Bab 16

Si manusia tengkorak melihat keberadaan Sadewa di pesisir pantai. Penyerangan membanting elemen air yang hembus Sadewa mengarah ke lawannya. Kekuatannya teah terkuras setiap waktu harus berjuang menjaga diri.

Raja Diraga menggunakan senjata rampasan dari Namrut menebas setiap sihirnya. Dia baru mengingat senjata sakti itu buatan pamannya Sahwana yang terselubung lapisan sihir yang sama dari senjatanya. Dia pun mengeluarkan senjata pamungkas peonix. Sang raja terperangah melihat kekuatan pedang milik Sadewa yang jauh lebih hebat darinya.

“Hiya! Terimalah jurus ini!” si manusia tengkorak membantu sihir dari pedang sang raja menghantamnya.

Dia di serang dari segala penjuru, sang raja memerintahkan para abdi dalem yang sakti dalam ilmu bela diri memukul Sadewa. Benteng pertahanannya pun runtuh, Sadewa terkena pukulan tenaga dalam sihir melumpuhkannya.

Si wanita berpakaian pelangi datang menghalangi serangan maut menggunakan selendang miliknya. Dia membantu Sadewa pergi, jurus pertahanan terakhir ilmu sihir elemen air membekukan setiap jalan agar raja Diraga dan pengikutnya tidak bisa mengejar.

“Jangan banyak bergerak, aku akan membawa mu ke guru ku. Ki Dermo, dia tinggal di sebuah gua di kaki bukit wilayah Pancer”

“Terimakasih Alas Pati, uhuk”

Sesampainya disana, Alas Pati meminta bantuan pada ki Dermo agar mengobati Sadewa. Hantaman pukulan yang di terimanya merusak sistem saraf penghubung elemen dan kekuatan pusat aliran darah di dalam dirinya.

“Lukanya sangat parah, aku tidak tau apakah dia bisa bertahan beberapa hari lagi” ucap ki Dermo.

“Jadi bagaimana aku bisa menyelamatkannya ki?”

“Jalan terakhir adalah mengambil akar pohon dari pura ilmu sihir putih wilayah hutan Kartanegara. Disana masih ada penjaga pohon suci yang tidak bisa di lihat dengan mata manusia normal. Kau harus memusatkan pikiran mengikuti cahaya rembulan dan menghadapi kelima penjaganya yang sakti. Jika kau gagal, maka kau akan menjadi tengkorak . Apakah kau sanggup?”

“Kalau begitu aku akan mencobanya Ki..”

Alas pati menunggangi kuda menuju ke wilayah tersebut. Dia melakukan perjalanan panjang selama satu hari satu malam untuk sampai kesana. Tempat ghaib yang harus dia kunjungi di lapisi kabut putih pekat. Nuansa sihir yang sangat kental, Alas pati mendengarkan petunjuk dari ki Dermo agar dia mengikuti cahaya rembulan.

Dia memusatkan pikiran, di dalam cuaca yang berubah-ubah ada titik cahaya putih pembuka jalan memperlihatkan sebuah pohon raksasa yang berakar besar dengan akara menjuntai di setiap dahannya. Perlahan dia masuk dari arah depan tubuhnya di dorong lima orang wanita berpakaian putih.

“Siapa kau? manusia di larang memasuki wilayah suci ini!”

“Aku harus menemui penjaga pohon ini, teman ku sedang sekarat. Dia membutuhkan obat dari akar pohon suci” jawab Alas pati.

“Sang penjaga sedang melakukan pertapaan, dia tidak bisa di ganggu. Pergi!”

“Hiya! Terpaksa aku menggunakan cara kekerasan!”

Alas pati tidak gentar walau dia menerima serangan dari kelima wanita berkekuatan lebih hebat darinya. Keributan itu terdengar oleh si penjaga. Dia menghentikan pertapaan merasakan ada hawa manusia yang beraliran darah sangat dekat dengannya.

“Siapa manusia itu? seolah aku harus menolongnya. Tidak biasanya aku menghentikan pertapaan begitu saja” gumam si penjaga.

“Biarkan dia masuk ke dalam.”

Perbincangan keduanya di dalam sebuah gua yang di penuhi akar dan tumbuhan bercahaya, manik mata Alas pati membelalak melihat keajaiban di tempat itu.

“Ada perlu apa kau hingga menantang maut untuk datang ke tempat ini? bagaimana jika kau tidak bisa kembali hidup-hidup”

“Aku harus menyelamatkan teman ku, dia sedang terluka parah. AKu butuh akar pohon cahaya”

“Sungguh teman mu itu sangat special. Oh ya, siapa nama mu dan dari mana asal mu wahai pendekar?”

“Dia adalah sahabat baik ku. Nama ku adalah Alas pati, aku berasal dari perbukitan wilayah Pancer.”

Jawaban dari wanita di hadapannya mengingatkan seorang bayi yang dia titipkan pada guru besarnya tepat setelah dia mendapat pengkhianatan dari raja Diraga. Dia ingat sekali meminta gurunya, ki Dermo agar menamakan bayinya Alas pati dan menjadikannya seorang pendekar sakti. Perlahan sudut mata itu mengalir butiran air mata yang tidak bisa dia tahan.

“Anakku, anak ku yang malam” gumamnya sambil melihat kehadiran Alas pati di hadapannya.

“Kenapa anda menangis?”

“Saya hanya terharu melihat persahabatan tulus kalian berdua. Aku bisa saja memberikan akar pohon suci ini namun akan merusak akar lainnya. Pohon ini akan berfungsi jika di gunakan secara langsung pada penyakit yang di tuju. Maka engkau harus membawa teman mu itu kesini. Pakai tusuk konde akar cahaya ku ini agar engkau bisa leluasa menemukan tempat ini”

“Terimakasih banyak penjaga”

Pada malam itu juga Alas pati bergegas pergi kembali ke gua kaki bukit pancer. Dia berkuda tanpa beristirahat hingga menjelang pagi tubuhnya terhempas berjarak dua meter dari gua. Sesuai firasat ki Dermo merasakan kehadiran Alas pati, dia menyusuri perbukitan melihatnya tidak sadarkan diri sementara kudanya berada tepat di sampingnya.

“Kasian dia ki, dia harus menderita karena aku. Alas pati sudah banyak membantu ku. Di setiap pertempuran bahkan melindungi ku dari serangan si manusi tengkorak”

“Dia adalah wanita yang sangat baik. Aku mengasuh dan mengajarkan seluruh kekuatan yang aku miliki. Sedari dia bayi, ibunya menitipkan pada ku.”

Tersadar mendengar suara obrolan Sadewa dan ki Dermo dia perlahan bersandar sambil menekan kepalanya yang sangat sakit.

“Loh, kenapa aku sudah ada disini ki?”

“Kamu berkuda sampai pagi hari. Aku menemukan mu berjarak tidak jauh dari gua.”

“Aku tidak apa-apa ki. Sadewa, kita harus menuju tempat itu, sang penjaga mengatakan kalau akar itu berfungsi jika di gunakan langsung pada sakit yang di tuju”

Berbekal seadanya, Sadewa naik di atas kuda sambil menahan sakit. Alas pati menaiki kuda lain menarik kuda itu perlahan terkadang melihat kondisi Sadewa yang kesakitan menekan bagian jantungnya.

“Alas pati, aku terlalu banyak berhutang budi pada mu. Aku tidak tau dengan cara apa aku membalas semua kebaikan mu itu”

“Tidak perlu Sadewa, aku sangat ikhlas membantu mu. Jangan banyak bergerak atau luka mu akan melebar, sebentar lagi kita akan sampai”

“Sekali lagi aku ucapkan ribuan terima kasih, aku tidak akan melupakan budi baik mu. Oh ya aku tidak melihat pohon yang engkau maksud itu. Apakah memang benar ini jalannya?”

“Ya, aku di beri simbol penunjuk jalan melalui tusuk konde yang aku pakai ini. Pemberian si penjaga pohon suci.”

Keanehan suasana yang berubah di pandangan Sadewa, mereka seperti masuk ke dimensi lain di sekeliling terlihat berbagai bentuk makhluk aneh memperhatikan kedatangan keduanya.

Terpopuler

Comments

brown

brown

sadewa emang pria bertanggung jawab

2023-04-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68 Altar ghaib kolam teratai
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71 Meriam
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78 Kelahiran Karalyn
79 Bab79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Kitab lembar pertama
87 Bab 87 Kitab lembar kedua
88 Bab 88 Terpisahnya Winan dengan Kara
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91 terhapusnya ingatan Kara
92 Karalyn & Lusia
93 Bab 93 Luluh lantak
94 Bab 94 Terpecahnya waktu
95 Bab 95 Karam
96 Bab 96 Senjang makhluk api
97 Bab 97 serangan makhluk merah
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68 Altar ghaib kolam teratai
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71 Meriam
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78 Kelahiran Karalyn
79
Bab79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Kitab lembar pertama
87
Bab 87 Kitab lembar kedua
88
Bab 88 Terpisahnya Winan dengan Kara
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91 terhapusnya ingatan Kara
92
Karalyn & Lusia
93
Bab 93 Luluh lantak
94
Bab 94 Terpecahnya waktu
95
Bab 95 Karam
96
Bab 96 Senjang makhluk api
97
Bab 97 serangan makhluk merah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!