chapter 6

bunyi alarm membangun kan Larisa tepat pukul tiga dini hari, ia segera menyiapkan segala keperluan untuk menggoreng gorengan yang akan ia jual disekolah nanti

"Di hidup ini

Telah kusinggahi banyak cinta

Namun tak pernah aku temui cinta

Sekuat aku menginginkan dia

Hal hebat kurasakan

Kini dicintai seseorang

Yang ku pun mencintai

Itu sempurna

Takkan siakan dia

Belum tentu ada yang seperti dia

Satu dunia tahu aku bahagia

Banyak pasang mata saksinya

Takkan duakan dia

Belum tentu esok kan masih ada

Kesempatan tak datang kedua kalinya

Hargai dan jaga hatinya

Dalam diamku

Kupanjatkan selalu doa untuknya

Jodoh bukan soal sempurna

Namun yang mampu tangguh tuk bertahan

Dan berjuang

Takkan siakan dia

Belum tentu ada yang seperti dia

Satu dunia tahu aku bahagia

Banyak pasang mata saksinya

Takkan duakan dia

Belum tentu esok kan masih ada

Kesempatan tak datang kedua kalinya

Hargai dan jaga hatinya

Ho

Takkan siakan dia

Belum tentu ada yang seperti dia

Satu dunia tahu aku bahagia

Banyak pasang mata saksinya ho

Takkan duakan dia

Belum tentu esok kan masih ada

Kesempatan tak datang kedua kalinya

Hargai dan jaga hatinya

Hatinya takkan siakan dia

Takkan siakan dia

Takkan siakan dia"

sambil menggoreng larisa juga menyanyikan lagu yang berjudul hal hebat oleh govinda,larat sebenarnya isi lagu itu adalah harapan dari chania untuk Aslan

nadina mendengar suara Larisa yang bernyanyi dari dapur hingga membangunkan dirinya.

"seperti Risa sedang menyukai seseorang, gak, gak, ini gak boleh terjadi. aku gak mau kejadian yang pernah aku alami dialami juga oleh Risa"

ucapnya berdiri dari tempat tidur dan menyusul Larisa ke dapur

Larisa yang melihat kehadiran ibunya disana merasa terkejut dan menundukkan kepalanya

"eh ibu udah kebangun yah sama suara Risa? maafin yah bu?" ucapnya

"nyadar juga kamu kalau suara kamu jelek" ucapnya padahal itu hanya alibinya saja. Larisa itu sangat senang dengan hal-hal yang berbau dengan seni.

Larisa juga sangat pandai memainkan gitar dan tak menutup kemungkinan bahwa suara Larisa sangat enak untuk didengar.

Larisa tersenyum mendengar ejekan dari ibunya, itu sudah menjadi santapan Larisa setiap harinya

"ibu mau nyicil gorengan aku gak, sebagain udah ada yang masak loh ibu. rasanya enak kok apalagi kalau dimakan pas panas-panas begini" ucap Larisa

nadina duduk dikursi meja makan dan mengambil beberapa gorengan yang ada disana yang sudah selesai Larisa goreng.

Larisa tersenyum melihat itu hatinya menghangat ketika ibunya menemaninya didapur.

"Risa, ibu tadi dengar kamu happy banget nyanyinya kamu lagi jatuh cinta sama laki-laki?" tanyanya, inilah memang niat nadina pergi kedapur

"gak kok bu,itu cuman lagu doang kok" ucapnya bohong, mana mungkin Larisa mau berkata jujur pada ibunya.

"bagus deh kalau memang cuman lagu" ucap nadina terus memperhatikan Larisa yang sibuk menggoreng

"lagian mana ada sih bu yang mau sama Risa" ucapnya lagi

"lebih bagus kalau gitu, Risa ibu ingatin yah sama kamu. jangan coba-coba buat dekat sama laki-laki. semua laki-laki itu gak ada yang bener"

"ayah baik kok bu" ucap Larisa tanpa melihat ibunya dan masih sibuk dengan acara menggoreng nya

tak

Larisa terkejut mendengar suara keras akibat tamparan yang dibuat oleh ibunya dimeja makan, Larisa melihat ibunya seakan bertanya "kenapa bu?"

"darimana kamu tahu kalau ayah kamu itu baik?" tanya nadina marah

"gak si mbok kantin" ucapnya polos

memang mbok kantin selalu mengatakan bahwa setiap orangtua pasti menyayangi anaknya begitupun ibu dan ayahnya Larisa, beliau selalu mengatakan hal baik-baik kepada Larisa agar ia tak selalu bersedih.

"dengar baik-baik, ayah kamu udah mati. dan dia adalah laki-laki terjahat didunia ini. dan asal kamu tahu dia tidak pernah menginginkan kamu didunia ini paham?"

"ibu ingetin sama kamu lagi jangan pernah mengenal yang namanya cinta dari laki-laki camkan itu" ucap nadina dan segera pergi dari sana menuju kamarnya.

nadina membanting pintu kamarnya cukup kerasa hingga membuat Larisa terkejut mendengar suara itu

"ibu lagi kenapa sih?" tanyanya seorang diri

dikamar nadina ia menangis dan bersandar dipintu kamarnya sambil memeluk kedua lututnya.

"aku pastiin Risa gak bakal pernah ngerasain apa yang udah pernah aku alami dan aku pastiin laki-laki itu mati dan gak pernah menemui Larisa"

ucapnya penuh dendam, nadina sangat hancur ketika mengingat mantan kekasihnya dulu. ia begitu teringat bagaimana sang kekasih meminta agar ia membunuh janin yang ada di dalam kandungannya.

dan juga lebih sakitnya lagi orangtua dari mantan kekasihnya itu mendukung putra mereka dan mencampakkan, menghina nadina kala itu

"emang kamunya aja yang kegatelan dasar perempuan ******"

"jangan-jangan anak yang ada didalam kandungan kamu itu bukan perbuatan anak saya dan kamu mengaku bahwa itu adalah anaknya anak saya iya kan?"

perkataan ibunya mantan kekasihnya dulu terus terngiang-ngiang dipikiran nadina dan lebih parahnya lagi mereka meminta nadina untuk tes DNA memastikan bahwa anak itu adalah anak mantan kekasihnya

hingga tes keluar barulah mereka semua diam terbungkam namun tak kunjung meluluhkan hati mereka

"saya gak perduli, saya gak akan pernah merestui hubungan kalian. sebaiknya kamu gugurkan saja kandungan mu itu bila perlu kamu juga ikut mati, ini uang buat kamu anggap aja anak saya sedang membayar pelacur sampah kayak kamu" ucap ibunya mantan kekasih Nadin

mantan kekasih Nadin terdiam sambil menatap sorot mata kecewa dari Nadin, ia tak bisa berbuat apa-apa selain diam.

"maafin aku Nadin, besok aku akan pergi keluar negri, jaga diri baik-baik yah dan hubungan kita sampai disini saja. gugur kan saja anak itu, aku pergi"

sungguh biadab memang laki-laki seperti itu, dan semenjak hari itu nadina tidak pernah lagi untuk mengenal laki-laki bahkan banyak yang mengajak nadina untuk menikah namun nadina sama sekali tidak tertarik.

memang kalau hati sudah mati sangat sulit rasanya untuk menerima cinta lagi bahkan untuk percaya saja sangat sedikit kemungkinannya.

sedangkan Larisa terus melanjutkan kegiatannya sambil bertanya-tanya mengapa ibunya sangat sensitif mengenai laki-laki apalagi tentang ayahnya.

"ada apasih dengan ibu?"

"hemm bagaimana yah? kisah percintaan ayah dan ibu? pasti sangat bahagia sekali"

"tapi kenapa ibu mengatakan kalau ayah adalah laki-laki terjahat didunia ini?"

"akh mungkin ibu malu menceritakan kisah-kisah bahagia bersama ayah, dasar ibu. Risa kan pengen tahu saja"

begitulah pemikiran Larisa, padahal nyatanya tidak seperti itu. bahkan kalau dia tahu bagaimana kisah ibunya dulu pasti ia sangat membenci ayahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!