BAB 2

Sesampainya di rumah, Dewi melihat keluarga bahagia itu sedang berkumpul di ruang tamu sambil menonton televisi.

"Dewi, kemari!" panggil Ayahnya. Dewi mendekat layaknya anak penurut.

"Tadi kamu pulang dengan siapa?" tanya Ayahnya saat Dewi masuk ke dalam rumah. Dewi diam tidak menjawab pertanyaan Surya, ia hanya menatap ayahnya dengan tatapan tak biasa.

"Jawab! Kamu pulang dengan siapa!" Bentak Surya dengan suara keras.

"Sendiri," jawab Dewi singkat.

"Kamu jangan bohong! Anita tadi melihat kamu sedang bersama pria nakal, lihatlah bajumu yang kusut dan rok mu yang robek itu, biasanya kau pulang dengan pakaian yang tidak pernah kusut seperti ini, sejak kapan kau berubah menjadi anak nakal!" sungut Surya marah-marah.

Dewi melihat ke arah Anita yang melihatnya tidak suka. 'Anak ini, lihat saja nanti, aku akan membuatmu kapok karena berani mengusik ku,' ucap Dewi dalam hati. Ia menatap Anita dengan tatapan membunuh.

"Anda di hasut olehnya sehingga Anda buta tidak bisa melihat kebenarannya," ucap Dewi enteng.

Surya sangat terkejut dengan ucapan Dewi. Ia sangat heran sejak kapan anak yang terkenal penurut dan pendiam itu pandai berbicara.

"Kamu … sejak kapan pandai melawan begini?" tanya Surya datar, ia mengerutkan dahinya.

"Sejak kapan? Tidakkah kau pernah menyadarinya jika tubuh ini sering di tindas, di aniaya dan di siksa?" ucap Dewi mendalami perannya.

"Tidak ada yang menindas mu, itu hanya perasaanmu saja," jawab Surya yakin.

"Begitukah? Hanya perasaan ku? Tapi pada kenyataannya tidak seperti itu, aku harap kau membuka matamu lebar-lebar agar tidak terpedaya oleh siluman," ucap Dewi tegas

"Kurang ajar! Beraninya kau bilang aku siluman!" teriak ibu sambung dengan mata terbelalak dan ia terlihat sangat marah dan tidak terima atas ucapan Dewi.

"Aku tidak mengatakan mu, kenapa kau yang tersinggung? Karena kau merasa, jadi memang kau lah silumannya," ucap Dewi menaikkan alisnya.

"Jaga ucapan mu Dewi!" bentak Surya geram.

'Jika dia bukan orang tua Dewi, sudah ku patahkan lehernya,' batin Dewi sambil melipat kedua tangannya di dada dengan wajah kesal.

"Sekarang kau sudah pandai melawan! Aku tidak menyangka sifat ibumu yang kurang ajar itu benar-benar menurun kepadamu! Kembali ke kamarmu! Renungkan perbuatan mu! Sebagai hukuman, sebulan ini kau tidak boleh kemanapun kecuali ke kampus, apa kamu mengerti!" ucap Surya mengintimidasi.

"Hey! Kau jangan mengatai orang yang sudah meninggal, seharusnya kau menyalahkan dirimu yang payah itu karena menjadi Ayah yang tidak becus! Cih! Sungguh menyebalkan!" ucap Dewi langsung nyelonong pergi naik ke anak tangga menuju kamarnya tanpa peduli perasaan mereka saat ini.

"Kamu…!" ucapan Surya terhenti, ia tak bisa berkata-kata.

"Apa! Kau ingin memukulku? Tunggu kau sudah menjadi kuat, baru kita akan one by one," tantang Dewi menuju masuk ke dalam kamarnya.

"Aku benar-benar di buat kesal oleh anak yang tak tau di untung itu!" ucap Lena mendengus kesal.

"Dia sudah mendapat hukuman, dia akan merenungi kesalahannya," ucap Surya menenangkan Lena.

"Bagaimana jika melakukannya lagi!" ucap Lena tak terima.

"Aku yakin dia tidak melakukannya lagi, jika dia melakukannya lagi maka aku sendiri yang akan menghukumnya," jawab Surya mengelus punggung istrinya agar ia tidak marah lagi.

"Huh! Semoga saja begitu!" Lena benar-benar kesal di buatnya.

"Kenapa dia terlihat seperti biasa dan tidak mengalami trauma? Heh! Kalau begitu, besok aku akan mengajak teman-teman ku untuk menghajarnya lagi," ucap Anita mengengam erat tangannya.

"Heh! Siapa yang peduli dengan larangan mu itu, aku bisa pergi kemanapun aku mau, di dunia itu tidak ada yang bisa membuat ku terikat, karena aku punya 1000 cara untuk membuat diriku bebas, termasuk membuat kalian menyesal seumur hidup." Dewi tersenyum sinis lalu membuka pintu kamar milik Dewi Larasati.

Dewi melihat sekeliling kamar itu penuh dengan warna pink, Dewi memeriksa semua yang ada di kamar itu, termasuk laci dan lemari.

"Astaga! Dia sangat feminim, bahkan bajunya semua dress dan rok, apa dia tidak suka pakai celana?" tanya Dewi berpikir. Dewi pun memilih baring di kamar dan melepaskan lelahnya dan tidur.

Beberapa jam kemudian, Dewi bangun dari tidurnya. Ia melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 19:20 menit.

"Hm … aku rasa tidurku sudah cukup, sebentar lagi Bik Inah pasti mengantar makanannya dan setelah itu aku pergi keluar untuk mencari udara segar, di rumah ini hanya penuh hawa sumpek, akan menjadi penyakit bila menghirupnya," ucap Dewi duduk di sisi ranjangnya. Dewi berdiri dan mengambil handuknya lalu ia pun mandi.

"Nona, Nona!" panggil pembantu rumah itu mengetuk pintu kamar Dewi, karena tidak ada jawaban, pembantu rumah itu pun masuk, lagian pintu juga tidak terkunci.

"Di mana Nona ya?" tanya Bik Inah melihat kamar itu kosong. Dewi keluar dari kamar mandi dengan handuk menggantung di tubuhnya.

"Eh Nona, rupanya mandi, saya pikir entah kemana, ini makan malam untuk Nona," ucap Bi Inah meletakkan makanan di atas.

"Baik Bi, terima kasih," ucap Dewi. Bibi mengundurkan diri dan keluar dari kamar Dewi. Dewi mengganti pakaiannya dan ia pun segera melahap makanannya dengan cepat.

"Saatnya mencari udara segar," ucap Dewi berjalan mendekati jendela yang terlihat sayup kebawah karena kamarnya ada di lantai 2.

Hanya lantai 2 itu tidak akan menghalanginya, ia bahkan pernah melompat dari lantai 10 asalkan tau tekniknya itu tidak masalah. Dewi mengunci pintu kamar dari dalam lalu melompat dari lantai 2.

Dewi mendarat dengan anggun dan berjalan meninggalkan rumah tersebut.

"Aku harus mencari penyebab kematian ku, lihat saja nanti, jika aku tau siapa orangnya maka aku akan menyiksanya seumur hidup dengan sadis," ucap Dewi geram.

Pada saat Dewi berjalan menyusuri tepi jalan, ada sebuah mobil yang terparkir, tapi tidak ada orangnya. Saat Dewi berjalan maju sedikit, Dewi melihat seorang pria yang terluka di kelilingi oleh 20 orang di sebuah gang kecil dengan membawa senjata api.

"Hey! Berhenti kalian!" teriak Dewi. Para pria itu melihat ke arah Dewi. Wajah mereka tertutup dengan penutup kepala agar tidak ada yang mengenalinya.

"Siapa kamu!" ucap salah satu pria itu berbalik badan menatap Dewi.

"Tidak perlu tau siapa aku, lepaskan dia sekarang juga sebelum aku menghabisi kalian semua!" perintah Dewi dengan suara keras.

"Dasar penganggu kecil, mati saja kamu sana," ucap salah satu pembunuh bayaran itu mengarahkan senjata apinya ke arah Dewi.

Dor!

Sebuah peluru melayang, dengan sigap Dewi menghindarinya, ia berlari cepat ke arah para pembunuh bayaran itu lalu menghajar mereka.

Pria itu bernama Zeiro yang memperhatikan Dewi dari jarak jauh, ia bukan hanya melihat wanita itu menghajarnya dengan kejam, Zeiro juga memperhatikan raut wajah yang tak kenal takut itu sambil tersenyum.

Dewi menarik tangan pria yang ingin mendekatinya itu lalu menghantam dengan lututnya. Dewi melompat lalu menendang kepala teman pria itu lalu menarik tangannya dan menghempas ke tanah lalu meninjunya dengan kuat sehingga tulang pipi pria itu patah.

Yang lain juga ingin menyerang menendang ke arah Dewi, dengan sigap Dewi menarik kakinya memuatnya kebelakang lalu mematahkannya.

Krak!

Suara patahan tulang yang membuat ngilu bagi yang mendengarkannya. Pria itu menjerit kesakitan yang teramat sakit. Yang lain juga datang dan ingin menembak Dewi, Dewi melompat lalu menendang pergelangan tangan pembunuh itu hingga senjata apinya terlepas, Dewi mengambilnya dan ia salto belakang lalu menembak ke arah mereka

Dor! Dor! Dor!

Beberapa orang mati di tembak Dewi tepat di bagian kepala mereka karena Dewi adalah penembak jitu. Masih tersisa 3 orang, mereka terlihat ketakutan dan ingin melarikan diri.

"Aku … aku tidak ikut-ikutan," ucap salah satu pria yang ketakutan dan ia berusaha lari, tapi Dewi menangkap bajunya lalu membantingnya ke tembok, ia menarik kembali pria itu lalu melemparnya menumpuk dengan temannya yang lain, sedangkan duanya lagi, Dewi menghempaskan lalu menarik kaki dan tangannya lalu mematahkan tulangnya.

Krak! Krak! Krak!

Dewi berdiri melihat apa mereka masih ada yang bergerak, karena ia akan menghabisinya.

Dewi mendekati pria yang terluka itu dan menghampirinya. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Dewi melihat keadaan pria itu.

"Aku baik-baik saja, terima kasih sudah membantuku," ucap Zeiro itu mengangguk. Dewi membantunya berdiri meninggalkan tempat itu dan membawanya ke dalam mobil.

"Kamu," lirih Dewi mengenalinya. Ia ingat jika pria itu adalah CEO besar yang terkenal. Semua orang juga tau jika pria itu terkenal dalam sepak terjangnya di dalam dunia bisnis, ia tak mudah tertipu oleh iming-iming kerja sama yang tidak menguntungkan, perusahaannya tersebar di berbagai wilayah, ia juga membangun perusahaan terbesar di Asia, pria yang sangat di dambakan para wanita, dia adalah pria sempurna, di usianya muda ia bisa menaklukkan dunia bisnis, semua ada di genggamannya. Namanya adalah Zeiro Alfero.

Zeiro menekuk alisnya. "Kamu mengenalku?" Tanya Zeiro.

"Eh, siapa yang tidak mengenali pria hebat seperti Anda, bahkan semut di dalam tanah juga mengenali Anda," jawab Dewi. Zeiro tersenyum.

"Lalu kenapa Anda bisa ada di sini? Ini bukan tempat seharusnya Anda berada," ucap Dewi memeriksa luka Zeiro.

"Itu karena aku mendapat sebuah pesan singkat dan datang ke sini, ternyata aku di jebak oleh musuh bisnisku," jawab Zeiro.

"Di jebak? Ngomong-ngomong aku juga di jebak, alasan aku keluar untuk mencari tahu masalah ini," ucap Dewi dalam hati.

"Ini luka mu tidak terlalu parah, pelurunya masuk ke dalam daging namun tidak mengenai daerah vital, kau cepatlah telpon pengawal mu suruh mereka menjemputmu," ucap Dewi berdiri di samping mobil mengamati sekitar.

Para pengawal Zeiro datang setelah mendapat telpon dari Zeiro.

"Pengawal mu sudah datang, aku pergi dulu," ucap Dewi meninggalkan Zeiro yang masih penasaran dengannya.

"Siapa namamu!" teriak Zeiro.

"Dewi Larasati," jawab Dewi dan ia terus berjalan.

"Tolong selidiki wanita itu untuk ku," perintah Zeiro.

"Baik Tuan," angguk pengawalnya dan mereka meninggalkan tempat tersebut.

Tak sengaja ia melewati sebuah toko yang di dalamnya ada tv, ia mendekat dan melihat berita tentang kematiannya. Ia menyadari sesuatu. Saat sebelum pergi, ada beberapa anak buahnya yang mengantar kepergiannya sebelum naik mobil. Di saat itu ada puluhan orang yang datang, akan tetapi ia memang melihat wajah yang asing, ia berpikir jika pria itu adalah pengikut barunya dan tidak mempermasalahkannya.

"Sial! Ternyata benar! Ada seseorang yang menjebak ku, aku sudah mengingat wajahnya dan akan aku cari dia sampai dapat," ucap Dewi geram.

Dewi memilih pulang setelah mendapat petunjuk itu karena ia yakin, masih ada orang lain di balik itu semua, pria itu tidak mungkin asal membunuhnya jika tidak ada masalah lain.

Setelah sampai di rumah, Dewi memanjat rumah itu, karena ia terbiasa panjat tebing, baginya rumah itu bukan apa-apa baginya, ia naik ke atas dengan mulus tanpa kesulitan.

"Apa anak nakal itu sudah tidur?" tanya Surya kepada pembantunya.

"Sepertinya sudah Tuan, karena tidak terdengar suaranya," jawab pembantu itu.

"Baguslah jika begitu, jika dia masih membuat kekacauan itu lagi, aku harus baik-baik memberi dia pelajaran," ucap Surya. Ia melakukan itu agar bisa membuat hati istrinya tenang.

"Cih! Ingin mengajariku? Aku yang akan baik-baik menghajar mu," ucap Dewi kesal sambil mengerucutkan bibirnya.

Percakapan itu terdengar karena tepat di depan pintu kamarnya. Dewi menarik selimut dan memilih untuk tidur lagi, ia harus punya tenaga untuk menghadapi keluarga yang menyebalkan itu.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Baru baca,maaf thor aku berhenti bacanya 😉 di episode 2 ini,pemeran utamanya kebanyakan ngomong☺️

2024-03-29

0

Kartini Kartini

Kartini Kartini

aku suk cerita atu poll laga exion semoga seru dan menyenangkan

2024-03-11

0

kutu kupret🐭🖤🐭

kutu kupret🐭🖤🐭

🦾🦾👍

2024-02-26

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 bab 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BSB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BSB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 Pengumuman
Episodes

Updated 135 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
bab 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BSB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BSB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!