Target Si Mafia
Suara tembakan terdengar dimalam hari itu, disebuah villa mewah yang jauh ditengah hutan, membangunkan hewan-hewan dihutan, bahkan burung berterbangan seakan mendapat sinyal bahaya. Itu adalah suara tembakan dari senapan milik seorang pembunuh bayaran yang biasa bekerja untuk para petinggi.
Louie Abraham namanya, laki-laki sembilan belas tahun yang kini tengah berkuliah disalah satu universitas swasta Jakarta. Dia mengambil pekerjaan ini untuk memenuhi hasrat membunuhnya, iya dia seorang psikopat. Tidak ada kata ampun dikamusnya jika bekerja, menerima banyak pukulan dari keluarganya membuat psikis Louie terganggu dan berakhir mengambil pekerjaan seperti ini.
"Y.S anggota kelompok pemberontakan, sudah musnah." Laporan dia berikan pada sang klien, dia pergi setelah kliennya menerima laporan. Tidak ada urusan baginya berada ditengah hutan ini, dia besok pun harus pergi karena ada kelas.
Louie dengan santai berjalan menjauh, masuk ke dalam mobilnya yang tidak memiliki plat nomor. Malam ini dia akan menikmati hasil kerjanya dengan membeli berbagai barang ilegal dipasar gelap, koleksi paling banyaknya adalah senjata api. Senjata itu dia simpan digudang terbengkalai angker yang ada dekat kos-kosan nya, gudang yang dihindari banyak orang karena konon katanya tempat penyiksaan tentara belanda dijaman penjajahan Jepang.
Hal konyol bagi Louie yang tidak percaya akan kehadiran hantu, dia hidup sembilan belas tahun dan umur segitu seharusnya sudah berpikir secara realistis, bukan lagi soal hantu tapi soal uang. Bekerja, bekerja, bekerja lalu membeli barang yang dia inginkan.
Jalan di Jakarta ini hampir tidak pernah sepi, selalu ada satu atau dua mobil yang lewat. Dia kembali ke kos-kosannya dengan pakaian yang sudah berubah, kemeja putih kini berganti t-shirt bergambar karakter anime favoritnya serta kacamata tebal yang setia bertengger dibatang hidungnya.
Louie kembali kedirinya yang lain, seorang anak kampus swasta yang hanya belajar, belajar dan belajar.
"Tolong! Tolong!"
Mobil berhenti mendadak saat ada perempuan lusuh datang meminta tolong didepan mobil Louie, gadis itu tampak ketakutan dan Louie langsung saja membuka pintu membiarkan gadis itu masuk terlebih dahulu. Tidak ada rasa curiga dipikiran Louie, dia berniat membawa gadis itu ke sebuah tempat yang tidak banyak orang kunjungi, halaman belakang pabrik.
"Hiks... Ughhh hiiiss..."
Segukan perempuan itu membuat Louie menatapnya, kebingungan dengan tingkahnya yang aneh, "Lu kenapa, mbak?" Louie bertanya, membuat perempuan itu menoleh kearahnya juga.
Oh mata hijau langka itu sangat indah, Louie terpana melihat kornea hijau yang kini menatapnya, tidak peduli perempuan didepannya ini kotor dengan tanah sekalipun, tapi mata hijau itu membuat Louie menginginkan mata itu.
"Lu gak apa-apa? Abis diapain sama orang sampe badan lu kayak gini?" Tanya Louie, tangannya menyingkirkan anak rambut gadis itu agar bisa leluasa melihat mata hijaunya.
"Tolong bawa saya kabur sejauh mungkin, saya dikejar orang jahat... Hikssh...." Dia meminta tolong, menggenggam tangan Louie erat dengan gemetar, menunjukan rasa takutnya yang sudah diluar nalar. "Saya akan melakukan apapun! Tolong bawa saya jauh jauh dari ibu kota ini!" Tambah gadis itu.
Louie tersenyum kecil mendengar permintaan gadis berparas ayu ini, dia mengiyakan dan membelok kearah lain. Persetan dengan kuliahnya, dia akan membawa gadis ini ke rumahnya yang berada di Kota Depok. Ah hasrat membunuhnya kembali naik namun dia mencoba menahan itu, demi mata indah milik gadis itu dia akan melakukan apapun. Otaknya berjalan membuat rencana untuk kedepannya, akan dia apakan gadis lugu ini.
