# Gara Gara Pergi Berlayar
( Kami Akan Menikah )
Setelah kurang dari setengah jam akhirnya Deni dan Dini kembali ke ruang tamu dengan wajah keduanya yang terlihat sembab.
Semua melihat ke arah mereka, kemudian mereka duduk di tempat semula.
" Jadi bagaimana keputusan kalian " ucap Tessa tanpa basa basi.
" Mih, biar aku yang jelaskan. Ayah, Ibu aku dan Dini sepakat untuk kembali dan kami akan menikah "
Semua orang di ruangan itu sangat terkejut. Kecuali Ocha karena mencuri dengar obrolan kakaknya.
Bukannya tak sopan dia hanya tak ingin terjadi sesuatu pada kakaknya.
" Dini, kamu sudah berfikir matang? "
" Kenapa Bapak seperti tak setuju bila Dini kembali pada Deni? " cecar Tessa pada Hanif.
" Maaf Bu, Dini anak saya. Saya lebih berhak atas Dini. Saya hanya ingin memastikan keputusannya saja " jawab Hanif sambil menatap tajam Tessa.
Nyali Tessa sedikit ciut ditatap tajam seperti itu.
" Maafkan Mamih saya Yah " Deni meminta maaf pada Hanif mewakili ibunya.
" Jadi kenapa kamu ambil keputusan untuk kembali? Kamu tahu betul sebuah hubungan bukan untuk dipermainkan apalagi sebuah pernikahan "
Dalam hati Hanif sebenarnya dia tak setuju Dini kembali pada Deni karena melihat sikap Tessa yang terlihat arogan.
" Iya, maafkan Dini ayah. Dini sudah yakin dengan keputusan Dini. Mohon ayah merestui "
Hanif menatap Deni dan Dini bergantian.
" Deni apabila ayah memberimu restu apakah kamu akan menjaga Dini dengan baik. Menjaga dari hal buruk apalagi ada tekanan dari orang lain? "
Mendengar ucapan Hanif Tessa terlihat berang dia menggerutu dalam hati " Apa maksudnya bicara seperti? "
" Tentu saja ayah aku akan menjaga Dini, dan jangan khawatir aku tidak akan kembali berlayar karena rumah tanggaku lebih penting. Aku tak mau kehilangan Dini " usai berucap Deni langsung menunduk menahan air mata.
Dia hampir saja putus asa karena sempat kehilangan Dini. Andai saja terlambat sedikit pasti dia akan benar benar kehilangan kekasihnya itu.
" Baiklah ayah restui kalian, tapi ada beberapa hal yang ayah inginkan dari kamu Deni. Ayah minta kamu bersikap tegas pada siapapun yang berniat menyakiti Dini.
Andaikan kamu menyakiti Dini Ayah tak segan bikin perhitungan padamu. Kami memang keluarga miskin tapi kami punya harga diri.
Jangan ada lagi drama mengungkit tentang pemberian mu dulu. Kalau misal jadi hutang biar ayah ganti sekarang juga. Berapa? " Hanif berkata pelan namun terlihat tegas.
Mendengar itu, semua orang terdiam apalagi Mukhlis yang kemarin mendengar langsung ucapan Tessa ketika mengungkit soal uang SPP.
" Maksud Ayah uang apa? Dini tak pernah memakai uangku. Bahkan uang yang kuberikan ketika berlayar dikembalikan lagi padaku tanpa berkurang sedikitpun " jawab Deni namun terlihat kebingungan.
" Ibu Tessa dengar sendiri kan? atau Bu Tessa mau menagih uang spp Dini dulu, barang barang yang diberi Deni, atau mungkin biaya uang jajan Dini yang sudah diberi Deni?" kali ini Hanif benar benar menatap ke arah Tessa.
Melihat suasana seperti itu Deni langsung mengerti dia langsung melihat ke arah Ibunya bahkan terlihat kesal " Mamih berhutang penjelasan padaku "
" Maaf Ayah jangan salah faham, uang yang aku beri untuk Dini bukan uang dari orang tuaku.
Dulu aku memiliki penghasilan sendiri membuat design dan menjualnya secara online. Apapun yang aku beri tak ada sangkut pautnya dengan orang lain.
Saya menyayangi Dini apa adanya, saya pastikan akan menjaganya dengan baik. Untuk itu saya mohon restunya Yah "
Deni duduk bersimpuh di kaki Hanif, melihat ketulusannya Hanif pun langsung luluh.
" Ayah percaya padamu " Hanif mengusap kepala Deni dan menyuruhnya untuk kembali duduk.
" Baiklah jadi bagaimana rencana kalian " kali ini Mukhlis yang bertanya.
" Kami berencana untuk menikah secepatnya Yah seminggu lagi Deni akan menikahi Dini "
" Deni kamu gak salah? menikah itu butuh persiapan " Tessa langsung memotong pembicaraan Deni.
" Aku gak perlu pesta meriah yang terpenting sakral Mih "
" Tapi maaf ada yang belum aku sampaikan, sebenarnya masa kontrakku belum habis masih tersisa 6 bulan.
Jadi setelah menikah aku harus kembali untuk menyelesaikannya terlebih dahulu. Ini sebagai bentuk tanggung jawabku. Maaf Din, ayah "
Semua langsung terdiam, namun Dini merasa tak bisa mundur lagi karena tak mau melihat Ayah Ibunya kecewa. Dia harus terlihat kuat.
" Tak apa Mas aku akan menunggu, 6 bulan bukan waktu yang lama" senyum Deni langsung merekah.
" Makasih " ucapnya pelan.
" Dan aku ingin akad diadakan 3 hari lagi, bahkan kalau memungkinkan aku ingin sekarang saja. Aku gak mau ambil resiko lagi "
" Hahaa " seketika orang di ruangan itu tertawa.
" Deni, kamu tuh gak sabaran banget. Tenang saja Dini pasti jadi milik kamu " ujar Mukhlis merasa lucu dengan tingkah anak lelakinya.
Deni hanya memasang wajah datar, berbeda dengan Dini dia langsung menunduk malu.
" Baiklah kalau begitu, Papih ikuti kemauan kamu. Kita akan persiapkan secepatnya. Bagaimana Pak Hanif? "
" Baiklah saya setuju Pak "
Setelah menemukan kata sepakat akhirnya mereka bisa tertawa bersama. Kecuali Tessa mukanya terlihat masam sampai mereka pamit pulang.
" Pak Hanif kami permisi dulu, saya akan persiapkan semuanya. Kami akan mengurusnya memakai jasa WO agar kita tidak repot. Bapak tahu beres saja, ini hitung hitung hadiah untuk perkawinan Deni "
" Sebelumnya saya ucapkan terima kasih, namun saya tak ingin membuat Bapak repot saya hanya khawatir ke depannya akan menjadi bahan pembicaraan " jawab Hanif sambil melihat ke arah Tessa.
Tessa langsung membuang muka dalam hati dia berkata " Laki laki julid terus saja itu yang di bahas "
" Deni kamu mau ikut pulang bareng Papih? "
" Ngga Pih aku masih kangen Dini, boleh ya Yah? " tanpa malu malu Deni meminta izin pada Hanif.
" Manja kamu Den " seru Mukhlis pada anaknya sambil menggelengkan kepalanya.
" Hehee gak apa apa Pak, biar saya jaga di sini "
Keluarga Deni pun pamit pulang, yang tersisa hanya Deni di rumah Dini.
Setelah semua tamu pulang Hanif ditemani istrinya mengajak Deni dan Dini berbicara.
" Deni, ayah percaya padamu karena sudah mengenal lama. Namun terus terang ayah tak percaya pada Ibumu yang sepertinya kurang menyukai Dini.
Ayah khawatir ketika kamu pergi 6 bulan bagaimana dengan Dini. Lebih baik dia tinggal bersama ayah saja "
" Aku malu Yah, Dini sudah menjadi tanggung jawabku. Bagaimana kalau Dini tinggal di apartement milikku saja "
" Justru ayah tak setuju Dini sendiri apalagi dalam waktu 6 bulan "
" Baiklah Ayah aku izinkan Dini tinggal disini, aku ingin yang terbaik untuk Dini "
Akhirnya Dini merasa lega mendengar jawaban Deni, dia merasa tak perlu berhadapan dengan Tessa yang arogan.
" Kalian ngobrol saja dulu berdua, ayah dan ibu ke dalam dulu. Dan tolong jaga jarak ya "
" Hehee baik Yah " Deni terlihat menggaruk kepalanya tak gatal.
Kini hanya ada mereka berdua di ruang tersebut. Setelah 2.5 tahun terpisah akhirnya mereka bertemu kembali dan ini terasa canggung.
" Din, kenapa diam ada hal yang kamu fikirkan? " Deni mencoba memecah keheningan.
" Tentu saja selain serasa mimpi, ada masalah besar yang harus aku selesaikan " Dini menunduk.
" Budi? " tanya Deni
Dini langsung menatap Deni dan mengangguk.
" Tiga hari lagi aku akan jadi suamimu, kita akan bertemu Budi bersama "
" Aku tak mau, biar aku menyelesaikannya sendiri " Dini menolak karena tak ingin ada keributan.
" Din aku tak mau ada salah faham antara kita, aku mohon ya? "
" Baiklah " akhirnya Dini mengalah
" Kalau bisa kamu segera resign, karena kewajibanku untuk menafkahimu "
" Mmmhhh gimana ya? " Dini meremas ujung bajunya dan terlihat bingung.
" Apakah disana ada Budi? "
" Iya tapi bukan dia yang aku fikirkan. Tolonglah Mas ini benar benar bikin aku bingung hiks hiks " Dini menjadi menangis kembali.
" Din tolong jangan menangis aku gak mau lihat kamu sedih, dan lagi aku gak mau Ayah salah faham "
Dengan ragu Deni menyentuh tangan Dini dan menggenggamnya, namun kali ini Dini tak menolak.
" Mas aku gak tahu kenapa aku menerimamu kembali, tolong mengerti.
Aku pun harus menghadapi banyak hal karena pertunangan yang kemarin batal.
Sementara kamu akan pergi lagi. Aku, aku tak amu di intimidasi Mamih lagi hiks hiks "
Mendengar penuturan Dini, Deni mulai faham perpisahan itu bukan karena LDR melainkan ada Mamihnya yang selalu mengintimidasi Dini.
" Baiklah baiklah, aku minta kamu percaya dulu sama aku. Aku akan berusaha memperbaiki semua. Jangan nangis lagi ya "
Tok tok tok
" Assalammu Alaikum "
degh
Jantung Dini terasa berhenti dia tahu persis siapa orang yang bertamu, dia terlihat panik dan tak beranjak dari duduknya.
Deni berinisiatif berdiri ingin membuka pintu. Melihat Deni berdiri Dini baru tersadar dari lamunannya.
" Mas, Mas biar aku saja "
Deni tak hiraukan panggilan Dini, dia langsung membuka pintu.
" Waalaikum salam " jawab Deni sambil membuka pintu dan tersenyum.
Di depan Deni ada seorang laki laki seumuran dengannya, dia terpana melihat Deni dan hanya berdiri mematung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments