Suara tembakan terdengar dimalam hari itu, disebuah villa mewah yang jauh ditengah hutan, membangunkan hewan-hewan dihutan, bahkan burung berterbangan seakan mendapat sinyal bahaya. Itu adalah suara tembakan dari senapan milik seorang pembunuh bayaran yang biasa bekerja untuk para petinggi.
Louie Abraham namanya, laki-laki sembilan belas tahun yang kini tengah berkuliah disalah satu universitas swasta Jakarta. Dia mengambil pekerjaan ini untuk memenuhi hasrat membunuhnya, iya dia seorang psikopat. Tidak ada kata ampun dikamusnya jika bekerja, menerima banyak pukulan dari keluarganya membuat psikis Louie terganggu dan berakhir mengambil pekerjaan seperti ini.
"Y.S anggota kelompok pemberontakan, sudah musnah." Laporan dia berikan pada sang klien, dia pergi setelah kliennya menerima laporan. Tidak ada urusan baginya berada ditengah hutan ini, dia besok pun harus pergi karena ada kelas.
Louie dengan santai berjalan menjauh, masuk ke dalam mobilnya yang tidak memiliki plat nomor. Malam ini dia akan menikmati hasil kerjanya dengan membeli berbagai barang ilegal dipasar gelap, koleksi paling banyaknya adalah senjata api. Senjata itu dia simpan digudang terbengkalai angker yang ada dekat kos-kosan nya, gudang yang dihindari banyak orang karena konon katanya tempat penyiksaan tentara belanda dijaman penjajahan Jepang.
Hal konyol bagi Louie yang tidak percaya akan kehadiran hantu, dia hidup sembilan belas tahun dan umur segitu seharusnya sudah berpikir secara realistis, bukan lagi soal hantu tapi soal uang. Bekerja, bekerja, bekerja lalu membeli barang yang dia inginkan.
Jalan di Jakarta ini hampir tidak pernah sepi, selalu ada satu atau dua mobil yang lewat. Dia kembali ke kos-kosannya dengan pakaian yang sudah berubah, kemeja putih kini berganti t-shirt bergambar karakter anime favoritnya serta kacamata tebal yang setia bertengger dibatang hidungnya.
Louie kembali kedirinya yang lain, seorang anak kampus swasta yang hanya belajar, belajar dan belajar.
"Tolong! Tolong!"
Mobil berhenti mendadak saat ada perempuan lusuh datang meminta tolong didepan mobil Louie, gadis itu tampak ketakutan dan Louie langsung saja membuka pintu membiarkan gadis itu masuk terlebih dahulu. Tidak ada rasa curiga dipikiran Louie, dia berniat membawa gadis itu ke sebuah tempat yang tidak banyak orang kunjungi, halaman belakang pabrik.
"Hiks... Ughhh hiiiss..."
Segukan perempuan itu membuat Louie menatapnya, kebingungan dengan tingkahnya yang aneh, "Lu kenapa, mbak?" Louie bertanya, membuat perempuan itu menoleh kearahnya juga.
Oh mata hijau langka itu sangat indah, Louie terpana melihat kornea hijau yang kini menatapnya, tidak peduli perempuan didepannya ini kotor dengan tanah sekalipun, tapi mata hijau itu membuat Louie menginginkan mata itu.
"Lu gak apa-apa? Abis diapain sama orang sampe badan lu kayak gini?" Tanya Louie, tangannya menyingkirkan anak rambut gadis itu agar bisa leluasa melihat mata hijaunya.
"Tolong bawa saya kabur sejauh mungkin, saya dikejar orang jahat... Hikssh...." Dia meminta tolong, menggenggam tangan Louie erat dengan gemetar, menunjukan rasa takutnya yang sudah diluar nalar. "Saya akan melakukan apapun! Tolong bawa saya jauh jauh dari ibu kota ini!" Tambah gadis itu.
Louie tersenyum kecil mendengar permintaan gadis berparas ayu ini, dia mengiyakan dan membelok kearah lain. Persetan dengan kuliahnya, dia akan membawa gadis ini ke rumahnya yang berada di Kota Depok. Ah hasrat membunuhnya kembali naik namun dia mencoba menahan itu, demi mata indah milik gadis itu dia akan melakukan apapun. Otaknya berjalan membuat rencana untuk kedepannya, akan dia apakan gadis lugu ini.
Sungguh gadis yang malang, baru saja keluar dari kandang singa masuk ke kandang ular.
Perjalanannya canggung, mereka tidak berbicara satu sama lain. Louie merasa aneh dengan gadis disampingnya ini, dia tidak takut sama sekali dengan orang asing seperti dirinya, padahal Louie bahkan memiliki julukan Blackgod karena keterampilan membunuh targetnya dalam kegelapan, ditambah dia psikopat, menjadikan dirinya sebagai bendera merah untuk orang-orang disekitar.
Perjalanan ini tidak begitu lama, Louie sudah sampai dirumahnya yang sepi, tidak ada keluarga, atau hewan peliharaan, Louie tinggal sendirian karena semua keluarganya sudah meninggal. Kecelakaan yang dia buat berhasil membuat seluruh orang yang dulu sempat menyiksanya pergi meninggalkan dunia ini.
"S-saya ingin jauh jauh dari Jakarta... Hiks... Ini hanya beberapa menit dari Jakarta, aku takut orang itu akan kembali lagi... Hikss.." Gadis itu nampak sangat frustasi, ini di Depok, terlalu dekat dengan Jakarta tapi Louie tidaj menggubris itu, dia menarik gadis itu keluar dan masuk kedalam rumahnya.
Suara pintu terkunci terdengar, Louie berdehem sembari merapihkan pakaiannya, "Hari ini istirahat dulu disini, lu butuh tidur. Nanti bakal gua bawa jauh-jauh dari ibu kota." Ujar Louie.
"Janji? Kamu berjanji akan membawaku pergi jauh?" Tanya gadis itu.
"Ada bayarannya, berapa uang yang bakal lu bayar kalau gua berhasil bawa lu jauh-jauh?" Louie bertanya balik membuat tubuh gadis itu membeku.
Tidak ada uang atau bahkan recehan, gadis bermata hijau itu tidak bisa memberi bayaran untuk Louie. Tidak ada respon yang didapat, laki-laki berambut hitam tampan itu mendorongnya ke sofa, lalu mengacungkan sebuah pisau lipat kelehernya, "Kalau mau selamat, jangan pernah kabur keluar dari rumah ini." Ancamnya, gadis itu menganggukkan kepalanya takut.
Salah dia pergi meminta tolong pada Louie yang seorang psikopat, gadis bernama Alina ini kembali masuk ke kandang hewan buas. Untuk saat ini, dia tidak tahu jalan mana yang harus ditempuh jadi Alina akan tinggal sampai dia merasa muak bersama Louie dirumah ini.
Louie memasukan kembali pisau itu, tangannya mengelus wajah manis Alina, mengagumi betapa cantik mata hijau langka itu, anak ini keturunan Brazil, dia bisa melihat itu dari bentuk wajah dan matanya. Orang yang mengejar Alina sudah dipastikan memiliki obsesi pada gadis ini, dan Louie memaklumi itu, dia pun akan melakukan hal yang sama jika belum mendapat apa yang dia inginkan.
"Sekarang lu tidur dikamar atas, jangan pernah ke bawah kalau gak mau ketahuan. Jangan ada barang yang kotor kalau gak mau tangan lu gua iket." Tegas nya, mengancam Alina mengikuti perintahnya.
"I-iya... Um.."
"Angkasa, panggil saja angkasa."
Alina mengangguk lalu berjalan pergi ke lantai dua dengan sedikit terburu-buru, takut dengan Louie yang mengaku bernama Angkasa ini. Pemandangan itu cukup membuat Louie tersenyum kecil, dia suka saat ada orang yang berlari ketakutan seperti itu, rasanya seperti melihat mangsa yang bisa dilahap kapan saja.
Matanya melirik jam dinding yang menunjukan pukul empat subuh, dia harus tidur setidaknya sejam sebelum adzan berkumandang. Buru-buru kakinya melangkah ke kamar tidur, membersihkan tubuhnya yang kotor, baru dia membaringkan tubuh atletis nya dikasur. Dia tidur hanya berlapis handuk dibagian bawah saja, tidak ada piyama atau t-shirt, dia malas memakai baju.
Matanya tertutup menikmati semilir angin dari AC yang menyala, tidak peduli besok dia telat yang penting dia tertidur nyenyak.
Bolos, Louie bolos karena tidur terlalu nyenyak. Dia terbangun jam depalan disaat kelasnya mulai jam tujuh pagi, persetan dengan kuliah, dia ingin menikmati sarapannya terlebih dahulu baru habis itu pergi ke tempat penyiksaan mahasiswa. Tidak ada suara dari kamar atas, Louie mencoba naik dan memberi sarapan untuk Alina.
Kamar lantai dua ini kamar bekas ayah dan ibunya, sudah tidak ia pakai karena malas mengingat kenangan buruk bersama keluarga. Tanpa ketukan Louie masuk dengan piring berisi roti ditangannya, dia dan Alina sempat terdiam saling menatap sebelum akhirnya Alina berjalan mundur dengan keadaan setengah telanjang.
"M-maaf apa bisa kamu keluar angkasa...? Sa-saya ingin me-memakai baju..." Kata Alina dengan suara bergetar.
Louie tidak mengindahkan, dia menutup pintunya lalu menaruh piring itu dimeja nakas dekat kasur. Alina terus merasa was-was, terlebih tiba-tiba Louie mendekatkan dirinya, wangi tubuhnya berkoar-koar masuk ke hidung Louie, seakan menggoda laki-laki itu dengan baunya. Ini sabun kesukaannya, bau manis segar seperti buah.
Louie menyukai buah terutama anggur hijau, tidak ada hari tanpa buah anggur hijau impor dari Jepang yang sering dia beli ditoko swalayan. Baunya sungguh candu, Louie mencium bau leher Alina tanpa izin dna itu membuat kaki Alina kembali lemas, "Kalau mau aman, jangan pakai sabun yang bau anggur." Bisik Louie tanpa berhenti mengendus-endus.
Seperti anjing yang tengah mengendus makanannya, Alina mencoba mendorong tubuh Louie yang lebih besar darinya, tapi apa daya dia hanya memiliki tinggi seratus lima puluh tujuh senti dan Louie memiliki tinggi seratus sembilan puluh delapan, dua senti lagi sudah genap dua meter.
"M-maafkan sa-saya, saya akan memakai s-sabun lain... T-tolong lepaskan saya.... Hiks.."
"Pakai aja terus, gua suka baunya biarin gua cium baunya dari lu." Kata Louie.
Puas diendus, Louie pergi begitu saja meninggalkan Alina yang shock berat bahkan sampai terjatuh dilantai, tidak peduli tubuhnya setengah telanjang dia menangis kembali karena mengalami hal tidak mnegenakan lagi setelah keluar dari genggaman orang yang mengejarnya. Tapi selain Louie siapa lagi yang akan menolongnya? Orang yang mengejarnya bahkan lebih gila lagi, membuat Alina mengalami trauma berkepanjangan.
Berbeda dengan Alina, Louie kini tengah menyender pada dinding, wajahnya memerah dan sedikit berkeringan. Celananya mengerat, libidonya meninggi saat ini tapi dia tidak akan melampiaskannya pada orang seperti Alina, gadis itu terlalu manis untuk dia pakai. Smartphone nya dia ambil, aplikasi chat dia buka lalu mengirim pesan, membooking kupu-kupu malam dipagi hari ini.
Dia gila, bau anggur yang dia suka masih menempel dihidungnya. Bau yang membuat libido nya tinggi, dia berjalan ke pintu saat bunyi bel rumah terdengar, itu dia kupu-kupu malam yang dia booking sudah datang. Tanpa aba-aba perempuan itu ditariknya ke dalam kamar, tidak ada foreplay, Louie tidak suka basa-basi.
Berbeda dengan Louie yang menikmati tubuh perempuan dikamar bawah, Alina mencoba untuk berdiri memakai semua pakaian yang dia lihat dikamar ini. Pakaian disini semua sedikit lebih besar dari tubuhnya, tangannya asal mengambil pakaian dan memakainya.
"Aku ingin pergi jauh jauh..." Gumam Alina.
Pakaian sudah dia pakai, kini dia meringkuk dibalik selimut, ketakutan. Beruntung kamar ini kedap suara, dia tidak bisa mendengar suara dari luar ruangan, kalau tidak dia mungkin akan mendengar suara vulgar dari luar.
Tidak ada niat untuk keluar, takut menemui seseorang yang menolongnya semalam, tapi perasaannya lebih tenang. Pikirannya kembali memutar apa yang terjadi kemarin malam.
"ALINA KABUR! CEPAT TANGKAP DIA!"
Suara itu teringat jelas dikepala Alina, dia meringkuk, tatapannya kosong seperti tidak ada jiwa berada diraga cantik itu. Sosok laki-laki yang selalu mengurungnya muncul setiap malam dimimpi, laki-laki tampan yang memiliki obsesi terhadap dirinya, orang gila yang berkata kalau tubuhnya memiliki bau tubuh yang khas dan bisa membuat siapapun mabuk kepayang.
Ini sulit dipercaya, ada orang yang memiliki penciuman tajam, terobsesi dengan bau tubuh perempuan muda dan menyimpannya sebagai pengharum pribadinya. Arion Ritcher Saputra namanya, laki-laki penyukai bau tubuh perempuan muda sepertinya, orang yang mengurung dan menyiksanya dibasement rumah.
"Arion gila! Dasar gila, mati saja kamu! Mati!" Gertakan keluar, Alina menjambak rambutnya, dia mengalami serangan panik saat traumanya balik kembali. Perlakuan Louie ke dirinya tadi juga sama persis seperti Arion, namun Arion jauh lebih brutal bahkan memaksanya untuk mandi didepannya.
Arion itu menjijikan.
Rasa dendam, takut dan amarah menyatu saat mengingat wajahnya. Dia memiliki dendam pada laki-laki rupawan kaya raya itu, dia memiliki tekad untuk membalas dendam suatu saat nanti namun dengan caranya sendiri, entah ini akan jadi pertumpahan darah atau tidak, Alina tidak perduli dengan itu, yang terpenting adalah Arion mati.
Roti yang tadi diberikan padanya dia makan lahap, lapar karena belum makan sedari kemarin, air matanya membuat jalan air dipipi, oh jangan lupakan matanya yang memerah sembab. Hanya beberapa potong roti tidak membuatnya puas dan kenyang, dia mencoba keluar ruangan pelan-pelan, pergi ke dapur untuk mengambil makanan apapun.
"Astaga Louie, lu gak bilang kalau udah punya pacar??"
Suara mengalihkan perhatian Alina, dia melihat seorang yang pakaiannya berantakan ada didekat pintu kamar Louie. Alina terkejut bukan main, dia menggelengkan kepalanya, "B-bukan! Saya bukan pacarnya! Saya hanya menumpang sebentar!" Alina berkata, panik karena takut perempuan itu salah paham.
Louie yang bertelanjang dada keluar, menampilkan tubuhnya yang bagus liar biasa. Perempuan itu menyikut Louie, "Hei, kalau udah punya pacar cantik kenapa gak pakai dia aja? Badannya bagus tuh, gue gak mau jadi perusak hubungan orang begini" Ketus si perempuan, dia menyalahkan rokok miliknya.
Alina gelagapan, "Sa-saya cuma–"
"Dia pembantu baru disini Ren, gua gak selera sama yang kayak gitu." Potong Louie, perempuan itu mengangkat sebelah alisnya, tidak percaya kalau ada pembantu secantik Alina, terlebih dia tidak ada inisiatif membersihkan tempat ini.
"Lu kira gue bodoh? Mana ada pembantu secantik dia, gila aja lu punya pembantu begini, udah pasti bakal naik terus libido lu" Balas Ren, si kupu-kupu malam.
Louie membuang wajahnya, yah dia benar ini baru hari pertama Alina ditempat ini tapi bisa membuat libidonya Louie naik, meski memang laki-laki itu memiliki fetish pada bau buah anggur, tapi jarang-jarang libidonya naik setinggi ini.
"A-anu angkasa... Saya boleh ambil makan lagi...?" Tanya Alina malu-malu.
Ren menatap Louie, wajahnya seakan berkata, "Pembantu mana yang begini?" Pada Louie.
Tapi Louie tidak menggubrisnya, dia mengangguk saja lalu pergi ke halaman belakang, "Jangan lupa beresin tempat tidur gua, sekalian cuci baju nanti." Titah Louie yang diangguki Alina.
"I-iya saya akan melakukan yang terbaik, terima kasih tuan angkasa." Alina dengan bersemangat pergi ke aras dapur.
Ren merasa gemas dengan tingkah perempuan itu, dia membenarkan pakaiannya dan mengikuti Alina pergi. Gadis itu terlihat takut-takut mengambil makanan yang ada di kulkas, seperti pertama kali melihat makanan sebanyak itu.
"Ambil saja makanannya, lu abisin juga gak masalah, Louie itu orang kaya, entah darimana itu duitnya mungkin dia ngepet." Kata Ren, tangannya mengambil mochi matcha yang ada dikulkas.
Alina gugup, dia mengira Ren adalah kekasih Louie, "Anu bukannya namanya angkasa..?" Tanya Alina.
"Hm? Angkasa? Nama dia Louie, tapi emang dia sering dipanggil angkasa sama temennya sih, entah namanya dari mana, tapi yasudah terserah dia aja." Jawab Ren.
Alina tidak membalas selain mengangguk paham, dia kembali terbengong didepan kulkas, Ren sampai gemas dengan tingkah lakunya yang terlalu kaku dan pemalu, dia mengambil sushi dari kulkas itu berniat memberikannya pada Alina namun Alina sudah lebih dulu mengambil onigiri dari dalam kulkas itu, onigiri instan yang biasa ada di supermarket.
Hanya satu lalu membalikan tubuhnya, "Aku pergi dulu–"
Ren menahannya sebentar, tangannya mengambil lima onigiri lagi dari sana, "Ini ambil aja semua, makan yang banyak, muka lu kayak gak ada tenaganya sama sekali." Kata Ren.
"A-apa ini gak masalah? Saya tidak terlalu lapar!" Sangkal Alina, disertai perutnya yang berbunyi keras tanda kelaparan, sangat kelaparan.
Ren tertawa mendengar itu, "Terus itu apa? Lu laper, makan aja, louie itu kaya, ambil aja apa yang lu mau. Tapi kalau gaji lu dipotong jangan salahin gue ya. Udah sana balik ke kamar terus makan, rapihin tempat tidurnya juga, gue mau pulang." Ren menepuk bahu Alina sebelum pergi meninggalkan gadis itu sendirian didapur.
Kulkas sudah ditutup dan Alina merasa lebih tenang dengan keberadaan Ren yang kelihatan pemberani, dia ingin menjadi seperti itu juga tapi apa daya, tubuhnya saja lemas tidak kuat berlari bahkan hanya tiga menit. Terlalu sering berada didalam rumah membuatnya tidak bisa mendapat sinar matahari yang cukup, karena itu tubuhnya lemah.
"Dia baik..." Gumam Alina.
Alina menjadi pelayan Louie beberapa hari terakhir, dari mencuci hingga mengepel lantai dia yang lakukan, tidak dibayar karena bayarannya diganti oleh makan dan tempat tinggal yang enak. Rumah Louie sering kosong karena laki-laki itu sibuk kuliah di Jakarta, dia tidak ada waktu untuk balik ke rumah, jadi Alina lah yang menjaga rumahnya.
Bahan makanan dan uang sudah diberikan Louie untuk kebutuhan Alina, rasanya senang seperti diberi rumah sendiri walaupun sesekali saat Louie pulang, pasti laki-laki itu melakukan hal seperti sebelum-sebelumnya, mencium bau tubuhnya lalu pergi entah kemana.
Ren juga sesekali datang untuk berkunjung, seperti hari ini, hari minggu Ren ke rumah ini untuk sekedar berleha-leha.
"Alina, bawakan aku susu dikulkas." Suruh Ren.
Alina mengangguk, dia mengambil susu dan memberikannya pada Ren, seperti anjing yang patuh pada tuannya, Ren juga awalnya kaget kenapa gadis ini begitu patuh pada orang sepertinya.
"Hey, gue bingung kenapa lu patuh banget ya. Takut apa emang dibayar sama si Louie?" Tanya Ren.
Alina menggeleng, "Kamu kekasih Angkasa, saya gak bisa semena-mena sama kamu..."
Ren menaikan sebelah alisnya, dia meminum susunya sampai habis lalu merangkul Alina, "Dari mana lu denger itu? Kita berdua gak ada hubungan selain saling muasin nafsu, lagipun gue emang kupu-kupu malam." Kata Ren jujur, itu sempat membuat Alina shock berat tidak ada hubungan apapun selain pemuas nafsu satu sama lain dan lagi Ren yang seorang kupu-kupu malam.
Ren tertawa lagi karena ekspresi Alina, "Hahaha shock banget ya lu? Iya gue cewek gak bener, Louie sering bayar gue buat muasin nafsu sesaat dia... Ya... Walaupun gue... Emang naruh perasaan ke dia tapi apa boleh buat kan?" Jelas Ren, Alina masih tidak menyangka dengan hal itu.
"Ja-jadi kamu bukan kekasih Angkasa? Saya kira begitu, maafkan saya sudah salah sangka..." Alina menunduk minta maaf, Ren menepuk punggungnya sambil tersenyum lebar, "Gak masalah, gue malah seneng lu ngira kita pacaran... Gue emang suka sama Louie, dia ganteng..." Ren membisikan itu diakhir kalimat.
"Ah iya... Dia tampan seperti pangeran dinegeri dongeng..." Kata Alina.
"Lu dari desa apa gimana sih? Kok kaku banget cara bicaranya, santai aja Alina. Ini kalau lu gue kenalin sama temen-temen gue kayaknya lu bakal jadi korban php mereka, lu kelewatan polos!" Kata Ren.
"Php?"
Ren menepuk dahinya, merasa anak ini sudah kelewatan polos, dia harus mengajarkan banyak hal pada Alina. Dengan seenaknya dia menarik tangan Alina, lalu menyuruh nya mengganti pakaian. Niat hati Ren ingin mengejak perempuan itu pergi ke Mall atau ke tempat hits seperti cafe atau restoran, mengenalkannya pada dunia luar.
"Ganti baju! Kita akan pergi ke Mall terdekat!" Kata Ren.
"T-tapi aku dilarang keluar oleh Angkasa... Dia bilang aku harus tetap didalam kalau mau aman!" Tolak Alina.
"Lu dikurung disini?..."
Alina menggeleng, "ada orang jahat mau bunuh saya, saya takut keluar. Penciuman orang itu tajam, bisa saja saya ditemukan nanti, saya tau dunia luar seperti apa, hanya saja trauma saya membuat saya tidak berdaya menghadapi dunia luar." Jelas Alina, ini pertama kalinya dia menangis didepan Ren. Gadis berambut pendek itu kini mengatup bibirnya rapat-rapat, mengerti kalau anak didepannya ini merasakan hal yang berat.
Pantas dia bersikap terlalu sopan, Ren yakin itu karena didikan dari orang yang mau membunuhnya, Alina tidak sepasrah yang Ren pikirkan, dia masih bisa menolak ajakannya, dan menolak beberapa perintah bahkan dari Louie. Sedikit tertegun namun Ren bisa menerimanya, "Oke sorry Alina, gue bakal bawa orang lain yang gue percaya kalau begitu jadi lu tenang aja." Kata Ren.
Alina tersenyum kecil, "Gak perlu, nanti merepotkan saya hanya ingin bersembunyi saja, sepertinya berteman dengan kamu dan Angkasa sudah cukup, kalian baik." Kata Alina, perkataan itu membuat Ren sedikit tersipu malu, dipuji oleh orang cantik siapa yang tidak suka? Ren sangat suka dipuji.
"Wah jadi anaknya agak pemalu." Batin Ren.
"Lu ngapain disini?"
Seseorang mengintrupsi Alina dan Ren, mereka menoleh dan menemukan Louie yang baru saja pulang dengan keadaan kehujanan, benar hari ini hujan dan Louie hanya membawa motor beat nya saja untuk pergi ke tempat dia tugas kelompok bersama teman kuliahnya, dia basah kuyup.
Alina sigap berlari mengambil handuk untuk Louie, membantu laki-laki itu mengeringkan rambutnya tapi Ren segera mengambil alih pekerjaan itu, "Lu buat teh anget aja Alina." Kata Ren.
"Baik."
Louie menggenggam tangan Ren kencang, "Udah gak usah, gua mau langsung mandi. Dan lebih baik lu pulang, jangan kesini kalau gak gua panggil." Louie berkata lalu pergi meninggalkan Ren. Agak jengkel hati Ren mendengar penolakan kasar dari Louie, laki-laki itu benar-benar hanya melihat dirinya sebagai kupu-kupu malamnya.
Ingin marah namun posisi Ren yang butuh uang lebih tidak bisa membuatnya mengutarakan perasaannya, bisa-bisa Louie berhenti membayarnya, uang yang diberi Louie cukup untuk menghidupi dirinya dan adik adiknya. Dua juta untuk satu malam dan Louie bisa memakainya tiga sampai lima kali sebulan, namun kali ini Louie lumayan sering menghubunginya.
Laki-laki itu tidak bisa menyentuh Alina untuk dipakai, karena itu saat Louie merasa libidonya naik karena melihat Alina, dia langsung memanggil Ren.
Sejujurnya Ren tidak suka keberadaan Alina.
Karena Ren tau, Alina lebih cantik dari dirinya. Benar-benar lebih cantik. Dia tidak bisa menyakiti Alina karena gadis itu baik padanya, dia masih punya hati untuk tidak menyakiti Alina.
"Dimana Angkasa?... Aku ingin memberikan tehnya." Kata Alina.
Ren tersenyum, "Gue aja yang ngasih, lu tunggu disini pel aja lantainya." Ketus Ren, moodnya turun karena penolakan tadi, dia mengantar tehnya dan meninggalkan Alina.
Sementara itu Louie menikmati mandi air hangatnya dibath up, hari ini dia pulang karena kosnya tengah ada renovasi mendadak. Matanya ditutup rapat, hidungnya sibuk menghirup bau wangi sabun yang dia gunakan. Rasanya aneh, dia sendiri sering memakai bau anggur sebagai pewangi, tapi saat menciumnya dari tubuh Alina rasanya berbeda.
Tok tok tok
Pintu diketuk, ada suara dari balik pintu. "Louie, ini gue bawain teh hangat, gue taruh ya."
"Ya, habis itu pulang." Sahut Louie.
Tidak ada balasan, Ren malah bertanya kembali, "Lu suka Alina ya...?"
Louie membuka matanya mendengar pertanyaan dari Ren, tidak masuk akal hal seperti cinta bisa terjadi pada Louie, dia adalah orang yang tidak memiliki emosi seperti layaknya manusia, dia hanya hidup untuk dirinya sendiri, hanya itu.
"Gak, gua gak pernah suka sama orang selama gua hidup." Jawab Louie.
Jawaban tersebut membuat Ren kega bukan main, setidaknya dia tidak perlu takut Louie meninggalkannya untuk gadis polos seperti Alina, bagia Ren dia lebih baik karena dia pintar dan cantik, idaman para lelaki.
Sementara Alina adalah perempuan bodoh. Ren berpikir demikian.
"Seenggaknya gak perlu ada persaingan." Batin Ren.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!