"assalamu'alaikum" ucap Naya ketika ia sudah masuk kedalam rumahnya.
"Waalaikumsalam" jawab umi amelda menjawab salam dari putri kedua mereka.
"Kok lama banget sih nak pulangnya, umi khawatir tahu" ucap umi amelda mendekati sang anak. Sedari tadi ia menunggu kepulangan inaya yang meminta izin untuk joging namun sudah hampir masuk jam makan siang inaya gak kunjung pulang kerumah.
"Maaf umi Naya lupa waktu tadi" ucap Naya dengan terkekeh, ia tak berani mengatakan bahwa ia hampir saja diperkosa oleh preman.
"Kamu ini kebiasaan deh" ucap umi amelda
"Yaudah kalau gitu Naya mau mandi dulu yah umi" ucap Naya sambil berdiri ingin segera mandi karena tubuhnya sudah dipenuhi oleh keringat.
"Nay, yang kamu pegang itu apa?" Tanya umi amelda penasaran kepada plastik hitam yang ditenteng anaknya sedari ia masuk kedalam rumah
"Oh ini gorengan umi" ucap Naya
"Ohhhhh umi tau nih, makanya kamu terlambat pulang, pasti gara-gara nongkrong makan gorengan kan?" Tanya uminya dengan garang
"Enggak umi" buru-buru Naya menggelengkan kepalanya takut kena omel oleh uminya. Ia sudah ambil ancang-ancang untuk berlari namun kalah cepat dengan tarikan uminya yang ada di lengannya.
Umi amelda tak sengaja menarik ikat rambut yang ada dilengan naya, hingga membuat ikat rambut itu terlepas.
Sontak umi amelda terkejut melihat robekan yang ada dilengan baju Naya.
"Na-ya" ucapnya terbata-bata
"Ini kenapa nak?" Tanya umi amelda dengan khawatir
"Kok bau rokok?" Ucapnya kembali setelah mencium aroma rokok yang sangat pekat dilengan naya.
"Gak mungkin kan ini kena paku? Kalau kena paku gak mungkin bau rokok begini nay" ucap uminya lagi
Naya hanya bisa menggelengkan kepalanya, dan membuat umi amelda semakin histeris
"Astaghfirullah Naya"
"Kamu kenapa?" Tanya uminya lagi menggoyang-goyangkan tubuh Naya yang sejak tadi diam, Naya pun ikut terkejut, ia takut untuk menjelaskannya kepada uminya yang sedang menatapnya.
"Jawab umi Naya" desak umi amelda
"Tadi Naya hampir diperkosa sama preman umi" ucapnya pelan
"Astaghfirullah haladzim" ucap umi amelda mengusap dadanya.
"Abi"
"Abi"
"Abi"
Teriak umi amelda memanggil sang suami dengan kuat.
"Umi, umi tenang dulu" ucap Naya sembari membawa uminya duduk kembali
Abi tirta yang mendengar teriakan sang istri terkejut, ia berlari mendekati sang istri.
"Astaghfirullah umi, apasih teriak-teriak gitu" ucap Abi tirta setelah sampai disana.
"Gimana umi gak teriak-teriak anak gadis mu sedang ditimpa musibah" ucapnya
"Musibah apa umi?"
"Naya hampir diperkosa"
"Astaghfirullah" ucap Abi tirta dengan terkejut.
"Naya, kamu gak kenapa-napa kan nak?" Tanya Abi tirta kepada Naya, dan Naya menggelengkan kepalanya
"Tadi ada kakak yang baik banget nolongin Naya, dia pukul tuh preman sama kayu. Sampai preman itu pingsan" jawab Naya menceritakan kejadiannya
"Alhamdulillah, syukur kalau tidak terjadi apa-apa sama kamu, lain kali hati-hati yah nak" ucap uminya memegang tangan Naya
"Iya umi" jawab Naya dengan senyuman
"Apasih umi ribu-ribut" ucap Karina yang masih berada diatas tangga sambil berjalan menghampiri umi Abi dan adiknya.
"Emmm Abi kira kamu udah gak kenal sama kita" ucap abinya mengejek Karina yang seharian ini berada dikamar.
"Ish Abi mah gitu" ucapnya mengerucutkan mulutnya.
"Abi ini, anaknya diejekin mulu deh heran" ucap umi
"Karina, adik kamu hampir aja diperkosa sama preman dan alhamdullilah ada yang nolongin" ucap umi amelda menjelaskan kepada Karina
"Hah?" Tapi kamu gak papakan dek?" Tanya Karina khawatir
"Enggak kak aku gak papa kok" ucap Naya sambil tersenyum kepada kakaknya.
"Kakak tahu gak yang nolongin Naya tadi kayaknya seumuran deh sama kakak?" Sambung Naya
"Oh ya?"
"Huum" ucap Naya
"Yaudah deh Naya mau mandi dulu" ucap Naya lalu beranjak menuju kamarnya.
Umi amelda, Abi tirta dan Karina duduk disofa sambil menonton film.
"Ini apa?" Tanya Abi tirta hendak mengambil bungkus gorengan punya Naya namun ia kalah cepat dari tangan Naya
"Punya Naya" ucap Naya, ia tersadar seperti ada yang kurang tadi. Barulah ia ingat bahwa gorengannya tertinggal, bergegas ia berlari kebawah dan melihat tangan abinya hampir memegang bungkus gorengan itu, buru-buru ia merampasnya.
"Astaghfirullah ngagetin aja deh" ucap Abi tirta mengelus dada terkejut.
"Hehehe"
"Biasa lah bi, gorengan" ucap umi amelda menjawab pertanyaan Abi tirta tadi
"Bagi dong" ucap Abi tirta mengadahkan tangannya meminta gorengan itu kepada Naya
"Gak mau" ucap Naya menyembunyikan gorengan itu dibalik badannya
"Nay" ucap uminya
"Satu yah" ucap Naya lalu memberikan satu gorengan kepada Abi tirta, Naya sangat pelit kalau soal gorengan. Baginya gorengan adalah surganya
"Iya deh iya daripada gak sama sekali" ucap Abi tirta pasrah
Naya tertawa melihat wajah abinya itu "enak banget, kamu beli dimana nay, beliin Abi dong"
Ucap Abi tirta sambil menikmati gorengan nya.
"Tadi belinya sama kakak kakak yang nolongin aku tadi Abi, Naya gak tahu kalau mau beli dimana lagi soalnya kakak kakak itu jualnya keliling bi" ucap Naya
"Yaudah deh Naya kekamar dulu" ucapnya lalu berlari ke tangga menuju kamarnya.
Karina yang hanya diam saja sambil memainkan handphonenya tersadar 'eh tadi Naya bilang yang nolongin dia seumuran sama gue terus jual gorengan, jangan-jangan..' ucap Karina membatin
'gak mungkinlah, Risa kan jualannya cuman dikantin doang' ucapnya bergelut dengan pemikirannya
Memang yang ia tahu Risa hanya berjualan dikantin saja, karena ia tak pernah melihat Risa berjualan keliling. Pasalnya Karina selalu betah dirumah kalau hari libur, itulah mengapa ia tak pernah melihat Larisa berjualan kalau hari libur.
...
Sedangkan Aslan bersama anggota black lion sedang berkumpul di markas mereka. Tidak hanya disekolah saja, diluar pun mereka mempunyai markas untuk mereka berkumpul.
"Gimana persiapan aman?" Tanya Aslan pada membuka suara
"Aman bos" ucap Leo
"Bos beneren nih kita berangkatnya seminggu lagi?" Tanya Vito
"Lah emang ngapa?" Bukan Aslan yang menjawab melainkan reno
"Kelamaan ege, hari ini gitu kek" Vito merasa jika menunggu seminggu lagi rasanya akan lama sekali.
"Lo berangkat aja duluan" ucap satria dengan datar
"Ngapa sih Lo sensi banget sama gue" jawab Vito tak suka
Semenjak kejadian Vito terus-terusan menghina Larisa sebagai anak haram, dari situlah satria tak lagi respect pada Vito hingga sekarang ini
Satria tak menanggapi ucapan Vito lagi, ia keluar dari markas dan duduk-duduk bergabung dengan anggota lainnya yang sedang diluar.
"Lagi pms kali" ucap Reno melihat kepergian satria, tak biasanya ia seperti itu.
"Kayaknya satria masih gak terima waktu Lo ngatain si lari-lari apa itu, siapa namanya?" Ucap Rian sambil mengingat-ingat nama Larisa
"Larisa" ucap Aslan
"Nah iya bener Larisa, Lo udah minta duit belum?"
"Minta maaf" ucap mereka serempak memperbaiki perkataan dari Rian
"Itu maksudnya" ucap Rian
"Gue mah udah lama minta maaf sama dia" ucap Vito mengatakan kejujurannya, memang Vito langsung meminta maaf pada satria setelah ia mengejek Larisa.
"Positif thinking aja vit, mungkin satria belum maafin Lo" ucap Reno
"Au ah itumah urusan dia, pokoknya gue udah minta maaf ke dia" ucap Vito cuek bebek
Sedangkan Bimo hanya diam saja, hari ini ia tak berminat untuk ikut ngobrol bersama teman-temannya, ia hanya memperhatikan mereka saja dari jarak agak jauh dari sana.
Namun ia lebih sering memperhatikan handphonenya, apalagi kalau bukan melihat chat lama dengan kekasihnya dulu. Hingga suara Aslan mengagetkan dirinya yang sedang mengenang masa lalu
"Kenapa bim?" Tanya Aslan menepuk pundak Bimo lalu duduk dibangku samping yang kosong disebelah Bimo
Bimo tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya lalu segera mematikan handphone nya setelah Aslan berhasil melihat apa yang sedang ia baca.
"Belum ada kabar juga?" Tanya Aslan ikut prihatin melihat temannya itu, dulu Bimo orangnya sangat ceria, suka bercanda dan ramah terhadap orang-orang.
Namun semenjak kepergian kekasihnya yang tak tahu entah kemana, ia berubah menjadi sosok yang pendiam dan tak mau dekat dengan perempuan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments