Gara Gara Pergi Berlayar
# Gara Gara Pergi Berlayar
Bab 2 ( Gagal Bertunangan )
" Budi apa benar yang wanita ini katakan? " Bapak Budi langsung menatap tajam menuntut penjelasan dari anaknya.
Bahkan suaranya tak kalah lantang dari suara Tessa. Wajah Budi langsung menegang tak mampu menjawab pertanyaan Abahnya.
" Maaf Abah biar Dini yang jelaskan semuanya " sambil mengusap air mata Dini berucap.
" Sebelumnya Dini minta maaf kepada semua, terutama Papih dan Mamih dan juga Abah dan Umi.
Perlu Abah ketahui ini keluarga Mas Deni. Dulu Dini pernah dekat dengan seorang laki laki Bah namun Dini sudah memutuskan hubungan kami.
Maka dari itu Dini menerima ajakan Mas Budi untuk bertunangan. Karena Dini sudah tidak memiliki hubungan dengan laki laki lain " sambil terbata bata Dini bercerita.
" Enak saja, putus darimana. Kamu gak bisa memutuskan sebelah pihak dong. Keluarga saya jadi malu gara gara kejadian ini " ujar Tessa.
" Tapi Mih, Dini sudah lama memutuskan hubungan kami bahkan sudah dikonfirmasi pada Mas Deni.
Kalau Mamih tak percaya ini ada bukti chatting dengan Mas Deni, Mamih bisa baca sendiri "
Dini langsung menyimpan HP nya di atas meja.
" Saya tidak perlu melihatnya, namanya sudah tunangan tidak bisa sembarangan memutuskan seperti itu dong "
" Maaf Bu Tessa, kalau saya boleh bertanya kapan keluarga Ibu datang bertemu keluarga kami untuk meminta Dini menjadi bagian keluarga Ibu.
Seingat saya sebelum Deni pergi mereka hanya berpacaran sebatas wajar seperti muda mudi umumnya.
Sebagai ayahnya saya belum pernah menerima kedatangan keluarga Ibu untuk meminang putri kami Bu "
Mendengar pemaparan ayah Dini, Abah Budi terlihat mengangguk ngangguk.
Tessa merasa terpojokan dengan pernyataan Hanif, namun dia tetap tak mau kalah
" Ya memang saya dan keluarga belum datang kesini tapi kan mereka sudah bertukar cincin berdua. Itu sudah cukup menjadi penanda kalau mereka audah terikat "
Orang tua Budi terlihat tersenyum mendengar pembelaan diri dari Tessa.
" Dini, kamu jangan lupa Deni kan sering memenuhi segala kebutuhan kamu. Apa kamu lupa? "
Hanif langsung memicingkan matanya dan beralih menatap Dini " Maaf Mih Mas Deni memang rutin mengirim uang, sebelumnya sudah Dini tolak tapi Mas Deni memaksa.
Akhirnya Dini tabungkan, dan uang tersebut sudah Dini kembalikan pada Mas Deni ketika menyudahi hubungan kami "
" Ah itu bisa bisanya kamu saja, mana kita tahu ada berapa banyak uang yang terkumpul " kilah Tessa.
" Tapi Mih aku punya bukti transfer dari Mas Deni "
" Kamu juga jangan lupa dulu zaman SMA kamu sering dijajanin dan dibelikan baju. Bahkan uang SPP mu pernah dibayarkan "
" Maaf Bu, saya sebagai calon tunangan Dini sebelum memutuskan bertunangan dengan Dini saya sudah pastikan kalau Dini sudah tak memiliki hubungan dengan laki laki lain.
Adapun soal uang yang dibicarakan seperti uang jajan, pakaian dan SPP biar saya ganti saja"
Budi akhirnya ikut berbicara karena sudah mulai jengah dengan omongan Ibu Deni.
" Hehhh kamu banyak duit? kamu jangan menyepelekan kami ya. Saya bukan ingin pengembalian uang itu. Saya hanya ingin Dini mengingat jasa jasa Deni dulu "
" Mih sudah Mih tolong bicaranya dikontrol " Mukhlis berusaha menenangkan istrinya sambil mengusap bahu istrinya.
Lain halnya dengan Mela dia duduk di sebelah Tessa namun matanya sedari tadi tak lepas memindai tampilan Budi.
Hal itu disadari Ocha yang duduk berseberangan dengannya. Ocha pun menatap lekat Mela. Tanpa sengaja Mela melihat ke arah Ocha.
Sadar sedari tadi diperhatikan Ocha dia pun mendelik dan membuang wajahnya sembarang.
" Pokoknya saya minta pertunangan ini dibatalkan, kalian tidak merasakan sakit hati dan kesedihan saya. Deni menghubungi saya jauh disana meminta agar bisa membatalkan pertunangan ini sampai menangis-nangis.
Bahkan dia berniat bunuh diri jika Dini nekad meninggalkannya hua huaaa "
Degh
Dini yang sedari tadi menunduk langsung mendongakan wajahnya. Merasa tak percaya dengan yang diucapkan Mamih Deni.
Tessa langsung meraung raung menangis, dan tangisannya berhasil menarik perhatian tamu yang sedang menikmati hidangan di luar.
" Sekali lagi saya tidak mau tahu kalau ada apa apa dengan Deni kamu lah yang paling bertanggung jawab, saya akan menuntut kamu dan tak akan memaafkan kamu seumur hidup "
Dini kembali mendapat tekanan dari Tessa. Selesai berbicara Tessa langsung berdiri dan meraih tas nya.
" Ayo Pih, Mel kita pulang tidak usah berlama lama disini "
Tanpa permisi Tessa langsung menarik tangan Mela yang sedang asik memandang Budi. Dengan terpaksa Mela mengikuti Mamihnya sambil berjalan terseok seok.
Mukhlis pun tak bisa berbicara banyak dia terlalu di dominasi istrinya. Namun dia sempat pamit pada orang orang yang berada di ruangan tersebut.
Bahkan dia meminta maaf atas kelakuan istrinya yang tidak sopan.
" Saya mohon maaf Pak, kejadian ini diluar kendali kami " Hanif menangkupkankan kedua tangannya memohon maaf pada Ayah nya Budi.
Ayah Budi menarik nafas dalam " Sebaiknya Bapak dan keluarga menyelesaikan dahulu permasalahan dengan keluarga Ibu tadi. Saya tidak mau ada salah faham dengan orang lain karena ini juga menyangkut Budi dan nama baik keluarga kami "
Hening semua tak ada yang bersuara, masih sibuk dengan fikiran masing masing.
" Saya ingin bertanya pada Dini, apakah benar Dini sudah tak ada hubungan dengan laki laki bernama Deni? "lanjut Ayah Budi.
Dini mengangkat wajahnya " Iya Abah sebelum saya menerima A'Budi saya sudah berpisah dari Mas Deni jauh jauh hari "
" Maaf Pak saya ikut menimpali, soal pertunangan yang disebutkan Bu Tessa saya juga tidak pernah menerima kedatangan keluarga mereka. Dini memang kapan kalian bertukar cincin? "
" Setelah lulus SMA Yah, waktu itu kan aku kuliah di tempat yang berbeda dengan Mas Deni. Dia memberikan cincin itu padaku sebagai tanda hubungan kami "
" Apakah kalian pernah berhubungan lebih jauh? "
" Astagfirullah Ayah, Demi Allah Dini tidak pernah melakukannya. Dini tahu batasan tidak mungkin melakukan hal yang dilarang agama "
" Alhamdulillah, Ayah percaya anak Ayah dapat menjaga diri dan nama baik keluarga " sambung Hanif.
" Dan satu lagi soal uang yang Ibu Tessa katakan itu maksudnya apa? "
Dini kembali menangis mengingat dulu mereka sangat kekurangan. Sehingga untuk membayar SPP saja masih sulit.
" Maafkan Dini Ayah hiks hiks. Dini pernah dibayarkan SPP oleh Mas Deni dia memaksa untuk membayarkannya karena waktu itu akan diadakan ujian.
Saat itu kondisi ekonomi kita sedang buruk, aku terpaksa menerimanya karena Mas Deni bilang itu uang jajan yang disisihkannya "
" Begini saja Pak Hanif, saya sebagai orang tua Budi memutuskan untuk menunda pertunangan ini saja sampai permasalahan dengan keluarga Ibu Tessa mendapat solusi "
" Abah " wajah Budi langsung terlihat kecewa. Begitupun yang lainnya, Dini langsung menangis tak dapat menahan rasa sedih dan kecewanya.
" Kalau memang kalian berjodoh, kalian pasti akan dipertemukan kembali. Maafkan kami Pak Hanif " kali ini tangan Ayah Budi yang ditangkupkan memohon maaf pada Ayah Dini.
" Saya faham Pak, kami akan segera menyelesaikannya. Semoga ini keputusan terbaik untuk kita semua "
" Ibuu hiks hiks " Dini memeluk Ibunya yang duduk di sampingnya.
Ibu Dini hanya bisa berusaha menenangkannya sambil mengelus pundak Dini.
" Bu bawa Dini ke kamar saja, dia pasti syok " ujar Hanif.
Dini pun berdiri namun dia terlebih dahulu memohon maaf pada orang tua Budi sambil bersimpuh " Abah, Umi maafkan Dini. Maaf sudah membuat malu keluarga Abah dan Umi "
Ibu Budi hanya bisa mengelus kepala Dini yang terbalut hijab berwarna lilac " Kami maafkan Nak, bersabarlah minta petunjuk pada Allah "
Lalu Dini melihat ke arah Budi, mereka saling berpandangan kemudian Dini berlalu sambil menangis.
" Kalau begitu kami permisi Pak Hanif, sekali lagi saya mohon maaf telah menunda acara pertunangan ini " ucap Ayah Budi.
" Iya Pak tidak mengapa, saya faham dengan keputusan Bapak "
Mereka pun bersalaman, kemudian semua keluarga Budi meninggalkan rumah Dini.
Tamu yang tersisa hanya tinggal sebagian, itu pun sepertinya yang masih penasaran ingin tahu hasil akhirnya.
" Assalammu Alaikum Ibu dan Bapak, saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Acara pertunangan kami tunda terlebih dahulu. Namun Ibu dan Bapak boleh menikmati hidangan yang sudah kami sediakan. Terima Kasih "
Pak Hanif menutup acara tersebut, dia mempercayakan kelanjutannya pada Iman.
Saat ini di kamar Dini sedang menangis tergugu, dia melepaskan baju pertunangannya dan membuangnya sembarang.
Hatinya begitu sedih dan kecewa, dia pun malu menghadapi hari esok. Dia merasa bersalah karena merasa sudah mempermalukan Ayah dan Ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments