BAB 3

Keesokkan harinya, Dewi sudah bersiap-siap ingin berangkat ke kampus seperti biasanya, ia duduk di meja makan dan tanpa memperdulikan mereka dan melahap makanannya.

"Dewi, sejak kapan kamu tidak sopan begini?" tanya Surya datar.

"Aku sedang makan, diamlah!" ucap Dewi menancapkan garpunya di meja dengan tatapan membunuh membuat mereka semua yang ada di meja terdiam dan melongo.

"Ada apa dengannya? Kenapa dia tiba-tiba berubah menjadi menakutkan seperti ini?" tanya Anita dalam hati menatap setiap gerak gerik Dewi. Anita mengirim pesan kepada temannya untuk menunggu di persimpangan.

"Lihat saja kamu Dewi, keangkuhan mu akan berakhir nanti," ucap Anita dalam hati tersenyum sinis.

Tiba-tiba saja Dewi berdiri dan berkata. "Aku sudah selesai makan." Ia pun langsung nyelonong pergi.

Anita juga buru-buru pergi. Ia kembali mengirim pesan menyuruh para temannya untuk bersiap-siap menghajar Dewi, kali ini ia tak mau gagal lagi untuk membuat Dewi babak belur dan kembali menyiksanya.

Sesampainya di persimpangan, 6 orang pria menghadang jalannya. Ia menatap para pria itu dengan saksama tanpa rasa takut.

"Minggir," ucap Dewi datar.

"Tidak bisa, kami di mintai seseorang untuk menghajar mu," jawab salah satu pria itu maju ke depan.

"Heh! Datang lagi seonggok sampah menyebalkan. Majulah jika kalian sangat ingin merasakan pukulan ku," tantang Dewi.

"Dasar gadis cupu, terimalah tinju ku!" teriak salah satu pria itu yang langsung mengarahkan tinjunya di arah muka Dewi

"Gerakan sangat lambat," ucap Dewi yang langsung memegang tinju pria itu dan menendang perutnya lalu dan menerjang tulang keringnya dengan kakinya, Dewi menarik kepalanya lalu membenturkan wajah pria itu ke aspal membuat tulang hidung pria itu patah.

"Sial! Dia benar-benar kuat, ayo kita hajar dia bersama-sama," ajak temannya.

Mereka semua maju ke depan mengarahkan pukulannya ke arah Dewi dan dari mereka berusaha meninju Dewi dari belakang, dengan sigapnya Dewi menangkisnya dan mendaratkan tinjunya pas di wajahnya hingga tulang pipinya bergeser. Yang lainnya berusaha menendang di bagian perut Dewi, namun Dewi menangkap kakinya dan memutar lalu membanting ke arah temannya hingga mereka terkapar. Tak habis di situ, Dewi menginjak perut mereka satu persatu dan menghentakkan dengan kuat dan meninju wajah mereka hingga mereka babak belur.

"Katakan kepada orang yang menyuruh kalian, suruh dia melawanku, kalau perlu bawa pasukannya lagi, hanya dengan kalian begini tidak cukup untuk membuat tanganku gatal," ucap Dewi pergi meninggalkan mereka yang sudah terkapar.

"Apa! Sejak kapan dia bisa bela diri?" tanya Anita yang bersembunyi itu terkejut dan tidak menyangka, gadis yang dianggap lemah selama ini ternyata sangat jago dan kejam. Anita langsung menghampiri para teman-temannya yang terluka parah.

Anita mendekati mereka semua lalu dan melihat mereka dengan geram.

"Sial! Kalian yang ada 6 orang ini saja tidak becus hanya melawan 1 orang perempuan, emangnya kalian layak di sebut laki-laki! Menghabisi wanita saja tidak bisa!" omel Anita kesal.

"Dia sangat kuat, dia lebih kuat dari 100 orang," ucap pria yang tangannya patah itu.

"Sial! Benar-benar sial! Awas saja kamu Dewi, aku akan membuat hidupmu tidak tenang!" teriak Anita menghentakkan kakinya ke tanah, dia benar-benar sangat kesal. Ia pun berangkat ke kampus dengan mobilnya, sedangkan Dewi berjalan kaki.

