# Gara Gara Pergi Berlayar
Bab 4 ( Kedatangan Deni dan Keluarga )
" Deni Yah, gimana? " ucapku meminta pendapatnya apakah harus ku angkat atau aku biarkan.
" Angkat saja " ujarnya.
Kutarik nafas dalam dalam sebelum menjawab panggilannya.
[ Hallo...]
[ Hallo, Dini sayang apa kabarmu? ]
Suara Deni terdengar serak seperti habis menangis.
[ Aku baik Mas ]
[ Maafkan aku Din, aku tak berniat menyakitimu sungguh aku mencintaimu. Tunggulah aku Din ]
[ Maksud Mas Deni apa? ]
[ Aku ingin kita bersama Din, aku sudah di Jakarta. Sore nanti aku pasti sudah di Bandung. Aku pasti datang ke rumahmu. Salam untuk Ayah dan Ibu ]
" Kenapa Din? ' Hanif bertanya pada Dini.
" Yah, Deni sudah tiba di Jakarta " jawab Dini.
" Ya baguslah ada orangnya biar kita selesaikan sekalian. Bener kan? " tanya hanif.
" Iya Yah, aku mau ke kamar dulu ya "
" Iya tenangkan diri dulu, ayah dan ibu akan selalu mendukungmu ".
***
Pukul 16.00
Tok tok tok
" Assalammu Alaikum "
Bu Isma yang sedang berada di ruang TV bersama Ocha saling berpandangan.
" Cha coba lihat siapa yang datang, tumben tumbenan ada tamu " titah Bu Isma pada anak gadisnya.
" Ya Bu " Ocha pun melangkah menuju ruang tamu dan lekas membuka pintu.
" Waalaikum Salam "
" M-mas Deni " Ocha langsung menganga melihat tamu yang datang.
Dihadapannya ada Deni yang sudah lama tak dijumpainya. Yang lebih mengherankan Deni tak datang sendiri melainkan bersama orang tua dan beberapa keluarganya.
Deni hanya tersenyum melihat Ocha yang melongo melihatnya.
" Hai Cha apa kabar? kamu pasti kaget kan. Aku ingin bertemu Ayah dan Ibumu dan juga Dini "
Setelah berucap Deni langsung menunduk.
" Cha siapa, masih ada tamunya? kok gak disuruh masuk " terdengar langkah kaki mendekat.
" Deni? " Bu Isma pun tak kalah kagetnya melihat kedatangan Deni.
" Ocha kenapa gak disuruh masuk? silahkan masuk Deni, Ibu, Bapak " ucap Bu Isma sambil tersenyum.
Deni dan keluarganya masuk ke dalam kemudian duduk di sofa.
" Cha panggil ayahmu " Ocha pun pergi ke belakang memanggil ayahnya.
" Yah ada tamu agung di depan " ucapnya dengan wajah datar.
" Ada tamu agung kok mukanya gak sumringah memangnya siapa tamunya? "
" Deni Yah " masih dengan wajah yang datar.
" Mamih Papihnya maksud kamu? "
" Iya Yah, tapi ada Mas Deni nya juga " jawab Ocha.
Kening Hanif terlihat mengernyit " Deni? bukannya dia masih berlayar? "
" Gak tahu lah Yah, mending Ayah buru buru ke depan " ucap Ocha.
" Hufftt " Hanif menarik nafas dan membuangnya kasar.
" Baiklah, sebaiknya kamu beritahu kakakmu supaya dia juga bersiap untuk ke depan "
Setelah memanggil Ayahnya Ocha langsung menuju kamar Dini.
Tok tok tok
" Teh, tehh "
" Iya, kenapa Cha " tanya Dini sambil menyembulkan kepalanya di balik pintu kamar.
" Teh di depan ada Mas Deni sebaiknya Teteh bersiap siap " ujar Ocha.
Dini mengernyitkan keningnya " Maksud kamu keluarga Mas Deni? "
" Iya, tapi Mas Deni nya juga ada "
" Loh bukannya dia masih berlayar " tanya Dini.
" Entah Teh, mungkin pulang ngedadak. Tadi ayah pun bertanya begitu " jawab Ocha sambil mengangkat kedua bahunya.
" Baiklah Teteh siap siap dulu "
Dini langsung bersiap siap menuju ruang tamu, dia menggunakan hijab instant seadanya. Wajahnya polos tanpa make up namun tetap terlihat cantik natural.
" Assalammu Alaikum " ucap Dini sambil menangkupkan tangan di dadanya.
" Waalaikum Salam "
Semua serempak menjawab, Deni langsung menatap Dini. Matanya memancarkan kerinduan yang amat sangat.
Andai tak malu dia ingin berlari memeluk Dini. Bahkan Dini sekarang telah berhijab ini menambah rasa kagum Deni.
Terakhir mereka Video Call beberapa bulan ke belakang waktu itu Dini belum berhijab.
Deni sangat terpana dia tak mengalihkan pandangannya dari wajah Dini.
Melihat Deni yang terus memandang, Dini menjadi risih. Berkali kali dia membuang wajah sembarang.
Ocha datang menyuguhkan air minum pada keluarga Deni, kemudian ikut bergabung bersama keluarganya.
" Mohon maaf Bapak Mukhlis sekeluarga kira kira ada apa gerangan sampai sampai datang bertamu ke rumah kami " ujar Hanif membuka percakapan setelah semua berkumpul.
" Begini Pak Hanif, sebelumnya saya meminta maaf kalau kami tidak mengabari terlebih dahulu perihal kedatangan kami sekeluarga "
Mukhlis berhenti menjeda kata katanya, dia seperti sedang menyusun kata kata yang ingin disampaikan.
" Langsung saja lah Pih gak usah basa basi " ujar Tessa pada suaminya.
Mukhlis terlihat mendelikan mata pada istrinya yang terlihat tak sabar.
" Ekheeemm begini Pak, saya datang kesini atas permintaan Deni untuk meminang Dini secara resmi "
Hanif dan keluarganya langsung saling berpandangan.
" Maaf maksud Bapak bagaimana ya? " Hanif ingin memperjelas maksud Mukhlis.
" Masa begitu saja tidak mengerti, bukannya kemarin Pak Hanif bilang kalau keluarga kami belum datang secara resmi untuk meminang Dini.
Makanya kami sekarang datang kesini sesuai permintaan Bapak " ucap Tessa begitu lugas.
" Mmhhh seperti itu ya Bu " jawab Mukhlis.
" Mungkin Ibu salah faham, saya tidak pernah meminta Ibu untuk meminang Dini. Kemarin Ibu bilang Dini memutuskan pertunangan sepihak tapi seingat saya keluarga Ibu belum ada yang datang secara resmi untuk meminang Dini.
Tolong digaris bawahi Bu, lagipula Dini sudah bersama Budi. Mohon pengertiannya dari Ibu Tessa dan keluarga " lanjut Mukhlis.
" Gak bisa gitu dong Pak, Deni kan kenal dengan Dini lebih dahulu mereka lebih lama berpacaran seharusnya Deni lebih berhak untuk bersama Dini "
Suasana mulai memanas Tessa tak mau menerima penjelasan Hanif.
" Mih tolong jangan seperti itu " Deni berkata pada Tessa.
Setelah Deni bicara barulah Tessa terdiam karena melihat anaknya terlihat memohon.
" Ayah bolehkah saya berbicara dengan Dini empat mata. Saya tidak akan menyakitinya. Saya hanya ingin bicara dari hati kehati "
Ayah Dini terlihat diam dan berfikir, kemudian dia memandang Ke arah Dini. Anak gadisnya itu mengangguk pertanda setuju.
" Baiklah ayah izinkan, kalian bisa bicara di taman belakang " ucap Hanif.
" Makasih Yah "
Deni dan Dini berjalan menuju halaman belakang. Mata Deni terus memindai sekeliling rumah Dini.
Mereka duduk di kursi taman yang terbuat dari kayu. Belakang halaman rumah Dini tidak terlalu luas namun terasa sejuk karena di tumbuhi berbagai macam tanaman hias.
Ayah Dini senang sekali bercocok tanam, sedang ibu Dini senang sekali memasak.
Selain sebagai guru PNS Hanif mendapat penghasilan tambahan dari menjual tanaman hiasnya dan dari Isma yang memiliki hobi memasak menerima pesanan berbagai macam masakan dan memiliki catering kecil kecilan.
" Din rumah kamu sangat nyaman, banyak sekali perubahan semenjak aku pergi berlayar " ucap Deni.
Dini hanya menanggapi dengan senyum, karena sebenarnya dia masih kaget dengan kepulangan Deni.
" Dini apa kau tak merindukanku? setiap malam aku selalu mengingat kamu " Deni mencoba meraih tangan Dini.
" Maaf Mas tolong jangan seperti ini " Heni menepis tangan Deni dengan lembut.
" Kenapa Din, ada apa? apa aku semenjijikan itu" tanya Deni.
" Bukan Mas, apa Mas tak lihat sekarang aku berhijab kita bukan mahrom " Dini menunduk.
" Maaf Din, aku hanya merasa kangen. Aku lupa kita lama tak bertemu pasti ada banyak hal yang berubah "
" Din, maukah kamu menjadi istriku? sesuai keinginan dan cita-cita kita dulu untuk bersama mengarungi rumah tangga "
Hai semua, mohon like comment dan jangan lupa follow nya ya....
Semoga kalian suka dengan novel terbaruku. Mohon koreksian dan masukan apabila banyak kesalahan dan kekurangan. Makasih semuaa..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
nayra senia
siyap kak
2023-02-24
0
tuan angkasa
semangat up ya thor! jangan lupa mampir juga ya
2023-02-24
1