa ya bos?” Baron tampak berpikir.
”Tiga lima mungkin bos!” ucap Baron yakin.
”Kenapa tiga lima?” protes Kamil.
”Nikah muda bos dan lagi anaknya udah segede itu. Kalau tebakan saya benar Anda harus kasih saya tip lebih buat gaji bulan depan!”
”Oke!”
Kamil sendiri merasa tidak percaya dengan penjelasan dari Bu Broto tadi, wanita secantik Medina saja masih diperlakukan dengan tidak baik lalu mantannya itu mencari sosok istri yang seperti apa, dasar manusia yang kurang bersyukur.
”Oh iya bos apakah Anda sudah menghubungi Pak Hamid jangan sampai beliau marah berkepanjangan dan nanti beliau memangkas uang gaji saya ya!”
”Hah! Memangnya yang gaji kamu itu siapa? Aku atau papaku? Sejak kemarin kamu itu ribut saja, udah abaikan saja toh ada Bang Farhan yang akan mengurus kantor.”
”I-iya bos maafkan saya.”
***
Tin ... tin ... tin ...
Suara klakson sepeda motor milik Kamil terdengar begitu nyaring pertanda memanggil emak-emak di komplek untuk segera keluar. Pagi ini Kamil sengaja agak telat keliling komplek sebelah karena dagangan yang diambil Baron juga datang terlambat dan dia sendiri tidak bisa tidur semalaman memikirkan perkataan papanya Hamid. Pertengkaran kembali terjadi keduanya memang tidak pernah cocok satu sama lain.
Kamil pun mulai menghitung belanjaan para emak-emak hingga keributan terdengar di telinganya.
”Biarkan saja Ma, dia memang pantas! Lagipula selamanya Malvin tidak akan menganggapnya sebagai papaku, dia sudah Malvin anggap mati. Pria bodoh yang tidak punya pendirian!” teriak Malvin.
”Jangan begitu Nak, bagaimanapun dia adalah papamu,” ucap Medina.
”Itu dulu dan sekarang sudah tidak ada lagi. Pergi kamu dari sini, pria tidak tahu malu! Dulu kamu mengemis minta balikan pada mama awalnya Malvin mau percaya dengan ceritamu tapi setelah kejadian ini jangan harap kau bisa melihat kami!”
”Dasar pembohong!”
Seseorang keluar dari pintu gerbang rumah Medina dia adalah Daffa, dia berjalan menunduk karena malu dilihat banyak orang terutama kaum emak-emak.
”Tuh mantan suaminya Mbak Medina, cakep sih tapi kayak yang diucapkan anaknya itu dia bodoh gak punya pendirian,” ucap Bu Lia.
”Hust, jangan begitu Bu, itu kan hanya ucapan anak kecil saja belum tentu benar!” sahut Wina.
”Halah masa kau tidak bisa membedakan mana anak kecil mana bukan? Malvin itu sudah mulai beranjak dewasa dia tahu mana baik dan buruk!”
”Iya juga ya,” sahut yang lain.
”Anaknya marah kan karena dengar dia mau kawin lagi sama perempuan pilihan ibunya dan itu bikin anaknya marah. Ya benar jika disebut pria gak punya pendirian, tapi calonnya juga masih muda baru lulus sarjana ya benar saja kalau Daffa gak nolak,” sambung Bu Lia.
Kamil sengaja mendengarkan obrolan emak-emak tersebut dan mulai bisa mengambil kesimpulan meskipun dia sendiri masih ragu.
”Bang, ini tauge berapa?” teriak Wina seraya memegang tangan Kamil membuat Bu Lia melotot seketika.
"Dua ribu aja,” sahut Kamil.
”Ini uangnya Bang.” Wina menyerahkan uang dua ribuan pada Kamil dan dengan sengaja menggoda Kamil namun pria itu tidak menggubrisnya.
Tak lama kemudian Medina keluar dan mengambil beberapa potong kelapa, bumbu dapur dan sedikit cabai.
”Bu, tadi mantannya datang ya? Saya dengar dia mau menikah lagi?”
”Eh, kata siapa Bu?”
”Ya hanya denger-denger sih Bu.”
Medina meringis secepat itukah berita itu menyebar, ”Minta doanya saja ya semoga ini yang terbaik buat mantan suami saya.”
Kamil terdiam mendengar penuturan Medina wanita yang ada di depannya ini cukup kuat menghadapi terpaan badai kehidupannya setelah mendengar cerita dari Bu Broto kemarin dia bisa memastikan jika kehidupan Medina tidaklah mudah.
”Bang saya mau pesan dagingnya apa bisa tapi barangnya dikirim lebih pagi?” tanya Medina.
”Bisa tentu saja bisa, mau berapa?” jawab Kamil.
”Lima kilo Bang,” ucap Medina tersenyum dan hal itu membuat Kamil senang entah kenapa dia bisa merasakan hal itu.
"Mau pesta Bu Dina?” tanya tetangga sebelah.
”Besok Malvin ulang tahun Bu, saya sengaja mau masak yang banyak dan mengundang teman-temannya ke rumah.”
”Oh begitu.”
”Apa ada lagi yang mau dipesan Neng?” tanya Kamil membuat Medina menoleh ke arah Kamil karena kembali mendengar sebutan ’Neng’ hal yang biasa dilakukan oleh Daffa mantan suaminya.
”Tolong panggil nama saya saja ya Bang, lebih enak didengar daripada panggilan ’Neng’ karena saya sudah terlalu tua untuk dipanggil dengan sebutan itu.”
”Oh ... memangnya berapa umurnya, kelihatan masih muda dan cantik.”
”Tiga puluh dua tahun.”
”Hah!”
”Kenapa Bang?” Medina terkejut melihat reaksi Kamil. ”Aneh kenapa dia berlebihan begitu,” gumam Medina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments