chapter 2

jam masih menunjukkan pukul tiga subuh namun seorang gadis yang bernama Larisa sudah berkutat didapur menggoreng gorengan yang akan dijajakan disekolah nanti.

begitulah larisa setiap harinya, dari mana lagi dia mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya kalau bukan dari diri sendiri. ibunya Larisa tidak akan mau memberikan uang sepeser pun untuk Larisa.

seperti saat ini disaat Larisa menggoreng, ibunya bahkan masih tidur. tapi Larisa tidak pernah membenci ibunya dia begitu menyayangi ibunya itu.

"aku masak apa yah buat sarapan ibu nanti" ucap Larisa sambil melihat-lihat stok sayur yang ada di kulkas dapur.

"emm aku masak sayur kangkung sama ayam kecap aja deh" ucapnya lalu kemudian segera memasak untuk sarapan mereka setelah gorengan ia goreng sudah selesai.

Larisa segera mandi dan menyiapkan segala peralatan untuk menunaikan sholat Subuh nya tapi, sebelum ia sholat terlebih dahulu ia membanguni ibunya dulu.

"bu bangun bu, kita sholat subuh dulu yuk" ucap Larisa sambil menggoyangkan badan ibunya.

"eugh" nadina masih belum membuka matanya bahkan ia membalikkan badannya memunggungi Larisa.

Larisa tersenyum melihat ibunya itu ia berfikir andai saja ibunya menyayanginya pastinya ia akan langsung menghamburkan diri kepelukan ibunya untuk membangunkannya.

"andai saja ibu tidak membenciku" ucapnya.

"bu ayok bu" ucap Larisa lagi lalu kembali menggoyangkan badan ibunya.

"sholat aja sana sendiri" ucap nadina tanpa membuka matanya yang masih terpejam.

"tapi bu sholat itu kan penting" ucap Larisa lagi. nadina yang mendengar itu suara-suara berisik itu akhirnya merasa kesal dan segera duduk dan menatap tajam Larisa.

"eh kamu itu tuli apa gimana sih, kalau aku gak mau sholat ya enggak. kamu kalau mau sholat ya sholat aja sendiri gak usah ngajak orang lain"

"tapi bu..."

"jawab terus, kamu memang anak pembawa Sial. sana pergi ganggu orang tidur aja"

Larisa tak lagi membantah perkataan ibunya,ia segera pergi dari kamar ibunya. ia sejujurnya sakit hati dengan perkataan ibunya. namun ia tak begitu mengambil pusing lagi toh Larisa sudah terbiasa dengan itu semua.

jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan Larisa akan segera berangkat kesekolah. Larisa kesekolah berjalan kaki, tidak pakai kendaraan ataupun angkutan umum.

"bu Risa berangkat sekolah yah, ibu jangan lupa sarapan udah risa buatin dimeja" ucap Larisa membuka sedikit pintu kamar ibunya dan memasukkan kepalanya disana.

tak ada jawaban dari nadina, akhirnya Larisa pun berangkat kesekolah.

......................

"bibiiiiiiii"

"iya non"

"lama banget sih, nih setrikain baju aku"

"bi jangan lupa rapihin buku aku sesuai roster"

"sarapan udah siap belum?"

"sudah non"

"jangan lupa semir sepatu aku juga"

"baik non"

Tasya menuruni anak tangga menuju meja makan, posisinya dirinya belum memakai seragam sekolah padahal sudah pukul tujuh lewat dan ia masih memakai piyama tidur serta handuk yang melilit dikepalanya.

"kamu belum siap juga?" tanya Edward papanya Tasya.

"belum masih lama juga" ucap Tasya dan duduk di kursi yang kosong.

"kamu mau jadi apa sih Tasya kalau prinsip hidup kamu aja gak jelas kek gini"

"gak jelas gimana maksud papa?"

"papa rasa tanpa papa jelasin pun kamu pasti sudah paham" ucap Edward menatap putri satu-satunya itu.

"mama mana pah?"

"masih dikamar dandan"

"cepat banget pagi-pagi udah dandan aja"

"kamu kayak gak tau aja mama kamu itu seperti apa" ucap Edward lagi.

selang beberapa menit kemudian terdengar suara langkah kaki dari tangga dan dapat dipastikan bahwa itu adalah nyonya di rumah itu, Marisa mamanya Tasya.

"mau kemana sih ma rapi bener?" tanya Tasya

"ini temen-temen mama ngajak ketemuan" jawab Marisa.

"oh iya mama gak bisa ikut sarapan yah soalnya udah ditungguin" sambungnya lagi

Edward hanya memandang istrinya itu dengan geleng-geleng kepala.

"papa juga ada meeting bentar lagi" ucapnya.

"Tasya kamu baik-baik yah, mama pergi" ucap Marisa dan berlalu pergi dari sana begitu pun juga dengan Edward meninggalkan Tasya seorang diri.

"huh" Tasya mendengus kan napasnya kasar kemudian segera naik ke kamarnya tanpa menyentuh sarapannya terlebih dahulu, rasanya mood nya telah hilang begitu saja.

......................

"pagi mbok" ucap Larisa sambil meletakkan kotak yang berisi gorengan jualannya.

"pagi Risa" jawab si mbok kantin yang sedang beberes dan mempersiapkan makanan yang akan dia jual juga dikantin itu.

"mbok ini ada seratus gorengan nanti bagian Risa tujuh puluh ribu aja mbok"

"loh itu kebanyakan Risa"

"udah gak papa mbok, mbok udah baik banget sama Risa. udah mau bantu Risa buat jualin gorengan Risa" ucap Larisa tulus kepada si mbok kantin.

"ya ndak papa toh Risa, udah ibu ambil kek biasa aja" ucap si mbok kantin

"tapi mbok Risa gak enak" ucap Risa sambil menundukkan kepalanya merasa segan dengan si mbok kantin yang sudah begitu baik padanya.

"Halah kayak sama siapa aja" ucap si mbok sambil tertawa riang agar Larisa tidak merasa sedih lagi. Larisa yang mendengar itu mendongakkan kepalanya lalu berkata..

"mbok Risa boleh peluk si mbok gak?" tanyanya hati-hati.

si mbok yang mendengar itu menatap Larisa lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Larisa segera berhambur kepelukan si mbok dan menangis didalam pelukan itu. si mbok yang merasakan bahu Larisa bergetar segera mengelus punggung Larisa. seakan tahu perasaan apa yang sedang dihadapi Larisa saat ini.

"udah gak papa, ibu kamu suatu saat nanti pasti sayang banget sama kamu" ucapnya

"tapi ibu selalu bilang aku anak sial mbok" isakan itu semakin keras. simbok yang mendengar itu tak kuasa menahan tangisnya, gadis remaja yang harus berpura-pura kuat.

"percaya sama mbok, sebenarnya ibu kamu itu sayang banget sama kamu. nanti dia pasti akan setiap hari memeluk Risa"

Larisa menganggukkan kepalanya mencoba mempercayai ucapan dari simbok.

tanpa mereka sadari pemandangan itu disaksikan oleh Satri si anggota black lion yang paling dingin.

......................

Larisa segera menuju tempat duduknya, namun ketika ia akan melangkahkan kakinya, Ciara terlebih dahulu menghadang kakinya agar Larisa terjatuh.

Larisa yang tidak tahu akan mendapat sedang seperti itu akhirnya terjatuh serta buku-buku yang berserakan dilantai.

"aduh" ucap Larisa menahan sakit

"aduh aduh sakit yah, sengaja" ucap Ciara tanpa bersalah.

semua yang berada dikelas itu tertawa terbahak-bahak melihat Larisa yang tersungkur dilantai.

Larisa tak membalas perbuatan dari Ciara, toh Larisa membalas pun pastinya dia akan terus-menerus menjadi bulan-bulanan dari geng tacika itu.

Larisa hendak mengambil buku harian yang ikut terjatuh disana, namun ia kalah cepat dengan Tasya.

"wah ada buku diary nih" ucap Tasya sambil melihat-lihat buku yang ada kunci untuk membukanya.

"kembalikan buku ku" ucap Larisa kepada Tasya.

"kalau gue gak mau gimana dong?" ucap Tasya

"tapi kan itu punya aku"

"mana kuncinya?" ucap Tasya pada Larisa sedangkan Larisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lo mau kasih sendiri apa harus gue paksa dulu?" tanya lagi, Larisa terdiam dan tak berniat memberi kunci buku itu padanya.

'aku kok sampai lupa sih buat ninggalin buku itu' ucap chania didalam hatinya. buku diary yang sedang dibawa Larisa itu adalah khusus diary tentang siapa laki-laki yang dicintainya. Larisa mempunyai dua buku diary yang pertama buku diary khusus untuk ibunya sedangkan yang satu lagi untuk kisah cinta diam-diamnya dan juga pertemanannya.

"ambil kuncinya" perintah Tasya pada kedua sahabatnya itu. Ciara dan Karina segera mendekat pada Larisa dan ingin merebut tas itu

"gak" ucap Larisa memegang erat tasnya namun tenaga kalah dengan dua manusia yang ada dihadapannya itu.

"buku usang begini aja disimpen-simpen" ucap Tasya sambil membuka buku diary itu.

"jangan Tasya" ucap Larisa sambil menghadang Tasya untuk membaca buku diary miliknya.

"berisik Lo, pegang dia" ucap Tasya, kedua sahabat Tasya segera memegangi tangan Larisa dan sedikit menjauh dari sisi Tasya.

"hm" Tasya tersenyum miring melihat isi buku itu.

"guys si anak haram ini suka sama Aslan" ucap Tasya dengan nada yang sangat meremehkan.

"mimpi kali loh Risa"

"bangun oi bangun"

"gila sih"

"langit dan bumi kali Risa"

begitulah kira-kira cibiran yang dilontarkan oleh teman-temannya kepada Larisa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!