Alina kini berada di basement rumah Louie, menatap barang pelatihan menembak milik laki-laki itu, rasa bersemangat muncul dan adrenalinnya naik saat Louie mengijinkannya belajar menembak, dia memegang pistol dengan sangat hati-hati. Perlahan Louie mengajarinya menaruh peluru pada pistol yang kosong, baru setelah itu belajar membidik lawan dari jarak jauh.
Alina sedikit kesusahan memasukan isi pelurunya kedalam pistol, dia sedikit ceroboh tapi pada akhirnya dia bisa melakukannya dengan baik. Matanya fokus pada titik yang dituju, Louie berdiri dibelakangnya memeluknya dari belakang untuk membenarkan posisi tanganya, "Lu harus bisa fokus ke arah target, dikeadaan ini lu itu predator dan target adalah mangsa, lu harus kenain dia bagaimana pun juga." Jelas Louie.
Tangan Louie berada dibahu Alina, dia berkata lagi, "Tekanan pistol itu besar, jangan berpikir lu bisa nembak dengan tangan lemah begini, lu bisa mental beberapa meter kalau gak kuat nahan."
"Lalu kenapa kamu langsung kasih saya pistol ini? Bukannya harus dilatih dulu otot tangan saya?.." Tanya Alina.
"Gua bakal nilai seberapa lemah tubuh lu, baru setelah itu gua kasih latihan otot tangan." Jawab Louie, Alina mengangguk paham. "Sekarang lu belajar fokus dan cona tembak satu kali, tembak sesuai aba-aba gua."
Louie berjalan kesamping, menjauh dari Alina yang sudah siap menembak. Dari sini Louie bisa melihat bahwa tangan kurus Alina gemetar hebat, tubuh perempuan itu tidak bisa tenang, "Jangan gemetar, bayangkan target didepan adalah orang yang lu benci." Kata Louie.
Mendengar kalimat itu Alina terdoktrin, dia langsung memikirkan Arion yang dengan kurang ajar menyentuhnya hampir setiap hari, tangannya yang semula gemetar jadi diam, matanya kosong seperti kehilangan rasa takut. Louie menyeringai melihat respon dari tubuh Alina, gadis itu memiliki dendam yajg luar biasa besar.
"Tembak."
Duar! Suara tembakan itu terdengar bersamaan dengan suara jatuhnya Alina. Louie benar, Alina mental satu meter karena tidak kuat menahan tekanan dari tembakannya. Louie tidak ada niat membantu sama sekali, dia lebih memilih menatap target yang ditembak Alina, tidak buruk untuk seorang pemula, gadis itu berhasil menembak dipoint nomor enam.
"Oke baiklah, gua tau seberapa lemah tangan lu itu. Pistolnya bahkan ikut terpental, besok lakuin apa yang gua suruh." Kata Louie.
Alina menatap tangannya yang gemetar, "Besar banget tekanannya ya... Saya gak nyangka bakal sebesar itu."
"Udah gua bilang dari awal, tapi kayaknya dendam lu ke orang yang nyekap lu lebih besar jadi lakuin lagi terus menerus kalau mau ngalahin dia." Ujar Louie, dia pergi meninggalkan Alina sendiri, tidak ada rasa kasihan, dimata Louie perempuan dan laki-laki sama saja, jika mereka punya dendam dan tekad pasti akan berusaha semaksimal mungkin.
Sama seperti dirinya dulu.
Rumah kembali dia tinggalkan dengan Alina didalamnya, semua pintu dia kunci agar tidak ada yang masuk. Louie berniat pergi ke Mall untuk membeli pakaian wanita beserta pakaian dalamnya, tentu saja itu untuk Alina yang selalu memakai pakaian ayah ibunya, dia tidak bisa membiarkan Alina memakai pakaian bekas orang tuanya.
Mall hari ini ramai karena tengah diskon, dia pergi ke toko pakaian wanita terlebih dahulu, melihat pakaian mana yang bagus. Uang dia bawa secukupnya, sekitar sepuluh juta untuk ini dia juga ingin membeli alat olahraga untuk Alina nanti.
"Beritahu saya pakaian apa yang cocok dengan perempuan lugu." Louie berkata pada salah satu karyawan disana.
"Oh silahkan ikuti saya, saya akan menunjukan pakaia yang bagus untuk kriteria itu." Karyawan itu berjalan menujuk salah satu bagian tokonya yang terdapat dress polos dan juga blouse lucu.
"Ini silahkan–"
"Aku beli ini, ini, ini, ini lalau yang warna hitam disana. Blouse hijau ini juga, celana pendek ini juga beli tiga pasang, dan terakhir aku beli baju croptop disana." Louie menunjuk baju yang dirasa menarik, rata-rata yang dia pilih adalah warna putih, dia tidak begitu suka warna lain.
Karyawannya gelagapan, dia mengambil semua yang ditunjuk Louie. Seperti tidak ada beban dia menunjuk padahal harga dari baju baju ini diatas dua ratus ribu semua kecuali celana dan baju croptop yang tadi ditunjuk. Selesai membeli pakaian dia pergi ke toko yang menjual pakaian dalam wanita, tidak peduli apa kata orang pada nya.
"Yang mana pakaian dalam terbaik disini? Aku beli sepuluh pasang." Katanya.
Bisikan dari ibu ibu sekitarnya tidak digubris, dia memilih model yang dia suka agar Alina memakainya. Pemilik fetish bau anggur ini menyukai warna ungu sama seperti warna buah kesukaannya. Dia tidak menyukai siapapun saat ini tapi dimatanya Alina adalah gadis yang attractive terutama dibagian mata, Louie menginginkan mata itu menjadi miliknya, mata yang harus menatapnya tiap hari, dia ingin mata hijau milik Alina.
"Louie?"
Louie menoleh, menatap seorang laki-laki berambut huzelnut, itu teman masa kecilnya Ursa. Louie menyambut Ursa dengan senang hati, dia baru tahu kalau Ursa berjualan dorayaki di Mall ini, yang dia tau Ursa dulu pengangguran yang punya banyak prestasi namun ditolak masuk universitas impiannya.
"Apa kabar Louie?" Tanya Ursa, senyumnya sumringah menatap teman masa kecilnya yang sudah hampir enam tahun tidak bertemu.
Louie juga ikut tersenyum, "Baiklah, lu gimana Ursa? Laku usaha lu?" Tanya Louie.
"Puji tuhan laku, ini gua nyoba buat pindah ke Mall yang lebih gede di Jakarta minggu depan, lu kuliaj di Jakarta kan? Sesekali boleh lah dateng ke stand gua nanti gua kasih gratis." Ujar Ursa, basa basi dengan teman lamanya ini.
Louie mengacungkan jempolnya, "Iya nanti gua bakal coba kesana. Gua duluan ya, mau ngasih hadiah ke seseorang." Louie pamit, namun sebelum itu dia memfoto stand dorayaki Ursa tepat di nomor teleponnya, berniat memesan secara online nanti.
Ursa sejujurnya agak kaget Louie membeli pakaian dalam wanita, dia berpikir sepertinya Louie sudah punya pasangan seperti tunangan atau pacar. Meskipun dia tidak begitu yakin karena Louie bukan tipe yang suka dekat dengan perempuan karena keluarganya.
Louie pergi keparkiran dengan tangan penuh barang, mobil BMW nya berdampingan dengan mobil mewah yang hanya bisa dibeli orang super kaya, Lamborghini. Dia terkesima melihat mobil mahal berwarna biru mengkilap ini, "Mobil bagus... Siapa pemiliknya ya." Gumam Louie.
"Saya pemiliknya."
Suara mengintrupsi, Louie menoleh ada seseorang dengan wajah rupawan didepannya saat ini. Terlihat seperti keturunan asia timur mungkin China atau Korea. Sebelas dua belas dengan dirinya yang ada keturunan asia timur tepatnya Jepang.
"Milikmu? Keren." Puji Louie.
Laki-laki itu tidak menggubris, dia justru memberikan kartu namanya, "Kalau mau belajar jadi pengusaha juga bisa datang kesini, kamu mau kan punya mobil Lamborghini Aventador seperti ini? Kita bisa bertemu lagi disana." Kata laki-laki tersebut, dia pergi begitu saja dengan mobilnya.
Dia tidak tertarik namun tetap menyimpan kartu namanya, mungkin dia bisa menyuruh Alina untuk mengikuti kelas belajar itu agar bisa menghasilkan banyak uang. Ada masanya gadis itu harus pergi nantinya, tapi Louie tidak berniat membiarkan Alina memiliki mata hijau itu selamanya.
Louie sudah terlanjur memiliki obsesi dengan mata hijau itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments