Al yang baru saja akan mulai menjelaskan rancangan busana yang telah ia buat jauh-jauh hari merasa sedikit gelisah entah apa yang saat ini sedang ia pikirkan.
Ketika ia akan membuka suara untuk menyampaikan hal apa saja yang akan dibahas tiba-tiba saja suara notif pesan masuk ke gawainya membuatnya meraih benda pipihnya itu karena melihat nomor yang mengirim pesan itu adalah salah satu anak buahnya yang bertugas memata-matai Morea.
Sesaat setelah ia membuka isi pesan itu seketika darahnya seakan mendidih, tetapi ia berusaha bersikap profesional di tambah sang papa juga saat ini sedang berada di sana untuk menyaksikan dirinya yang sedang menjelaskan apa saja kelebihan setiap rancangan yang ia buat. Dan benar saja Al bisa mengontrol emosinya sampai meeting hari ini selesai berjalan dengan lancar tanpa hambatan meski suasana hatinya sedang tidak karuan.
—
"Kalau begitu saya permisi dulu
bapak-bapak, sampai ketemu di lain waktu," ucap Al berpamitan dan dengan langkah buru-buru keluar dari dalam ruangannya, diikuti oleh papanya dari belakang.
"Al …," panggil papanya, namun Al tidak menghiraukannya. "Al, jangan gegabah bisa jadi itu semua hanya editan," ucapan Daniel berhasil membuat langkah Al terhenti.
"Oh ya, Papa masih saja membela Morea di saat bukti sudah ada." Sambil mengetik pesan ke sekretarisnya Al tidak mau percaya ucapan papanya, karena ia tahu orang kepercayaannya itu tidak mungkin membohonginya. "Aku akan pulang hari ini Pa, Bagas yang akan mengurus semua yang ada di sini." Tanpa mendengar jawaban sang papa, Al pergi begitu saja.
"Al, Papa minta kau kembali biarkan saja nanti Papa yang akan menasehati Morea!" seru Daniel, ketika melihat punggung Al semakin menjauh dan akan menghilang di balik tembok. "Morea, masalah apalagi ini yang kamu buat? jangan sampai Al menceraikanmu." Ia yang sudah terlanjur sayang pada Morea tidak memperdulikan video yang tadi sempat Al kirim ke ponselnya.
*
*
Al tiba di tanah air tepat pukul 21.00, dan saat ini ia sedang menunggu mobil jemputannya. Namun, tidak lama terlihat sebuah mobil mewah yang berwarna silver berhenti di dekatnya. Tanpa basa basi ia langsung masuk ke dalam mobil itu sambil berkata, "Apartment." Hanya itu kalimat yang keluar dari mulutnya.
"Baik Tuan, tapi bukankah hari ini nyonya Morea sedang ada pemotretan. Jadi di apartemen tidak ada si—"
"Jalan!!" perintah Al memotong ucapan sopir itu, karena mendengar sopir itu menyebut nama Morea membuatnya langsung mengingat video itu.
Sopir itu rupanya tidak menyadari raut wajah Al yang dari tadi merah padam, karena ia sepertinya sedang berusaha menahan emosinya agar tidak meledak di saat ia merasa darahnya semakin mendidih setelah melihat video singkat yang dikirim oleh mata-matanya itu lagi. Ia juga beberapa kali mengumpat serta mengepalkan tangannya dengan kuat di bawah sana.
*
Setiba di apartemen Al lagi-lagi mengepalkan tangannya kuat-kuat, sehingga urat-urat pada tangannya menonjol di saat telinganya mendengar setiap de sa han yang keluar dari mulut Morea.
Karena saat ini posisinya sedang duduk di depan kamar, dimana tempat dua sejoli yang sedang melakukan kegiatan panas di atas ranjang. Ia yang sudah tidak tahan berdiri dari duduknya. "Shitt!!" umpatnya beberapa kali. Ia yang sudah tidak tahan pada akhirnya mendobrak pintu kamar tersebut dengan satu kali tendangan.
Morea dan Remon begitu terkejut di saat melihat Al sudah berdiri di depan pintu dengan nafas yang naik turun. Sepertinya ia sudah akan siap menelan orang secara hidup-hidup.
"Ternyata, begini kelakuan kalian di belakangku sungguh sangat menjijikkan!" desis Al berusaha sekuat tenaga menahan diri agar tidak mem u kul Remon. "Aku terlalu bodoh, sehingga percaya dengan apa yang selalu kamu ucapkan Morea," katanya sambil menunjuk wajah Morea.
Al memang menikah dengan Morea karena perjodohan, tapi seiring berjalannya waktu ia sudah bisa membuka hatinya untuk Morea. Namun, apa yang didapatkannya ternyata hanya sebuah pengkhianatan yang tidak akan pernah dilupakan.
Detik itu juga Morea dengan cepat turun dari atas tubuh Remon, dan langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya dan ia mulai berakting. "Mas, Remon telah memperk*s*ku, cepat bawa dia keluar dari apartemen kita." Morea meraih tangan Al dengan air mata yang sudah bercucuran. "Mas, kenapa diam saja, ayo P*kul dia!" seru Morea.
Namun Al tiba-tiba tersenyum miring. "Berhenti membuat drama Morea, aku tidak buta dan juga tuli yang bisa seenaknya kamu bohongi!" bental Al dengan wajah datarnya yang mulai aktif.
"Tidak mas, dia mengancamku kalau aku tidak melayaninya." Morea masih tetap membela dirinya meski sudah ketahuan begini. "Dia telah mengancam akan memb*nuhku mas jikalau aku tidak melayaninya," sambungnya dan bersamaan dengan itu terdengarlah suara isak tangisnya.
"Sudahlah Morea, urus selingkuhanmu itu," ucapan Al yang terdengar sangat tenang sehingga membuat Remon juga Morea merasa heran. "Dan buat kamu Remon, hari ini kita bukan sahabat lagi." Ia pergi setelah mengatakan itu semua, dan jangan pernah tanya bagaimana perasaannya untuk saat ini.
Morea tidak mungkin mengejar Al karena ia masih menggunakan selimut untuk membungkus tubuhnya yang masih polosnya.
"Dasar wanita murahan, tidak cukup dengan satu laki-laki!" gerutu Al sambil terus berjalan meninggalkan apartemen itu. Ia saat ini merasa kecewa atas apa yang telah Morea lakukan terhadap dirinya, ia sekarang membulatkan niatnya untuk segera menceriakan Morea.
____
"Aku tidak akan pernah mau mengotori tanganku sendiri dengan darah bajingan seperti Remon!" geram Al yang saat ini sedang mengemudi. Ternyata sopir yang tadi sudah ia turunkan di pinggir jalan dan memberikannya sejumlah uang ongkos untuk pulang.
"Dua manusia itu sangatlah menjijikkan!" Ia sama sekali tidak memperdulikan suara klakson mobil yang bersahut-sahutan, ia tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi bagai seorang pembalap nyelip sana nyelip sini lampu merah pun ia terobos tanpa ada rasa takut sedikitpun. "Kalian berdua memang cocok, satu murahan dan satu lagi ba ji ngan!" gerutunya ia juga beberapa kali tertawa sambil mengumpat melihat dirinya yang begitu b*doh tidak bisa melakukan apa-apa di saat melihat istrinya bercumbu mesra dengan sahabatnya sendiri.
Saat dirinya masih saja berbicara pada dirinya tiba-tiba suara sirine polisi membuat ia semakin menggila di tengah jalan raya yang kebetulan sedang tidak terlalu ramai, tidak lama ia membelokkan mobilnya menuju gang sempit supaya polisi yang tadi mengejarnya kehilangan jejaknya. Dan benar saja polisi itu lolos tanpa melihat mobil Al yang ada di dalam gang yang gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 385 Episodes
Comments
Kardi Kardi
becarefullll bos, with your drive
2024-05-25
2
Maz Andy'ne Yulixah
Akhirnya ketahuan juga😏😏
2024-05-15
1
reza indrayana
seru kay'nya....
2024-04-01
2