Ranum berdiri agak sedikit jauh dari klub itu dengan mimik wajah yang takut, karena melihat orang yang keluar masuk dari sana dengan tampilan yang berbeda-beda. Ada yang keluar sempoyongan sambil di papah seorang wanita yang pakaiannya begitu seksoy dan ada juga yang baru masuk dengan pakaian yang sama begitu terbuka sehingga belahan dada mereka hampir saja menyembul keluar. Tak lupa mereka digandeng om-om yang perutnya buncit layaknya seperti ibu-ibu hamil 5 Bulanan.
Ranum mengelus dadanya sambil beberapa kali beristigfar. "Jangan sampai aku menjadi seperti mereka," gumamnya membatin. Tidak berselang lama matanya tiba-tiba saja tertuju pada sosok penjaga yang sedang berdiri di dekat pintu masuk klub. Ia kemudian berjalan dengan langkah lebar menuju klub itu untuk menanyakan keberadaan Vira.
Sambil terus berjalan ia tidak henti-hentinya berdoa di dalam hatinya untuk kesembuhan dan keselamatan sang ibu. "Hanya demi Ibu, aku rela melakukan semua ini meski mahkota yang aku miliki satu-satunya akan hilang," ucapnya lirih.
Saat ini ia sudah sampai di depan pintu klub ia langsung saja menanyakan tentang keberadaan Vira. "Permisi pak, saya mau mencari teman saya yang bernama Vira apa ada di sini?" tanya Ranum pada salah satu penjaga klub itu yang terlihat tubuhnya begitu tegap, kekar dan otot-otot pada tangannya menonjol.
"Selamat malam dek, ngapain disini? Pulang saja ya, jangan main di tempat seperti ini dan disini juga tidak ada yang namanya Vira." Penjaga itu menjawab Ranum dan juga ia menyuruhnya untuk pulang saja karena ia mengira Ranum masih anak-anak, mengingat wajah Ranum yang baby face.
"Teman saya itu katanya bekerja disini pak, masa bapak nggak kenal sama dia," kata Ranum sambil celingak-celinguk mencoba mengintip ke dalam klub itu.
"Maaf dek, disini memang benar tidak ada yang namanya Vira, kalau yang namanya Ira ada," ujar penjaga itu.
Ranum berpikir sejenak sebelum ia bertanya kepada penjaga itu lagi. "Hm, apa boleh saya tahu kalau Ira itu bekerja sebagai apa?" Ia cuma ingin memastikan kalau Ira itu adalah Vira makanya ia bertanya begitu.
"Dia salah satu primadona disini yang sering dipakai jasanya," jawab penjaga itu jujur karena ia merasa Ranum bukan mata-mata yang harus ia takuti.
Ranum yang merasa bahwa Ira itu Vira dengan cepat berkata, "Nah, itu Ira teman saya pak, sekarang apa boleh bapak memberitahu saya dimana dia?"
"Tadi kata adek namanya Vira, lalu kenapa berubah menjadi nama Ira?" Penjaga itu malah bertanya balik.
"Saya cu—"
"Ranum!" seru Vira memanggil Witma dari dalam klub sehingga kalimat Ranum terputus. "Sini masuk saja!" Ia melambaikan tangan kepada Ranum.
"Itu teman saya pak, sekarang sa—"
"Silahkan masuk adik manis," potong penjaga itu yang membiarkan Ranum masuk.
Ranum dengan perasaan tidak menentu masuk ke dalam klub yang dipenuhi dengan manusia-manusia tidak ingat dengan neraka itu.
*
*
Setelah semuanya dijelaskan oleh Vira dan wanita pemilik klub itu Ranum mengangguk tanda mengerti.
"Apa sekarang kamu sudah yakin?" tanya wanita yang sepertinya baru berusia 28 tahun itu kepada Ranum.
Tidak ada yang bisa Ranum lakukan selain menyetujui semua ini, dimana ia akan menjual kep*raw*nannya pada laki-laki yang tidak ia kenal demi sejumlah uang.
"Tante cuma tidak mau, kalau kamu sampai menyesal di kemudian hari Ranum, maka dari itu tante minta kamu pikiran dulu dengan matang-matang tentang keputusan yang akan kamu ambil," kata wanita yang bernama Grace itu.
Hening beberapa saat tidak ada jawaban dari Ranum tapi siapa sangka gadis yang baru saja akan lulus SMA itu menjawab dengan suara yang begitu tenang. "Aku bersedia madam, sekarang dimana laki-laki itu," kata Ranum memecah keheningan setelah ia berpikir lama.
Vira yang ada di sana tersentak kaget bukan main karena ternyata Ranum benar-benar akan menjual k*perw*nannya. "Num, lu serius?"
"Hanya untuk malam ini saja Vir, karena kesembuhan dan keselamatan Ibuku lebih penting dari apapun yang ada pada diri ini." Ranum memeluk Vira sambil berbisik, "Kamu jangan bersedih Vir, karena ini mungkin takdir hidupku," ucapnya yang berusaha menguatkan dirinya. "Kalau begitu aku pergi dulu, Vir," pamitnya sambil melepaskan pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 363 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussehay
2024-03-28
0
lilis indri hastuti
jgan Num dosa
2024-02-22
2
Bundanya Jamal
kasian ranum , ayah nya kok tega ya 😭😭😭
2024-01-12
2