chapter 3

"Lo mau saingan sama gue?" tanya Tasya pada Larisa.

Larisa diam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pertanyaan dari Tasya.

"sayangnya gue gak minat saingan sama Lo" ucap Tasya lagi.

"loh mau tau gak gimana reaksi Aslan kalau gue ngasih liat nih buku ke dia?" ucapnya lagi

Larisa yang mendengar itu tentu merasa sangat takut, habislah ia akan semakin menjadi-jadi Bullyan yang ia dapat kan.

"jangan aku mohon Tasya" ucapnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"oke ada satu syarat" jawab tasya

"apa?" tanya Larisa lagi

"Lo harus jilat tapak sepatu gue sampai bersih" jawabnya.

"hahaha" orang-orang tertawa mendengarnya.

"itu tergantung loh sih, kalo mau jilat sekarang, kalo enggak buku diary bakal gue kasih lihat ke Aslan plus gue pajang dimading sekalian"

Larisa masih terdiam mendengar syarat yang diajukan oleh Tasya, sungguh harga dirinya seakan dipijak-pijak oleh Tasya. tapi apa yang bisa dia lakukan?

"gue hitung satu sampai tiga"

"satu"

"dua"

"dua setengah"

"ti.."

"oke aku sanggup penuhi persyaratan dari kamu" ucap Larisa pada akhirnya menyetujui persyaratan yang diberikan oleh Tasya.

Tasya tersenyum miring dan segera mendekat kearah Larisa.

"nih jilat sekarang juga" ucapnya sambil menyodorkan kakinya yang sedang memakai sepatu itu.

mau tak mau Larisa menjilat tapak sepatu milik Tasya, sedangkan teman-temannya sibuk mengambil video Larisa yang sedang menjilat sepatu itu.

Larisa rasanya ingin menangis namun ia tahan, ia tidak boleh terlihat lemah dimata orang-orang seperti ini.

kembali Satri melihat semua itu, ia tersenyum miris menyaksikan Larisa yang mau diperbudak oleh Tasya.

'bodoh banget sih' ucap satria didalam hatinya lalu pergi dari sana.

beberapa saat kemudian guru datang untuk memulai pelajaran jam pertama dan beruntungnya Larisa bisa terlepas dari sana. kemudian tanpa mereka sadari Karina mengambil buku itu dan menyimpannya di dalam tasnya.

proses belajar dan pembelajaran berjalan lancar tanpa ada hambatan ataupun gangguan dari dalam ataupun dari luar kelas.

bel istirahat berbunyi semua berhamburan menuju kantin untuk mengisi perut yang sudah memanggil minta diisi.

"Risa kamu bersedia mewakili sekolah kita untuk olimpiade matematika?" tanya ibu guru yang mengajar pada pagi ini ketika Larisa hendak keluar dari kelasnya.

"em Risa minta izin ke ibu dulu yah bu,nanti kalau dapat izin Risa kabari secepatnya"

"yah kalau minta izin dari ibu kamu pasti gak boleh" ucap ibu guru itu

Larisa tersenyum menanggapi ucapan ibu gurunya

"akan Risa usahakan bu" ucap Larisa

"ya ibu tunggu kabar baiknya" Larisa menganggukkan kepalanya dan segera pergi menuju kantin setelah ini gurunya pergi terlebih dahulu meninggalkan kelas.

......................

"eh Kelen tau gak berita hot sekarang ini?" heboh Leo memasuki ruangan khusus anggota mereka disekolah itu.

oh ya fyi sekolah ini adalah milik orangtua dari Aslan diarganata itulah makanya ada ruangan khusus yang dibuat oleh Aslan untuk geng black lion.

"paan?" tanya Rian sambil sibuk chattingan dengan entah siapa orangnya.

"ituloh ges ges ku si anak haram disuruh jilat sepatunya si cantiknya bos" jawab Leo

"mulut Lo tu yang anak haram" jawab Satria dengan tatapan dinginnya. sedangkan Leo langsung kicep dan memegangi mulutnya.

"gila tuh cewek mau aja disuruh"

"dia terpaksa ngelakuin itu" bela satria

"bos dimana?" tanya satria yang sedari tadi belum melihat kedatangan asalan dimarkas mereka.

"tau tuh ngapel kali"

"lu kira bos kita gak ada kerjaan lain apa"

"paan ribut-ribut gue disini" ucap Aslan datang dari balik pintu.

"panjang umur nih" ucap Leo

"udah pada makan belum?" tanya Aslan pada anggotanya yang berada disitu

"belum" dengan semangat mereka mengatakan belum karena kalau Aslan menanyakan seperti itu tanda nya dia akan mentraktir mereka.

"buru kekantin gue traktir" ucapnya lagi

"sip bos"

"laksanakan"

"laporan diterima"

"bos gue nih"

begitulah sorak keramaian memenuhi markas geng black lion. semua berjalan bahkan Leo sampai berlari menuju kantin.

tinggallah Aslan dan satria disana

"lo gak nyusul yang lain?" tanya Aslan menatap heran satria

"Lo juga enggak kan, gue mau nungguin bos gue dulu" jawab Satria

"gue masih kenyang" jawab Aslan

"Lo lagi ada masalah?" tanya satria

Aslan yang mendengar itu tersenyum tipis, tipis sekali bahkan satria tidak menyadari itu. hanya author yang tau gimana senyuman babang Aslan.

"Lo emang paling bisa baca situasi, kelihatan banget yah?" tanya Aslan lagi.

"tentang Natasya lagi?" tebak Satria.

"tebakan loh selalu benar" ucap Aslan dengan lirih. hanya satria yang tahu gimana sisi rapuhnya Aslan.

Natasya adalah pacar Aslan yang sudah menjalin hubungan hampir dua tahun namun sayangnya Natasya lebih memilih pergi dari sisi Aslan dan melanjutkan studi ke luar negeri sampai sekarang Aslan pun tidak tahu mengapa Natasya meninggalkannya.

"belum ada kabar sampai sekarang?" tanya satria. hanya gelengan yang didapatkan satria dari pertanyaannya itu.

"Aslan kantin yuk" Tasya masuk kedalam markas black lion. semenjak Aslan memberi perhatian lebih pada Tasya, perempuan itu semakin ngelunjak saja.

padahal Aslan mendekati Tasya hanya karena separuh nama Natasya ada pada nama Tasya. hanya itu tidak lebih.

"noh diajakin pacar lo, gue cabut" ucap Satria lalu pergi dari sana meninggalkan dua insan yang berada didalam satu ruangan.

"kamu lapar?" tanya Aslan

"huum" ucap Tasya kemudian bergelayut manja di lengan Aslan. sejujurnya aslan sungguh merasa risih dengan sikap Tasya sangat berbeda jauh dengan Tasya nya yang kalem dan humoris yang selalu membuat dirinya tertawa bahagia.

"jaga yah batasan lo" tegas asalan lalu melepaskan tangannya dari sana. Tasya yang mendengar itu segera cemberut.

"ayok" ucap Aslan lalu meraih tangan Tasya dan berjalan beriringan dengannya.

......................

suasana kantin begitu ramai, dan saatnya Larisa menjual gorengannya bersama simbok kantin.

"eh itu kan cewek yang jilat sepatunya kak Tasya yah?"

"jorok banget sih"

"pasti gorengannya gak higenis lagi"

"jadi mual gue"

begitulah bisik-bisik yang dapat didengar oleh Larisa, sekuat mungkin ia mencoba tersenyum dihadapan mereka seolah ia menegaskan bahwa ia baik-baik saja.

tak ada satupun yang membeli gorengan Larisa, gorengan itu masih utuh seperti saat dia membawanya dari rumah tadi.

simbok yang melihat Larisa murung mengelus pundak gadis malang itu.

"sabar toh nduk" ucapnya. Larisa tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

"Lo kayaknya demen sama tu cewek" ucap Aslan yang memperhatikan satria menatap Larisa.

"katarak mata Lo sat" ucap Tasya remeh

"gue ke toilet bentar" ucap satria,ia segera pergi dari sana meninggalkan mereka yang masih sibuk makan

"lah belum juga habis tuh makanan" ucap salah satu anggota black lion

"Tangki bocor kali" jawab Leo dan membuat anggota lainnya tertawa karena ucapan Leo.

......................

Risa menangis didalam kamar mandi itu hatinya sungguh sakit sekarang ini.

"jahat banget sih mereka padahal kan gorengan aku higenis kok" Larisa terisak-isak mengatakannya

"kalau gak ada yang mau beli gimana dong, ibu pasti marah lagi"

"aku gak mau dikunci di gudang lagi" ucapnya melanjutkan tangisannya

siapa yang mendengar tangisan pilu itu tentunya akan merasakan sakit juga. begitu juga dengan satria sedari tadi ia mendengar keluh kesah Larisa yang menangis didalam sana.

setelah dirasa cukup tenang Larisa segera membasuh wajahnya dan keluar dari sana.

"nih muka Lo nambah jelek kalau nangis" ucap Satri sambil menyodorkan selembar tisu kepada Larisa.

alangkah terkejutnya Larisa mendapati salah satu anggota black lion sedang berdiri disamping pintu kamar mandi yang dia tempati tadi.

"ma-makasih" ucapnya gugup

satria tak menanggapi lagi ia segera pergi dari sana menyisakan Larisa yang masih dengan keterkejutannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!