Selama berhari-hari Adika mengumpulkan ramuan sihir hitam untuk dia persembahkan pada Dewi Bahati. Meramu sihir pemikat, dia berharap ramuannya akan bekerja tepat di hari esok saat pertemuannya dengan sang putri. Sebelumnya syair-syair sihir pengunci hati sudah memberi efek sehingga sang dewi seperti terngiang-ngiang memikirkan Adika.
“Aneh sekali rasanya hati ku cepat berubah mengganti kerinduan pada kakang Adika. Kenapa kanda Sadewa terasa semakin jauh dari pikiran ku?” gumam Bahati.
...🕯🕯🕯...
Sihir hitam berbentuk kupu-kupu berterbangan di malam hari.
Kaca indah pemikul hati memperlihatkan sosok kecantikan paras mu
Oh Dewi Bahati, meneguk air terasa pahit jika sedetik pun tidak melihat mu
Malam dan siang penghujung sepucuk rona semu
Ku mencintai mu
...🕯🕯🕯...
Pada hari itu sihir kedua di tembus dalam tidur sang dewi. Asap menjalar dari sela ruangan masuk ke pori-pori menembus pori-pori kulit. Sihir ilmu hitam yang berhasil di racik Adika telah masuk ke dalam aliran darah menyebar hingga ke jantung.
“Arghh! Arghh!!” teriakan Dewi Bahati terbangun kesakitan menekan jantungnya.
Tidak tahan merasakan sakit, dia menekan kuat sampai memukul dengan tangannya. Gerakan tangannya di hentikan oleh mbok Yem. Linjao dan Tinaya terkejut melihat keanehan pada anak semata wayang yang sangat mereka sayangi itu. Tinaya memeluk Bahati sambil menangis.
“Pak, cepat cari tabib untuk menyembuhkan anak kita!” teriaknya sangat histeris.
Wajah bahati pucat fasih. Dia sangat lemas, mata terasa sangat berat sehingga dia memejam dengan merintih kesakitan. Tabib yang memeriksanya mengatakan dewi Bahati baik-baik saja. Tekanan darahnya normal serta tidak ada gejala demam atau penyakit lainnya.
“Bisa jadi ini adalah sihir. Mbok Yem, panggil Gupta untuk memeriksa Bahati” perintah Tinaya.
“Tidak perlu, tidak mungkin Bahati mendapat kiriman sihir. Kerajaan Kartanegara adalah penguasa sihir terkuat di bawah kepemimpinan Gupta. Tidak ada satupun yang bisa menentang apalagi menyakiti anak perdana menteri. Orang-orang terpenting raja!”
Sikap Linjao yang sangat sombong menolak keluarganya menanyakan penyakit yang di derita sang putri. Pada malam itu Tinaya dan mbok Yem menjaga di kamarnya.
Keanehan menjelang pagi, keadaan Bahati normal kembali. Dia tampak lebih bersemangat berhias diri hingga meminta mbok Yem mendandaninya secantik mungkin. Gaun-gaun berserakan di pilih untuk mencocokan keseragaman pada hiasan aksesoris. Begitupula sepatu sampai warna lipstiknya.
“Kamu mau kemana nduk? Semalaman tubuh kamu panas sekali. Ibu sangat khawatir” ucap Tinaya.
“Benar sekali yang di katakan nyonya. Ndoro sebaiknya istirahat agar pulih” kata mbok Yem sambil menyisir rambut panjang Bahati.
“Ibunda dan mbok tenang saja. Aku sudah tidak apa-apa. Sebentar lagi Yana akan menjemput ku.”
Di dalam benak dia tidak sabar bertemu dengan Adika. Pria yang mengganggu tidurnya, karena tidak sabar menunggu Yana maka dia meminta ijin untuk keluar rumah. Perasaan Tinaya melihat kelakuan aneh anaknya sehingga dia memerintahkan si mbok mengikutinya.
Keberadaan mbok Yem yang berjalan mengendap-endap mengikuti Dewi Bahati itu di ketahui oleh Adika. Saat menuju ke jalur belokan, Adika menariknya hingga si mbok kehilangan jejaknya. Adika menutup mulutnya lalu menunjuk ke arah si mbok yang menatap ke sekeliling seperti sedang mencari sesuatu.
“Stthhh!”
Di balik semak rerumputan pria buaya pembual kata-kata dan penyebar sihir hitam itu mulai menyentuh dewi Bahati. Di luar batas kesadaran, di mata sang dewi kalau wajah Adika bagai pangeran tampan yang turun dari khayangan. Suaranya yang terdengar jantan dan perlakuannya sangat halus meluluhkan dirinya. Setiap malam Adika mengirimkan sihir ke aliran nadi san dewi maka setiap malam pula dia menjerit kesakitan lalu di pagi hari tampak normal kembali.
“Ini sudah hari ke enam puluh tapi si keras kepala Linjao tidak mau mendengarkan perkataan ku. Biar aku sendiri yang menanyakannya pada Gupta!” gumam Tinaya memakai jubah sambil membawa obor di tangannya.
Dia keluar tanpa sepengetahuan siapapun. Menuju ke rumah Gupta, kedatangannya di sambut mbok Rongya. Tamu penting di malam hari, si mbok melihat hanya ada istri perdana menteri hakim yang datang sendirian ke rumah Gupta.
“Permisi, apakah Gupta ada di rumah?”
“Mari masuk nyonya__”
Si mbok menyediakannya minuman hangat. Wajah wanita itu terlihat sangat gusar, dia mengepal tangannya yang gemetaran.
“Kemungkinan tuan besar sebentar lagi akan pulang. Silahkan nyonya tunggu disini”
“Terimakasih mbok__”
Di balik batas dinding lainnya Sadewa menanyakan siapa tamu yang datang mencari ayahnya. Dia meminta si mbok menanyakan hal kepentingan apa sehingga datang ke rumahnya sendirian. Si mbok mengangguk setuju, setelah dua jam berlalu Gupta tidak pulang sehingga si mbok memberanikan diri bertanya sesuai perkataan Sadewa.
“Mohon maaf sebelumnya nyonya ada kepentingan dan keperluan apa? Saya akan menyampaiannya jika tuan besar pulang nanti”
“Anak ku Bahati, dia sepertinya terkena sihir. Hiks__”
Mendengar perkataan Tinaya, si mbok menuju ke Sadewa lalu menyampaikan maksud kedatangannya. Sadewa berlari mengetuk pintu ruangan Yuri. Dia sangat khawatir dengan keadaan Bahati, hanya ada dua pilihan antara meminta tolong pada Adika atau Yuri. Sampai keputusannya menemui sang adik.
“Yuri, apakah kau bisa mengobati Bahati? Ibunya berkata jika dia terkena sihir”
“Ilmu sihir ku masih jauh sangat dangkal kakak. Tapi akan mencobanya_”
Gupta belum kembali dari ruangan kepemerintahan sedangkan malam hari adalah waktu Bahati mengalami hal-hal aneh. Sadewa dan Yuri mengikuti langkah Tinaya. Ketika langkah mereka tepat di depan kamar Bahati, Sadewa hanya berani berani di depan pintu melihat pengobatan Bahati.
Sebuah kantung ramuan sihir putih di persiapkan Yuri sebagai obat yang harus di minum Bahati. Dia menyalurkan sihir putih di atas tubuh wanita itu. Tangan Yuri sedikit melempuh, dia merasakan ada energi sihir hitam yang masuk ke darah nadi hingga tulang sum-sumnya.
“Aku tidak mau menuduh kakang Adika tapi inilah kenyataannya. Ada sihirnya di dalam tubuh Dewi Bahati. Bagaimana aku mengatakannya pada kakang Sadewa?” gumam Yuri.
“Bagaimana? Apakah benar Bahati terkena sihir?” tanya Tinaya.
Yuri hanya berani menggelengkan kepala sambil menunduk. Dia menahan luka di tangannya, meraih ramuan sihir putih untuk Bahati. Sadewa memperhatikan luka di tangan adiknya persis seperti kekuatan sihir Adika yang akan menyerangnya waktu itu.
“Apakah sekarang aku pantas menuduh Adika? Tapi aku belum mempunyai bukti yang kuat untuk itu. Awas kau kakang. Kau terjadi hal buruk pada Bahati maka aku akan membunuh mu!” gumam Sadewa.
“Siapa yang berani mengirimkan sihir ke anak ku? Apakah dia berasal dari Kartanegara?”
“Maaf nyonya, saya belum tau pasti karena sihir itu masih bersembunyi di sela nadinya. Kami permisi dulu.”
Di dalam ruangannya Yuri mengunci diri. Dia tidak memperdulikan panggilan Sadewa begitupun mbok Rongya yang mengetuk pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Ra
bahati 😭
2023-04-20
0
Erika
bahati kena sihir hitam adika
2023-03-25
0
Tanila
musuh si Adika
2023-03-25
0