Bab 2

Tidak ada yang lebih indah dari pertemuan awal

kalbu terisi senandung gelap terangnya langit menapaki bebatuan terjal

Hati tidak akan pernah berdusta siapa pemilik sebenarnya

Hanya saja pada mula garis nasib dan takdir masih menjadi misteri di kehidupan nyata

Hujan menabur pelangi berkepanjangan menyaksikan seorang dewi Bahati sedang mandi di sungai bersama teman-temannya. Tawa nyaring terdengar hingga ke perbukitan hijau tempat Sadewa berteduh. Gubuk kecil yang hanya cukup untuk dia duduk. Mencari sumber suara berisik itu, dia mengintip dari sela bebatuan ada banyak wanita cantik bermain air.

Salah satu mereka hanyut terbawa aliran air sungai yang deras. Sadewa mengambil kain menggunakan akar kayu yang panjang. Dia berpikir ulang akan memberikan kain yang dia temukan itu namun pasti mereka akan menjadi salah sangka. Para wanita itu tampak terburu-buru meninggalkan sungai. Bakul-bakul yang berisi cucian kain di pinggul hingga salah satu dari mereka masih sibuk mencari sesuatu.

“Siapapun tolong aku, bantu aku menemukan pakaian ku yang hilang! Aku akan memberikan hadiah yang besar sebagai imbalannya” jeritnya.

Sadewa muncul dari bebatuan menggenggam pakaian miliknya. Dia menyodorkan baju itu dengan memiringkan kepala menatap ke lain. Dengan cepat wanita itu meraihnya, dia berpindah ke balik sisi bebatuan yang lebih tinggi. Setelah memakai pakaiannya, dia membawa bakul selendangnya memperhatikan pria di depannya.

“Terimakasih telah atas kebaikan kisanah_”

“Panggil saja aku Sadewa, siapa nama mu?”

“Saya Dewi Bahati, putri perdana menteri hakim.”

“Kalau saya putra ketua penyihir pembuat ramuan kerajaan. Senang bisa berkenalan dengan putri.”

Setelah pertemuan itu, mereka berdua sering bertemu di tepi sungai maupun perbukitan hijau. Hingga suatu hari perasaan Dewi Bahati menggebu memikirkan Sadewa menarik ulur hatinya untuk bertemu.

“Dia ada disitu, temui saja” ucap Yana.

“Tapi aku malu, apa yang akan aku katakan padanya?”

“Kalian kan sama-sama suka membaca buku, bilang saja engkau akan mau membaca buku di atas bukit hijau__”

Desakan memberanikannya untuk menemui Sadewa tertidur sambil memegang sebuah buku di atas dadanya. Dewi Bahati berpura-pura berdehem keras hingga suaranya membangunkannya. Sadewa tersenyum tersipuh malu, dia melirik buku yang di baca wanita yang kini selalu ada di dalam pikirannya itu.

“Aku pergi ya” bisik Yana memberikan acungan jempol pada temannya itu.

Bahati mengangguk berterimakasih. Duduk di sebelah pria itu, dia rela bajunya kotor atau harus kepanasan karena terkena terik mentari yang panas menyilaukan mata.

“Kanda serius sekali bacanya, bukunya terbalik. Ihihihhh”

“Heheh, maaf dinda” sahut Sadewa memasang wajah malu.

Dari kejauhan rombongan berduka hitam Digja mengepung mereka berdua. Dewi Bahati melotot merentangkan tangan. Dia tau sifat angkuh ,kasar pria itu menggunakan kekuatan orang tuanya supaya memenuhi kehendak sendiri.

“Jangan lindungin aku Dewi Bahati, aku seperti pria lemah” ucap Sadewa.

Digja turun dari kuda memasang jurus andalan siap menyerang. Dua para pengikutnya ikut menyerbu, dia terkepung di hajar hingga babak belur. Di atas tanah berlumpur, lukanya mengalir darah yang deras.

“Cukup! Hentikan Digja! Atau aku akan melapor ke istana!” bentak Dewi Bahati.

“Ingat ya, pertarungan ini belum selesai!” pekik Digja membawa pasukannya pergi.

Bahati membopong Sadewa pulang menuju rumahnya. Pria yang tidak ingin menyusahkan wanitanya itu meminta dengan sopan agar Bahati melepaskan pelukan dan membiarkannya berjalan sendiri.

“Kanda kenapa sih? Kalau nggak suka bilang aja! Huhh! Aku pulang saja”

“Bukan begitu maksud ku dinda Dewi Bahati!” Karena tubuhnya sangat lemah, dia tidak bisa mengejarnya.

Sesampainya di rumah Sadewa meringis kesakitan. Dia merebahkan tubuh tidak berdaya akibat hantaman pukulan pertengkaran tadi siang. Mbok Rongya berjalan tergopoh-gopoh membawa nampan. Ada wadah kecil yang berisiair hangat , handuk kecil, dan segelas ramuan penyembuh luka.

“Ssthhh , sakit! Pelan-pelan mbok!”

“Kamu selalu membuat si mbok khawatir. Kalau tidak bisa berkelahi ya jangan cari musuh. Musuh saja tidak di cari sudah datang sendiri”

“Aku akan belajar ilmu Kanurangan, warisan ilmu sihir dan ilmu bela diri untuk melindungi diri”

“Ayah mu pasti tidak akan setuju jika kamu menggunakan ilmu-ilmu itu untuk kepentingan pribadi.”

“Aku juga akan menggunakannya untuk membantu orang yang lemah__”

Selesai mengurus Sadewa,pengasuh itu meronda mengecek anak-anak Gupta sebelum tidur. Pada tiap ruangan mereka menggembangkan bakat masing-masing. Yuri masih meracik ilmu sihir putih menggunakan penyatuan pura cenayang. Diam-diam dari balik dinding dia menguping pembicaraan si mbok dengan Sadewa. Dia penasaran dengan sebuah nama dari seorang wanita yang sering di perbincangkan itu.

Adika secara sembunyi-sembunyi mencari tau dimana alamat rumah Dewi Bahati serta segala kegemaran dan kesukaannya. Paras wanita yang cantik nan ayu, kulit putih bagai salju, wajah merah merona bagai putikkelopak bunga yang mekar. Adika tanpa memandang Bahati sebagai kekasih Sadewa itu berniat mencuri hatinya.

Teruntuk dewi Bahati

Aku menatap mu dari kejauhan, rembulan indah yang ingin aku dekap sepanjang waktu

Oh putri penguasa dahaga kerinduan ku

Laksana bintang ingin aku menjadi satu nama di hati mu

Aku mencintai mu

Syair itu di tulis pada sebuah kertas sihir yang di terbangkan berbentuk iring-iringan kupu-kupu yang indah. Sihir hitam yang bisa menembusa dinding kamarnya. Bahati tersenyum berpikir surat sihir itu berasal dari Sadewa.

“Oh kakanda, engkau terlalu membuat ku di mabuk kepayang. Siapa lagi jika bukan engkau yang mengirim ini? engkau adalah anak si penyihir terhebat di kalangan wilayah kerajaan Kartanegara” gumam Bahati.

Dia berkali-kali membolak-balik isi surat itu, Hari ini seperti biasa menunggu pertemuan di bawah perbukitan hijau. Dewi Bahati berhias seindah mungkin di temani Yana yang membantu membawakan tumpukan buku.

Waktu belum menunjukkan pertemuan yang seharusnya pada sore hari, dia menemui Sadewa yang sedang memanjat pohon.

“Kakang Sadewa, aku ingin berbicara dengan mu!” teriak Bahati.

Sadewa melompat turun tersenyum menyambut kedatangannya. Wanita itu menahan diri ingin memeluknya. Dia menujukkan ucapan terimakasih atas surat sihir indah berbentuk kupu-kupu beterbangan di langit-langit kamarnya.

“Aku ingin membalasnya kanda__” wajah senang tergurai bahagia.

Pernyataan membalas perasaannya itu, masih ragu-ragu dia ungkap kan. Raut wajah Sadewa kebingungan karena tidak pernah mengirimkan apapun padanya. Dia membaca tulisan tangan dan sihir hitam yang selalu di layangkan oleh Adika saudaranya.

“Maafkan aku Dewi Bahati, tapi bukan aku yang menulis surat ini” ucap Sadewa.

Kejujuran Sadewa membuat amarah di Bahati. Dia sangat malu telah salah alamat hampir saja kata balasan terlontar padanya. Bahati menangis meninggalkannya, dia membuang surat itu meninggalkan Sadewa dan Yana yang masih kesusahan berjalan membawa bukunya.

“Bahati tunggu aku!” panggil Yana.

”Hiks, hiks__”

Terpopuler

Comments

anak micin

anak micin

suka gaya Sadewa

2023-03-24

1

nobon

nobon

like 👍

2023-03-24

0

cici✧༺♥༻✧

cici✧༺♥༻✧

lanjut dong kak nanggung teruss

2023-03-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68 Altar ghaib kolam teratai
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71 Meriam
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78 Kelahiran Karalyn
79 Bab79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Kitab lembar pertama
87 Bab 87 Kitab lembar kedua
88 Bab 88 Terpisahnya Winan dengan Kara
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91 terhapusnya ingatan Kara
92 Karalyn & Lusia
93 Bab 93 Luluh lantak
94 Bab 94 Terpecahnya waktu
95 Bab 95 Karam
96 Bab 96 Senjang makhluk api
97 Bab 97 serangan makhluk merah
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68 Altar ghaib kolam teratai
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71 Meriam
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78 Kelahiran Karalyn
79
Bab79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Kitab lembar pertama
87
Bab 87 Kitab lembar kedua
88
Bab 88 Terpisahnya Winan dengan Kara
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91 terhapusnya ingatan Kara
92
Karalyn & Lusia
93
Bab 93 Luluh lantak
94
Bab 94 Terpecahnya waktu
95
Bab 95 Karam
96
Bab 96 Senjang makhluk api
97
Bab 97 serangan makhluk merah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!