Istana Kartanegara tidak pernah terlepas dari penjagaan yang ketat penjagaan. Tapi salah seorang penyusup berhasil masuk menyusup ke benteng istana bagian timur di kejar para prajurit dengan hujan anak panah. Pria bertopeng itu melompat dari satu atap ke atap lainnya. Adipati Yetno mengejar pria itu hingga menuju ke benteng istana bagian Tenggara.
Beberapa detik kemudian muncul pangeran Gani memasang wajah sombongnya menatap sosok yang berada di atas genteng. Sang Adipati terbang turun mendekatinya, sosok pangeran termuda yang berstatus sebagai adik tirinya itu berlagak melipat kedua tangan menatap sangat sinis.
“Ada apa kakanda malam-malam begini mengawasi benteng ku?”
“Aku melihat ada penyusup masuk ke arah sini.”
“Kanda seolah mencurigai ku mengatakan penyusup masuk tanpa aku mengetahui atau membiarkannya. Aku sedari tadi tidak melihat ada penyusup yang masuk!”
Sikap dingin Gani membuat Adipati Yetno sedikit curiga. Dia hafal para abdi dalem setiap prajurit bahkan perangkat istana lainnya. Sosok penyusup itu mirip sekali dari salah satu abdi dalem benteng Tenggara istana.
Pertemuan di ruangan kebesaran sang Adipatimembahas kaitan para musuh yang sudah mulai masuk ke dalam istana atas bantuan pihak-pihak penting. Panglima perang serta para pangeran lain berunding agar Adi pati Yetno mengatakan ada orang yang mulai mengekang bahkan bermodus sebagai pasukan Kertanegara agar lebih leluasa menjajah negeri.
Di atas singgahsana, wajah sang sang raja sudah merah padam terlalu banyak menghabiskan minuman keras yang di tuang para dayang. Ceret emas berisi anggur yang menyegarkan, sang raja setengah mabuk mendengar keluhan sang Adipati.
“Yang Mulia, mohon dengarkan keluhan para perangkat perang agar siap siaga jika hal yang tidak di inginkan terjadi”
Praghhh_
Sang raja melemparkan semua makanan dan minuman di hadapan sang Adipati. Dia melotot sambil melotot dan bertolak pinggang.
“Akan ku potong prajurit mu yang mengatakan ada penyusup di kerajaan Kartanegara. Aku sudah bosan mendengar aduan yang sangat mustahil terjadi. Penyusup, penyusup dan penyusup! Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan raja Namrut!”
Di alun-alun kerajaan
Para pangeran berkumpul membicarakan laporan yang mereka terima dari para penjaga. Penyusup tidak henti berani keluar masuk istana seolah menerima ijin dari pihak abdi dalem.
“Aku sudah menyampaikannya pada raja namun perkataan ku berkali-kali di patahkan. Raja tidak percaya dengan semua berita itu bahkan akan membunuh siapa saja yang berani mengatakan Kartanegara ramai dengan penyusup”
“Kita harus tetap waspada kakang. Aku akan memperketat penjagaan istana dan memeriksa setiap prajurit yang bertugas”
Rencana mengambil alih Kartanegara di pimpin negara kecil sarang laba yang masih sibuk menyusun taktik licik perang. Raja Diraga memanfaatkan Gani, anak selir yang tidak lain saudaranya membuat kesepakatan jika negara itu bisa di kuasai maka dia akan di angkat menjadi Adipati dan sepeninggalnya akan menjadi pewaris raja selanjutnya.
Pertemuan mereka secara sembunyi-sembunyi. Di tutupi kabut putih buatan yang berasal dari asap sihir ramuan yang dia pesan dari dayang yang bertugas mengirim bahan ke pabrik ramuan sihir.
“Kita harus bergerak cepat sebelum si Namrut penggila wanita itu meminta bantuan dari kerajaan lain” ucap raja Diraga.
Dia ingat bagaimana Namrut menghina negaranya sebagai negara yang miskin. Rasa dendam di hati Diraga karena pria itu mendapatkan tahta Kertanegara dari hasil petisan almarhumah ibu suri.
......................
“Kamu dari mana saja?” mbok Rongya mengusap bajunya yang lusuh.
“Aku habis menenangkan pikiran mbok.”
Mbok Rongya memijit punggung Sadewa, usianya sudah lanjut tapi tetap menjadi pengasuh setia kediaman ketua penyihir si pembuat ramuan terampuh di seluruh negeri. Orang-orang hanya mengetahui nama Gupta tanpa tau Sahdewa andil membantunya. Gupta tidak kenal lelah bersikeras mengajak Sahdewa terjun di dalam kepemerintahan. Hingga dia membawa beberapa pasukan istana untuk membawanya. Sistem tempat tinggal Sadewa yang nomaden sulit untuk menemukannya.
Di dalam kamar, Sadewa mengkhawatirkan keadaan Dewi Bahati hingga memberanikan niat bertanya pada mbok Rongya. “kenapa rumah sepi sekali mbok. Kemana Yuri dan Adika?”
“Si mbok tau kamu sebenarnya pasti mau tanya tentang Bahati kan? Dia sama kakak mu Adika sedang sudah pergi sejak tadi sore. Mereka pindah ke kampung sebelah. Rumah tangga mereka tidak pernah akur, Adika kasar sekali dengan Bahati.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
priya
Adika pria cabul. kasian dewi bahati kena sihirnya. setelah mengenal si Adika hidupnya ha tenang😌 itu Sadewa Keren bingit. jadi ga sabar menunggu kelanjutan
2023-03-26
3
Bapak Rudol
rada eror otak si Adika ini. mau adik kandung atau tiri jangan di embat donk. kesel aq
2023-03-25
0