Sungguh gadis yang malang, baru saja keluar dari kandang singa masuk ke kandang ular.
Perjalanannya canggung, mereka tidak berbicara satu sama lain. Louie merasa aneh dengan gadis disampingnya ini, dia tidak takut sama sekali dengan orang asing seperti dirinya, padahal Louie bahkan memiliki julukan Blackgod karena keterampilan membunuh targetnya dalam kegelapan, ditambah dia psikopat, menjadikan dirinya sebagai bendera merah untuk orang-orang disekitar.
Perjalanan ini tidak begitu lama, Louie sudah sampai dirumahnya yang sepi, tidak ada keluarga, atau hewan peliharaan, Louie tinggal sendirian karena semua keluarganya sudah meninggal. Kecelakaan yang dia buat berhasil membuat seluruh orang yang dulu sempat menyiksanya pergi meninggalkan dunia ini.
"S-saya ingin jauh jauh dari Jakarta... Hiks... Ini hanya beberapa menit dari Jakarta, aku takut orang itu akan kembali lagi... Hikss.." Gadis itu nampak sangat frustasi, ini di Depok, terlalu dekat dengan Jakarta tapi Louie tidaj menggubris itu, dia menarik gadis itu keluar dan masuk kedalam rumahnya.
Suara pintu terkunci terdengar, Louie berdehem sembari merapihkan pakaiannya, "Hari ini istirahat dulu disini, lu butuh tidur. Nanti bakal gua bawa jauh-jauh dari ibu kota." Ujar Louie.
"Janji? Kamu berjanji akan membawaku pergi jauh?" Tanya gadis itu.
"Ada bayarannya, berapa uang yang bakal lu bayar kalau gua berhasil bawa lu jauh-jauh?" Louie bertanya balik membuat tubuh gadis itu membeku.
Tidak ada uang atau bahkan recehan, gadis bermata hijau itu tidak bisa memberi bayaran untuk Louie. Tidak ada respon yang didapat, laki-laki berambut hitam tampan itu mendorongnya ke sofa, lalu mengacungkan sebuah pisau lipat kelehernya, "Kalau mau selamat, jangan pernah kabur keluar dari rumah ini." Ancamnya, gadis itu menganggukkan kepalanya takut.
Salah dia pergi meminta tolong pada Louie yang seorang psikopat, gadis bernama Alina ini kembali masuk ke kandang hewan buas. Untuk saat ini, dia tidak tahu jalan mana yang harus ditempuh jadi Alina akan tinggal sampai dia merasa muak bersama Louie dirumah ini.
Louie memasukan kembali pisau itu, tangannya mengelus wajah manis Alina, mengagumi betapa cantik mata hijau langka itu, anak ini keturunan Brazil, dia bisa melihat itu dari bentuk wajah dan matanya. Orang yang mengejar Alina sudah dipastikan memiliki obsesi pada gadis ini, dan Louie memaklumi itu, dia pun akan melakukan hal yang sama jika belum mendapat apa yang dia inginkan.
"Sekarang lu tidur dikamar atas, jangan pernah ke bawah kalau gak mau ketahuan. Jangan ada barang yang kotor kalau gak mau tangan lu gua iket." Tegas nya, mengancam Alina mengikuti perintahnya.
"I-iya... Um.."
"Angkasa, panggil saja angkasa."
Alina mengangguk lalu berjalan pergi ke lantai dua dengan sedikit terburu-buru, takut dengan Louie yang mengaku bernama Angkasa ini. Pemandangan itu cukup membuat Louie tersenyum kecil, dia suka saat ada orang yang berlari ketakutan seperti itu, rasanya seperti melihat mangsa yang bisa dilahap kapan saja.
Matanya melirik jam dinding yang menunjukan pukul empat subuh, dia harus tidur setidaknya sejam sebelum adzan berkumandang. Buru-buru kakinya melangkah ke kamar tidur, membersihkan tubuhnya yang kotor, baru dia membaringkan tubuh atletis nya dikasur. Dia tidur hanya berlapis handuk dibagian bawah saja, tidak ada piyama atau t-shirt, dia malas memakai baju.
Matanya tertutup menikmati semilir angin dari AC yang menyala, tidak peduli besok dia telat yang penting dia tertidur nyenyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments