Bab 15

Mbok Rongya di beri ramuan sihir penyembuh. Tubuhnya yang sudah tua sangat rentan tidak sanggup menerima efek dari minuman yang di berikan oleh Sadewa. Dia berbaring lemas di atas kasur. Di dalam kediaman Gupta telah di bungkus pelindung sihir Lenggo geni.

“Mbok, istirahat ya. Lintani sesekali akan melihat mu. Aku akan melanjutkan mengasah ilmu. Tidak ada yang bisa menyentuh kediaman ini” ucap Sadewa.

Si mbok mengangguk sedangkan Lintani hanya bisa terdiam menatapnya. Dia masih berpikir bagaimana bisa mengakhiri hidupnya agar bisa tenang tanpa memikirkan kejahatan dari Adika.

Bencana ilmu sihir yang di lakukan Gupta. Rakyat kepanasan tidak tahan terkena ilmu sihir hawa panas yang di kirim Gupta melalui angin dan udara. Para abdi dalem dan sisa penghuni Kartanegara tidak terkena atau berefek apapun. Ucapan mantra hanya tertuju pada Sarang laba yang darahnya mengalir aura musuh Kartanegara.

Di dalam pertapaan Sadewa merasakan ilmu ayahnya menyebar luas, dia keluar dari gua menatap sejauh mata memandang. “Apa yang telah ayah lakukan?” gumamnya.

Dia menuju ke tempat persembunyian sang ayah. Di atas batu raksasa kekuatan sihir yang sangat besar itu membentuk pusara hawa angin yang mematikan. Sadewa berusaha menghentikan karena itu akan merusak alam.

“Ayah, tolong hentikan. Aku sudah menanam jasad adik Yuri. Tempat peristirahatan terakhirnya di halaman belakang kediaman.”

Gupta enggan memperdulikan , dia menabur seluruh sihir yang dia punya. Meniup ke setiap titik wilayah musuh.

“Ayah, jika ayah mengeluarkan mantra itu dari dalam tubuh secara paksa terus menerus maka ayah akan kehilangan kekuatan dan terbakar!” teriaknya lagi.

Bagian Tenggara negara jajahan seluruh mayat rakyat bagai lautan air yang menghirup mantra itu. Bersambung hingga ke perbatasan wilayah Sarang laba. Laporan khusus pada raja Diraga mengenai hal buruk yang menimpa rakyatnya.

“Hormat yang mulia, tidak salah lagi bahwa ini adalah serangan sihir ilmu Gupta. Para peracik sihir Gupta yang kita tahan telah mengakuinya” ucap sang panglima istana.

“Kurang ajar! Aku akan mencari si Gupta dan membunuhnya!”

“Tidak ayahanda, dia adalah sosok pria berilmu sihir yang sakti. Pada saat kejayaaan Kartanegara, dia berhasil menekuk lutut musuh dengan senjata dan sihir yang dia hembuskan dalam satu hembusan saja” kata pangeran Gani menghalangi.

“Lihatlah, sebentar lagi seluruh rakyat ku akan habis!”

Manusia tengkorak terbang mencari tempat Gupta berada, ilmunya yang sedang di kerahkan untuk meluluh lantakkan negeri Sarang laba kini menipis membuka gua persemedian sehingga manusia tengkorak dapat menemukannya.

Serangan mendadak itu tidak meruntuhkan benteng pertahanannya, Si manusia tengkorak memutar tongkat hitamnya, Sadewa menepis setiap gerakan dia merobohkan serangan para abdi dalem. Hantaman pukulan dari Sadewa, mereka mengarahkan pedang ke tubuh Gupta membuat Sadewa menggunakan ilmu Lenggo geni membunuh mereka semua.

“Ayah! Cepat hentikan serangan sihir itu!” ucap Sadewa kembali mengingatkan.

Gupta telah muntah darah berwarna hitam. Dia sudah sekarat, Sadewa terpaksa menekan titik nadi penghenti sihir dia membawa Gupta pergi di kejar si manusia tengkorak. Dia di serang dengan anak panah yang di balut sihir, Sadewa menggunakan elemen api membakar para prajurit Sarang laba yang bagai pasukan semut menyerangnya.

Gupta hampir terlempar dengan sigap Sadewa meraih tangan sang ayah. Si manusia tengkorak berhasil menggunakan tongkat yang dia lumuri dengan darahnya sendiri untuk menyerang titik nadi Sadewa. Kini pria itu terjatuh dengan posisi tetep mempertahakankan keselamatan ayahnya.

Sosok wanita berbaju pelangi muncul membantu Sadewa yang sedang kesusahan menggendong ayahnya itu melarikan diri.

“Hei pendekar, cepat bawa pria itu menaiki kuda ku. Aku akan menghalangi mereka”

“Terimakasih__”

Pertarungan di ambil alih wanita yang lihat menggunakan senjata dan jurus bela diri. Sadewa memasuki daerah hutan terdalam, dia mencari sebuah tempat persembunyian yang aman dari kejaran abdi dalem Sarang laba. Raja Diraga turun tangan menyerbu, di kala itu mereka masih berputar mengitari seluk beluk setiap tempat.

“Aku yakin sekali dia tidak akan jauh dari sini” ucap sang raja.

Mereka menegakkan tenda-tenda darurat. Menyisir secara tuntas mencari Gupta dan Sadewa, selepas pertempuran si manusia tengkorak dengan wanita berbaju pelangi. Kabut pekat memisahkan keduanya. Menggunakan sihir lenggogeni dan ilmu suwung laduni, Sadewa membawa Gupta ke tempat asal dia bersembunyi bersama para abdi dalem. Melindungi dua wilayah yang terpisah yaitu kediaman Gupta dan persembunyian Gupta.

“Terimakasih telah menolong kami, anda ini siapa?” tanya Sadewa.

“Saya ada penjaga kaki bukit dan pegunungan Pancer, panggil saja saya Alas Pati. Pendekar, saya harus segera pergi”

Di dalam benak Gupta, seharusnya para pengikut wilayah Sarang laba harus tunduk [ada rajanya. Tidak dengan sosok pendekat yang dia temui itu, mengatakan bahwa dirinya adalah penjaga tapi melindungi musuh negeri lawan.

“Sadewa, tampak dari sorot mata dan tindak tanduknya kalau dia melindungi kaun yang lemah” ucap Gupta.

“Engkau benar ayah, kita beruntung bertemu dengannya.”

“Bagaimana dengan keadaan Adika dan cucu menantuku ku? Apakah mereka baik-baik saja?”

“Maafkan aku ayah, aku terpaksa melepas seluruh kemampuan kakang Adika, dia_”

Dengan berat hati Sadewa mengatakan yang sebenarnya, dia semula sangat bingung akan memulai dari mana. Gupta telah mendengar lebih dulu sebelum anaknya itu memberitahu. Tapi dia tetap tidak percaya sampai menyayat leher seorang penyampai kabar dari salah satu abdi dalem.

“Setelah perkataan itu keluar langsung dari mu maka kali ini aku akan percayainya” ucap Gupta.

“Sekali lagi maafkan aku ayah, aku tidak bermaksud ingin mengadu atau menjelek-jelekkan saudara ku sendiri.”

“Buka mata mu lebar-lebar Sadewa. Dia sebenarnya bukanlah saudara kandung mu. Aku terpaksa mengangkatnya sebagai anak sepeninggalk ibunya, Rume. Kala itu Adika aku jadikan anak paling tua sebagai penutup kenyataan dia bukanlah anak kandung ku”

“Pantas saja kakang Adika seolah sangat membenci ku.”

“Dia sudah mengetahuinya sejak menekuni dunia sihir hitam.”

......................

Di kediaman Dewi Bahati

Kondisi wanita itu semakin hari semakin memburuk. Hari ini mbok Rija memutuskan untuk tidak memberikannya obat ramuan sihir dari Yuri.

“Mana obat ku mbok?” tanya Bahati.

Si mbok mengatakan bahwa obat itu masih di rebus, dia sangat gamang memberikan minuman itu padanya. Ingin sekali dia mengatakan bahwa wajah sang majikan telah berubah menghitam, tubuhnya semakin kurus dan nafasnya terputus-putus.

“Nyonya, apa yang nyonya rasakan setelah minum ramuan sihir?” tanya si mbok.

“Sekujur tubuh ku terasa kaku mbok. Tapi sekarang aku sudah bisa tidur nyenyak. Mungkin karena efeknya sedang bekerja.”

“Lapor nyonya, saya menyampaikan pesan bahwa nyonya Yuri telah meninggal dunia” ucap salah satu pekerja yang biasa mengambilkan obat ke kediaman Gupta.

“Apa! Yuri!”

Dewi Bahati terduduk lemas mendengar kabar duka itu. Si mbok membopohnya duduk sambil berpegangan pada dinding.

Terpopuler

Comments

Nana 🐧

Nana 🐧

lop sekebon

2023-04-17

0

brown

brown

Lintani! sial para wanita yNg ketmu si adika

2023-04-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68 Altar ghaib kolam teratai
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71 Meriam
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78 Kelahiran Karalyn
79 Bab79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Kitab lembar pertama
87 Bab 87 Kitab lembar kedua
88 Bab 88 Terpisahnya Winan dengan Kara
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91 terhapusnya ingatan Kara
92 Karalyn & Lusia
93 Bab 93 Luluh lantak
94 Bab 94 Terpecahnya waktu
95 Bab 95 Karam
96 Bab 96 Senjang makhluk api
97 Bab 97 serangan makhluk merah
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68 Altar ghaib kolam teratai
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71 Meriam
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78 Kelahiran Karalyn
79
Bab79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Kitab lembar pertama
87
Bab 87 Kitab lembar kedua
88
Bab 88 Terpisahnya Winan dengan Kara
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91 terhapusnya ingatan Kara
92
Karalyn & Lusia
93
Bab 93 Luluh lantak
94
Bab 94 Terpecahnya waktu
95
Bab 95 Karam
96
Bab 96 Senjang makhluk api
97
Bab 97 serangan makhluk merah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!