Sesampainya Dewi di kampus, Anita dan teman-temannya mendekati Dewi yang sedang menonton video kematiannya di ponselnya.

"Sepertinya kau baik-baik saja setelah kami menghabisi mu," bisik salah satu wanita yang bernama Ananda dekat di telinga Dewi.

"Kenapa? Apa kalian senang melihatku baik-baik saja?" tanya Dewi dengan senyum mengembang menaikkan sudut bibirnya bagian kiri.

Mereka semua menekuk alisnya, merasa heran dengan jawaban Dewi, biasanya jika mereka mendekat saja, Dewi sudah gemetaran. Tapi kali ini Dewi terlihat berbeda, ia sama sekali tidak terlihat ketakutan. Ia terlihat berani di tambah senyumnya yang mengerikan.

"Kau … kau, apa maksudmu?" tanya Ananda berdelik ngeri.

"Lalu kalian mau apa ke sini? Ingin bermain-main lagi?" tanya Dewi menyengir menampakkan giginya yang putih itu.

"Sepertinya kau sudah berani sekarang, dari mana keberanian itu datang?" tanya Karisa membelalakkan matanya.

"Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya," ucap Dewi mengejeknya setengah tertawa.

"Cih, lihat saja pulang nanti, berdoalah agar kau selamat," ucap Luna menatap Dewi tajam.

Dewi berdiri lalu menepuk bahu Luna lalu berkata. "Kalian yakin ingin menghabisi ku? Baiklah jika begitu, aku tunggu kalian pulang kuliah nanti," ucap Dewi merapikan baju Luna sambil tersenyum menyengir.

***

Saat pembagian materi selesai, para mahasiswa berhamburan keluar dari ruangan, terlihat Dewi baru saja bangun mengucek-kucekkan matanya.

"Cih! Materi yang membosankan, aku sudah beberapa kali mempelajari materi ini," ucap Dewi meraih tasnya lalu membawanya ke luar.

Tiba-tiba saja tangan Dewi di tarik, saat itu bisa saja saat itu ia memukul mereka, akan tetapi ikut saja kemana mereka bawa.

Mereka kembali membawa ke toilet yang sudah tidak di gunakan itu lagi, itu adalah tempat aman yang di gunakan untuk membuli, tempat itu juga tidak ada CCTV-nya.

Mereka pun langsung mendorong Dewi ke dalam toilet itu lalu mengunci pintu. Mereka mendekati Dewi dengan tatapan tajam.

"Kamu sekarang makin berani ya! Kamu kira kamu siapa! Sepertinya pukulan kemaren itu membuat kamu berubah, bagaimana jika aku memukulmu lagi dan membuat kamu menjadi idiot," ucap Karisa menatap dengan mata berapi.

Karisa membuka tangannya dan Ananda memberikan sebuah alat sentrum. Sambil menyeringai, Karisa mendekati Dewi lalu menghidupkan alat itu dan mengarahkan ke arah Dewi.

Dewi menangkap pergelangan tangan Karisa dan menatapnya dan terlihat senyum seulas di bibirnya lalu ia menariknya kebelakang menekannya dengan kuat.

"Aduuuhhh!" teriak Karisa kesakitan, Dewi merampas alat sentrum itu.

"Terima kasih, atas alatnya," ucap Dewi tersenyum, lalu menunjang bokong Karisa dengan kakinya.

Karisa terjatuh dan kesakitan. "Kalian … kalian cepat pukul dia, aku tidak percaya jika kalian semua maju dia akan menang," ucap Karisa memegang bokongnya yang sakit.

"Baiklah, kalian majulah, aku tidak akan memakai alat ini dan aku simpan buat kenang-kenangan dari kalian," ucap Dewi menyimpan alat itu ke dalam tasnya.

Meskipun mereka sedikit ada rasa takut, tapi mereka tetap maju menyerang Dewi.

Dewi menarik tangan Ananda lalu menendang kaki kirinya membuat Ananda terhempas ke lantai dan bokongnya terlebih dahulu mendarat di lantai keramik itu membuah itu meringis kesakitan.

"Heh! Dengan begini kalian ingin membuli orang, benar-benar payah," ucap Dewi menendang perut Luna membuat ia tersudut.

Anita melihat teman-temannya terkapar kesakitan, ia sangat panik dan ketakutan karena hanya tinggal dia sendiri yang belum di hajar Dewi.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu? Ayo, bagaimana jika kita main Jambak-jambakan, itu adalah permainan yang biasa kalian mainkan?" tanya Dewi mendekati adik tirinya itu.

"Aku … aku tidak takut padamu! Aku … aku … akan …." Anita langsung balik badan ke arah pintu dan berusaha membuka pintu toilet itu untuk kabur.

"He-he-he, mau kemana adikku tersayang, ayo sini dulu main sama kakak," ucap Dewi dengan tatapan membunuh menarik baju Anita kebelakng lalu mendorongnya hingga ia terduduk di dekat toilet.

Dewi mendekati Anita, meletakkan kedua tangannya di samping toilet dan menahannya, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Anita membuat Anita tak bisa berkutik. "Kamu kan mengirim para pria berandal itu kan? Aku sudah menebaknya. Kenapa kau sangat membenci pemilik tubuh ini padahal dia sama sekali tidak pernah menganggu mu? Dia selama ini baik padamu, bahkan kasih sayang ayahnya saja ia rela berbagi dengan anak tiri sepertimu, lalu apa lagi yang kau inginkan?" tanya Dewi dengan membelalakkan matanya.

"Aku … aku …."

"Aku aku, katakan!" teriak Dewi dengan suara keras membuat Anita terkejut. Ia menangis hinggap mengompol saking ketakutannya.

"Hu-hu-hu, aku hanya takut Ayah hanya sayang padamu, aku nggak mau kasih sayang Ayah terbagi, karena kau anak tiri, aku takut jika Ayah hanya perhatian padamu dan tidak menyayangiku lagi hu-hu-hu." tangis Anita meledak.

"Cih, mental ikan tri gini mau membuli ku, baru saja ku gertak udah ngompol dan menangkis, mana keberanian mu tadi? dasar pengecut! Oh iya, sebagai tanda kebaikan hatiku, aku akan memberi cap kepada adikku tersayang ini," ucap Dewi dengan menyeringai.

Plak!

Tamparan yang sangat keras mendarat di wajah wajah Anita meninggalkan bekas 5 jari di pipinya.

"Wah wah ... cap ini sangat enak di lihat, apa aku sangat cocok memberi cap kepada wajah orang Ha-ha-ha," Dewi tertawa terbahak-bahak sambil bercekak pinggang.

Dewi melihat ke arah 3 orang teman Anita menatapnya dengan tajam kemudian ia tersenyum.

Plak!

Plak!

Plak!

Wajah Luna, Karisa dan Ananda semua Dewi beri cap, setelah merasa puas, ia pun pergi membuka kunci pintu toilet dan pergi meninggalkan mereka yang mengerang kesakitan.

"Dasar anak-anak nakal, sungguh membuang tenagaku saja," omel Dewi meninggalkan kampus itu.

Terpopuler

Comments

Dwi Setyaningrum

Dwi Setyaningrum

haduh Dewi mestinya td hbs hajar para preman rampok tuh duitnya lagian duitnya itu juga dr byran mereka utk menindasmu

2024-05-13

0

kutu kupret🐭🖤🐭

kutu kupret🐭🖤🐭

cap lima jari 🤚✋✋
mammmpuuuuuuuusssss🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣puasss aku mendengar nya🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-02-26

1

kutu kupret🐭🖤🐭

kutu kupret🐭🖤🐭

jalang lacuuurrrr kudisaaaann 🐷

2024-02-26

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 bab 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BSB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BSB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 Pengumuman
Episodes

Updated 135 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
bab 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BSB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BSB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!