Mawar, Bukan Benalu

Mawar, Bukan Benalu

Apakah Harus Dibandingkan

...◆◇◆◇◆◇◆◇...

Rasa lelah, rasa tak nyaman akibat tubuh yang terasa kaku dan otot-otot terasa sangat sakit membuat seorang perempuan berusia 25 tahun itu merebahkan tubuhnya di kursi kayu di ruang tengah.

Tubuhnya terasa panas namun dia menggigil kedinginan. Jelas itu bukan kondisi yang baik-baik saja, dia tengah berada dalam kondisi yang sangat lelah dan kurang sehat.

Istirahat sejenak, mungkin bisa membuat tubuhnya menjadi lebih enak dan rasa yang menyerang tubuhnya akan segera hilang, semoga saja.

Matanya perlahan terpejam, tubuhnya meringkuk dengan di selimuti kain batik tipis. Berharap tak akan ada yang mengganggu istirahat sejenak_nya sebelum dia memulai aktivitasnya lagi sebagai ibu rumah tangga.

Ya, dia adalah Arsy Wardana. Ibu rumah tangga berusia 25 tahun dan memiliki anak berusia 5 tahun. Dia memang tidak bekerja di luar rumah, tapi bukan berarti dia bisa istirahat begitu saja atau leha-leha.

Ibu rumah tangga adalah pekerja yang sejati, dia harus selalu stay 24 jam dengan pekerjaan seabrek yang tak pernah selesai, tapi itupun masih saja di ragukan oleh banyak orang.

Seperti kata tetangganya kemarin.

'Halah, capek apa emangnya? Setiap hari juga tidak kerja, di rumah terus tanpa melakukan apapun. Paling juga lelah rebahan,' ucapnya begitu sinis.

Namanya Bu Kokom, dia adalah salah satu deretan tetangga paling julid seantero desanya.

'Enak ya, tidak bekerja apapun tapi bisa cukup. Mengandalkan uang suami dan juga mertua, Hem.. Menantu macam apa itu?' semakin nyinyir ucapannya.

Tapi itu tidak membuat Arsy patah hati, itu sudah hal yang biasa dalam hidupnya selama dia ikut dengan suaminya.

Tapi tidak! Apa yang ibu Kokom katakan itu tidaklah benar. Arsy tidak pernah mendapatkan uang bulanan dari suami seperti istri-istri pada umumnya. Tidak bisa mendapatkan sesen saja dan itu juga sudah biasa.

Bukan hanya dari suaminya, tapi juga dari ibu mertuanya.

Jika tidak ada di rumah, Arsy selalu pergi ke sawah. Untung saja, meski tidak memberikan uang bulanan tapi ada tanah milik suami yang tidak diurus dan Arsy bisa mengurusnya, kalau tidak entah darimana dia bisa makan dan mencukupi kebutuhan anaknya yang sudah mulai tau tentang jajan.

Di rumah Arsy tinggal lima orang. Dirinya sendiri, anaknya, suaminya dan juga kedua mertuanya, dan hanya Arsy yang tidak bekerja dengan gaji tetap.

Mertua dan juga suami bekerja tetap, tentu dengan gaji tetap juga setiap bulannya, tapi Arsy tidak pernah merasakannya. Entah kemana uang-uang itu di keluarkan.

Miris, mungkin itulah yang terjadi pada hidup Arsy. Tapi tidak masalah, dia masih bisa menghidupi dirinya sendiri dan anaknya.

Seandainya saja bukan demi identitas anak yang jelas, tentu saja Arsy akan pergi dari sana. Tapi tidak! Dia tidak bisa melakukannya.

"Astaga! Pantes saja suami tidak betah di rumah! Pagi-pagi gini sudah malas-malasan!"

Suaranya begitu lantang dan membuat Arsy kembali membuka mata. Baru saja dia ingin memejamkan mata tapi suara menggelegar itu sangat mengganggu.

"Sudah nggak kerja, tapi santai begini pantas saja suaminya selalu jajan di luar. Jelas saja, mana bisa kasih makan anakku dengan makanan yang enak dan bergizi setiap harinya."

Ucapannya begitu nyinyir, merendahkan Arsy yang perlahan mulai bangun lagi.

Seandainya tak ada rasa hormat sama sekali, tak ada sopan santun di hati Arsy tentu dia akan menjawab semua yang ibu mertuanya itu katakan.

Bagaimana mungkin Arsi akan masak enak, memberikan makanan-makanan yang bergizi untuk anaknya sementara dia tak mendapatkan serupiah pun nafkah yang seharusnya di terima.

Darimana Arsy bisa belanja, uang darimana? Apakah ibu mertuanya itu tidak berpikir sampai kesitu?

Jangankan suaminya, apakah dia juga memberikan uang belanja untuk menantunya? Dia hanya taunya makan tapi tak mau memberikan uang untuk belanja, terus uang darimana? Arsy tidak pernah melihat ada hujan uang.

"Cepat buatin aku teh, ingat ya! Harus manis!" Dengan gampangnya Ibu Lusi Ibu mertuanya itu duduk di kursi yang ditempati oleh Arsy barusan. Dia juga mendorong menantunya itu supaya cepat melakukan apa yang dia inginkan.

"Cepatlah, aku sangat haus," ucapnya tak sabaran.

Sontak Arsy berdiri sebelum dia melangkah, menoleh sebentar melihat bagaimana posisi ibu mertuanya itu duduk. Punggungnya bersandar dengan santai dan juga satu kaki yang menopang kaki yang lain. Benar-benar seperti seorang Ratu.

"Kenapa malah lihat-lihat, cepat buatin minum!" ucapnya lagi.

Dengan terpaksa Arsy langsung berjalan menuju dapur. Perlahan dia mengambil gelas dan juga sendok, mengambil wadah gula yang sudah terasa begitu ringan. Arsy tidak bisa melakukan dengan cepat karena rasa pusing yang masih terus menggerayangi kepalanya.

"Astaghfirullah, gulanya habis," Arsy nampak kebingungan melihat wadah gula itu hanya tinggal sedikit saja, tidak ada satu sendok dan pastilah tidak akan manis jika dibuat teh satu gelas.

Arsy tidak ada uang untuk membeli gula saat ini, tapi dia juga tidak bisa meminta kepada mertuanya karena jelas jawabannya adalah tidak seperti biasanya. Apakah itu artinya harus kembali berhutang lagi ke warung?

"Arsy, buruan! Aku sudah kehausan!" Suara Bu Lusi begitu menggelegar hingga sampai ke telinga Arsy yang berada di dapur. Arsy menoleh meski dia tahu ibu mertuanya tidak akan mendatanginya.

"Iya, Bu. Sebentar!" Suara lemahnya berteriak, jelas saja tidak akan lantang seperti Ibu mertuanya. Tapi tetap saja bisa didengar dan Bu Lusi hanya hanya menggeleng tak peduli dengan suara menantunya yang sedikit gemetar.

Dengan gula seadanya Arsy membuat teh dan bergegas memberikannya kepada ibu mertua, meski ragu tapi dia tetap memberikannya karena tidak mau diteriaki lagi yang jelas akan didengar oleh para tetangga.

"Ini, Bu." ucap Arsy.

"Hanya bikin teh saja lama banget sih, apa buatnya di Kutub Selatan!" ujarnya. Tangannya tetap menerima meski mulutnya mengomel tak karuan tajamnya, setajam silet.

"Maaf, Bu. Ta...

Puftt!

Bu Lusi kembali mengeluarkan teh yang sudah masuk ke dalam mulutnya, membuat ucapan Arsy tidak selesai dan kini terdiam dengan rasa takut. Arsy sangat tahu apa yang akan dia dapatkan setelah ini apalagi kalau bukan omelan yang seperti biasanya.

Bu Lusi berdiri dengan begitu tegang matanya melotot tajam dan meletakkan gelas tersebut di meja dengan kasar hingga tehnya tumpah.

"Kenapa tidak manis, aku sudah bilang kan! Tehnya harus manis!" ucapnya dengan tegas dan keras.

Arsy hanya menunduk dia tidak berani menjawab sepatah kata pun pada mertuanya itu, matanya perlahan mulai meremang panas menghasilkan genangan yang semakin banyak hingga perlahan mulai mengalir.

"Maaf, Bu. Ta_ tapi gulanya habis," hanya itu yang Arsy katakan.

"Kalau habis ya beli!" ucapnya.

Begitu mudah Ibu mertuanya mengatakan untuk beli, kalau seandainya saja dia mau mengeluarkan uang tentu itu akan mudah, tetapi nyatanya tidak.

"Sa_ saya tidak punya uang, Bu." Arsy berusaha jujur.

"Kalau nggak punya uang makanya kerja. Lihatlah itu menantunya bu Kokom, dia pintar, dia bisa bekerja di pabrik roti. Seharusnya kamu juga bisa kan?!"

"Oh iya aku lupa, kamu kan hanya lulusan SD mana bisa kerja di pabrik. Tapi paling tidak kamu bisa kan kerja jadi tukang cuci."

"Astaga, nasib anakku begitu buruk, menikah dengan perempuan tidak berguna seperti ini." Bu Lusi melenggang pergi.

...◆◇◆◇◆◇◆◇...

Bersambung....

Terpopuler

Comments

karissa 🧘🧘😑ditama

karissa 🧘🧘😑ditama

trus traang thor,klo ak dihdap kan pda khdpan sprti ini smpah demi apapun angkat tngan saya thor,,

2023-10-05

2

@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣ shaᴍ֟፝ᴀᵉᶜw⃠𓆊

@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣ shaᴍ֟፝ᴀᵉᶜw⃠𓆊

baru aja aku mampir ko ngenes banget sih
bab awaal aja di buka sama air mata hadehhh
kasian kan perempuan yang tidak bekerja di anggap sebelah mata hadehhh ..Mana punya ibu mertua kagak punya ahlak lagi ahhh

2023-02-14

2

•§¢•✰͜͡v᭄𝕬𝒓𝒚𝒂 𝑲𝒂𝕬𝖗⃠

•§¢•✰͜͡v᭄𝕬𝒓𝒚𝒂 𝑲𝒂𝕬𝖗⃠

awal baca langsung menguras emosi.. adih Arsy,sekali kali di bantah ya jangan diem aja,nanti kamu bakal di injek2 tweua menerus

2023-02-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!