# Gara Gara Pergi Berlayar
( Romansa Deni dan Dini )
" Din, maukah kamu menjadi istriku? sesuai keinginan dan cita-cita kita dulu untuk bersama mengarungi rumah tangga "
Dini tergagap mendengar permintaan Deni, dia bingung menjawab.
" Mas, maaf apakah Mas lupa kalau kita sudah mengakhiri semuanya beberapa bulan ke belakang? "
" Tidak, aku masih ingat terakhir kamu menghubungiku dan meminta kita berpisah. Semenjak itu aku merasa tak tenang ingin segera pulang ke Indonesia.
Apakah karena aku pergi berlayar sehingga hatimu mendua?" tanya Deni.
" Nggak bukan begitu Mas, aku bertemu Budi setelah kita berpisah "
" Oh jadi laki laki itu bernama Budi? " Deni terlihat mengepalkan tangannya.
" Din, aku sangat menyayangimu, aku ingin membahagiakanmu, apakah aku salah? "
Mata Dini langsung mengembun " Ngga Mas, tentu saja gak salah "
" Kamu masih ingat janji kita dulu untuk bersama. Aku, kamu dan jadi Kita "
Flash Back On
Dini seorang gadis remaja duduk di kelas 2 SMA favorit di Bandung berasal dari keluarga sederhana, setiap hari dia diantar ayahnya ke sekolah memakai motor jadul keluaran tahun 70.
Setiap pagi Deni selalu melihat Dini turun dari motor ayahnya kemudian mencium tangan ayahnya sebelum masuk gerbang.
Deni berasal dari keluarga mampu, bahkan di umurnya dia sudah membawa mobil sendiri untuk bersekolah.
Dia selalu memperhatikan Dini, gadis sederhana berpenampilan apa adanya namun sangat supel bahkan dia selalu juara di kelas.
Hari itu Dini sedang berdiri di pinggir trotoar menunggu jemputan ayahnya.
" Ekhemmm, Dini ya anak IPA?" Deni mencoba mendekati Dini.
Dini melihat ke arah suara dan bergumam dalam hatinya " Duh ini kan anak IPS idola anak perempuan satu sekolah sebaiknya aku jangan dekat dekat aku dengar dia playboy "
Deni melihat wajah gadis incarannya itu seperti menghindar namun dia tidak tersinggung karena dia sadar dengan reputasinya yang terkenal playboy.
" Kamu jangan takut saya tidak akan menyakiti kamu, aku hanya ingin berkenalan denganmu "
Dini tersenyum " Kamu kan udah tahu namaku "
" Mmhhh iya, aku tiap hari melihat kamu di antar jemput ayahmu. Sepertinya hari ini beliau belum datang ya " ucap Deni sambil celingak celinguk melihat kiri kanan.
" Haahhh ini anak kepoin aku tiap hari, duh aku jadi parno " Dini membatin.
" Wajah kamu lucu kalau ketakutan seperti itu hehee "
Mata Dini langsung mendelik, untung saja tak lama ayah Dini datang.
Tinn tinnn
" Maaf ayahku sudah datang " ucapnya sambil melihat ke arah motor ayahnya.
" Yaaahh padahal aku pengen anterin ke rumah kamu "
Deni dengan santainya mengikuti Dini menuju motor ayahnya.
" Din, itu temen kamu. Apa ada yang tertinggal kok dia ngikutin " Hanif bertanya pada anak gadisnya.
Belum sempat Dini menjawab, Deni sudah mendekat dan menyapa Hanif.
" Assalammu alaikum Om, saya Deni teman sekolah Dini "
Deni meraih tangan Hanif dan mencium punggung tangannya. Melihat itu Dini langsung merotasi matanya.
Hanif hanya tersenyum melihat interaksi keduanya.
" Oh iya Deni, Om titip Dini ya di sekolah. Sepertinya kamu anak baik. Kapan kapan main ke rumah ya "
" Iya Om saya akan jaga Dini " Deni terlihat sumringah mendapat tanggapan yang baik dari Hanif
" Ya sudah Om permisi ya, masih ada jam mengajar. Assalammu Alaikum "
" Baik Om hati hati di jalan, Waalaikum Salam "
Hari itu Dini pulang di iringi tatapan dan senyum Deni.
Diperjalanan Hanif menggoda anak gadisnya " Duh anak gadis Ayah sudah ada yang dekatin "
" Ih apa sih Ayah aku gak kenal dia. Itu anak IPS ya aku anak IPA. Lagian satu sekolah tahu dia playboy " kilah Dini.
" Jadi kalau gak playboy mau kamu? "
" Ishhh apaan sih ayah " mata Dini mendelik namun bibirnya tersenyum.
Setelah hari itu Deni seringkali mendekati Dini, bahkan datang ke kelas Dini.
Tak hanya ke kelas Deni pun sering menemui Dini di kantin, di perpustakaan atau dimana pun Dini berada. Bahkan Deni meminta izin pada Hanif untuk mengantar Dini pulang sekolah.
Melihat kegigihan Deni, hati Dini menjadi luluh. Begitu pun Hanif merasa percaya pada Deni.
Deni sering berkunjung ke rumah, dia sangat sopan dan terlihat berbaur walaupun kondisi Dini pas pas an.
Setelah beberapa minggu akhirnya mereka resmi berpacaran. Deni yang gigih mengejar Dini namun terlihat lembut dan tidak memaksa membuat Dini bersedia membuka hatinya.
Hari itu Deni dan Dini berada di taman belakang sekolah.
" Din, sudah lama kita bersama. aku, aku suka sama kamu.
Aku tak berharap hubungan yang sementara. Aku mau kamu jadi pendamping hidupku untuk selamanya.
Mungkin ini terlalu dini namun aku meyakini kata hatiku. Kalau aku menginginkan kamu sekarang nanti dan selamanya "
Deni duduk bersisian dengan Dini namun dibatasi tas mereka berdua.
Mendengar ucapan Deni, tiba tiba Dini terkekeh " Kamu lagi bikin puisi ya? "
" Kok kamu ngomong gitu sih, aku serius loh. Emang aku pasang wajah mode lawak ya? " Deni merajuk pada Dini.
" Ih gitu aza marah, jangan marah dong. Bukan gitu maksud aku, hanya saja apa gak terlalu dini kamu berucap seperti itu. Terdengar seperti orang yang lagi melamar pasangannya "
" Hhmmm iya sih, tapi aku serius dengan ucapanku Din. Kamu mau kan jadi pacarku sekarang, dan nanti jadi istri di masa depanku " ucap Deni sambil memegang kedua bahu Dini.
Mata Dini langsung membulat sempurna " Kamu serius? kamu lihat aku kita berbeda Den. Aku takut membuat kamu malu "
Seketika Dini langsung menundukkan wajahnya. Merasa tak pantas bersanding bersama Deni.
" Kamu jangan merasa rendah diri, kamu berbeda dengan yang lain. Namun perbedaan itu yang membuat sisi menarik kamu. Aku suka kamu apa adanya. Jangan pernah memikirkan omongan orang lain.
Dini Setya Putri apakah kamu mau menjadi pacar sekarang dan menjadi istriku kelak? "
Deni tiba berjongkok di depan Dini, mata Dini langsung berembun menangis haru " Kamu serius? "
" Tentu saja aku serius, kenapa kamu ragu. Aku yakin kamu lah pacar terakhirku dan suatu saat jadi istriku menemaniku sampai tua nanti "
Dini menatap mata coklat Deni mencari kejujuran disana. Dari mata Deni terlihat ketulusan tak sedikit pun adanya kebohongan.
Akhirnya Dini pun mengangguk setuju, hatinya begitu berbunga bunga merasa dicintai dan disayangi laki laki baik seperti Deni.
" Iya Deni Wiraatmaja aku bersedia, bersedia "
Mereka pun saling mengaitkan jari kelilingking dan berjanji untuk saling setia.
Flash back Off
" Hiks hikss " Dini menangis bahunya bergetar mendengar Deni bercerita masa lalu mereka.
" Dini Setya Putri, kembalilah padaku. Aku berjanji akan setia dan menyayangimu sepenuh hatiku "
Deni kembali berjongkok di depan Dini, seperti dulu di taman belakang sekolah.
Suasana ini benar benar dejavu, mereka saling berpandangan kemudian menangis bersama. Deni memberikan jari kelingkingnya perlahan Dini pun mengkaitkannya.
" Apakah ini artinya kamu mau menerimaku kembali? "
Dini mengangguk perlahan, anggukan Dini yang perlahan membuat Deni yakin Dini belum sepenuhnya menerima Deni kembali.
Namun dia berusaha mengerti dan memahami karena pernah ada orang lain diantara mereka.
" Bismillah. Iya Deni Wiraatmaja aku menerima, menerima "
" Terima kasih Din, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku berjanji " Deni mencium tangan Dini.
Dini menarik tangannya perlahan " Maaf Mas "
" Ngga apa apa aku ngerti " Deni tersenyum dan mengusap kepala Dini yang kini berhijab.
" Mas, aku mau kembali namun memiliki syarat " Dini mengangkat wajahnya.
" Apapun sayang pasti akan aku lakukan. Katakanlah "
" Aku mau kamu tidak pergi lagi meninggalkan aku. Dan kalau kamu yakin aku ingin kita segera menikah " Dini berucap sambil terbata bata.
" Tentu saja aku tak akan berlayar lagi, dan aku pun akan segera mengikat kamu dalam ikatan suci pernikahan. Kalau perlu hari ini juga "
Mendengar itu Dini terkekeh, melihat pujaan hatinya seperti itu Deni langsung ikut terkekeh.
" Tapi aku tak mau menikah siri "
" Tentu saja sayang apa alasanku harus menikahimu secara siri. Kamu wanita yang aku perjuangkan dari dulu "
Dini tersenyum mendengar jawaban Deni. Dia berharap Deni menepati janjinya.
" Dan satu lagi, tolong percaya padaku. Seperti yang kamu bilang dulu jangan pernah dengar orang lain "
" Tentu saja, banyak sekali syaratmu sayang. Tapi aku akan mengabulkannya. Bismillah "
" Baiklah kita temui orang tua kita dan membicarakan rencana kita sekarang "
Dini mengangguk, kemudian mereka berdua beranjak dari duduknya dan menuju ke ruang tamu dimana kedua keluarga sedang menunggu keputusan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments