Part 8 (Benarkah?)

Saat mereka sedang asik mengobrol tiba tiba ada telfon berbunyi dari hp Syafa, ternyata itu adalah Ibu Syafa lalu segera Syafa angkat dan

Prangggggg

Bunyi suara HP Syafa terjatuh, lalu ia pun menangis dengan kencang, teman teman serta Faiz pun langsung menenangkan Syafa dan menghampiri Syafa.

"Udah udah tenang dulu" ucap Eva mengusap punggung Syafa supaya lebih tenang.

Tak lama Faiz mengubungi seseorang lewat telfon.

📞"Cari tau kabar orang tua....."

📞"..............."

📞"Segera laporkan secepatnya, saya tunggu"

📞"..............."

Klik

Suara telfon pun dimatikan oleh Faiz, dan tak lama ia mendapatkan informasi kalau orang tua Syafa kecelakaan.

Faiz menuliskan pesan kepada seseorang di sebrang sana, setelah itu ia mematikan ponsel nya.

Lalu ia menghampiri Syafa dan memegang tangannya sambil menenangkan Syafa.

"Ini minum dulu supaya tenang, nanti kalau sudah tenang cerita pelan pelan" ucap Nayla lalu Syafa meminum hingga habis dan mulai menarik nafas untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Orang tua ku kecelakaan" ucapnya singkat lalu kembali menangis.

"Astaga, kamu yang sabar yaa, udah tenang dulu, pasti ibu sama ayah gapapa kok, tenang yaa" ucap Faiz.

"Aku gak mau kehilangan mereka iz" ucap ku lalu dipeluk Faiz, dan aku pun memeluknya erat.

"Udah gak usah mikir aneh aneh, ini kamu udah boleh pulang kan? Kalau udah kita menuju rumah sakit nya, udah aku bayar juga biaya nya" ucap Faiz.

"Terima kasih banyak yaa, baik banget kamu, yaudah ayok kita kesana" ucap Syafa.

Setelah bersiap siap membereskan pakaian Syafa lalu mereka menuju rumah sakit, kebetulan jarak rumah sakit nya tidak terlalu jauh dengan rumah sakit yang Syafa tempati.

Sesampainya di lobby Syafa bertemu bi yem, lalu Syafa menghampiri bi yem dan memeluk bi yem.

"Bi, ibu ayah bi" ucapku memeluk bi yem sambil menangis.

"Yang sabar yaa nak, yang tabah, ini mungkin ujian untuk nak Syafa" ucap bi yem sambil mengelus punggung Syafa.

"Yasudah mari kita berangkat" ucap Rijal.

______________________________________

Mereka pun menuju rumah sakit, di perjalanan hujan deras, di tambah ada pohon yang tumbang di tengah jalan.

Setelah beberapa jam, baru bisa kembali melanjutkan perjalanan, tak lama sampai juga ke tempat yang dituju.

Kami pun bertanya ke resepsionis lalu diarahkan ke ruang operasi tempat orang tua Syafa sekarang, mereka harus di operasi sekarang karena mengalami pendarahan yang cukup banyak.

Tak lama dokter pun keluar dari ruang operasi dan diikuti para perawat membawa brankar orang tua Syafa, Syafa yang melihat itu lalu menghampiri dan menangis.

"Pasien akan kami pindahkan ke ruang ICU, mohon jangan menghalangi terlebih dahulu supaya pasien juga bisa nyaman". ucap dokter.

Kami pun menyusul ke ruang ICU, dan pintu ruangan tersebut terbuka, dokter lalu menghampiri kami.

"Pasien saat ini masih belum sadar, nanti keluarga dari pasien silahkan masuk bergantian dan mengajak komunikasi dengan pasien supaya pasien juga bisa cepat membuka mata". ucap dokter lalu pergi diikuti perawat yang juga pergi.

Aku, Faiz, dan bi yem pun memasuki ruangan tersebut, yang kulihat ada 2 orang yang sangat aku sayangi sedang berbaring lemas serta ada tabung tabung besar di kanan dan kiri.

Aku pun duduk di tengah tengah antara ayah dan ibu, lalu memegang tangan mereka.

"Yah, bu, ayok bangun, ini Syafa sudah sehat sudah gak sakit lagi, ayah sama ibu apa tidak capek tertidur terus, Syafa kangen yah, bu. Masak kalian gak kangen Syafa" ucapku lalu meneteskan air mata.

Beberapa menit kemudian perlahan kedua mata orang tua Syafa terbuka, muka pucat dari keduanya kini tersenyum melihat anaknya yang mereka sayangi.

"Nak, kamu sudah sehat sekarang? Ibu dan Ayah senang melihatnya" ucap ibu Syafa dengan suara lemah.

"Sudah sehat Syafa seperti yang Ayah dan Ibu lihat, Syafa kangen kalian, Syafa gak mau lihat kalian sakit kayak gini, Syafa pengen kita di rumah bisa bercanda lagi, main bersama sama" ucap Syafa sambil menangis.

"Sudah sudah, masak putri kecil ayah dan ibu masih aja cengeng, ayah dan ibu disini sama kamu terus, ayah dan ibu cuman sebentar kok" ucap Ayah

"Faiz ya? sini nak ayah ingin berbicara" ucap Ayah lalu Faiz pun menghampiri ayah.

"Ayah boleh minta tolong sesuatu sama kamu?" ucap ayah sambil menunggu jawaban dari Faiz

"Baik ayah, silahkan" ucap Faiz

"Ayah ingin kamu menjaga dan mencintai anak ayah seperti ayah dan ibu menjaganya dengan tulus, ayah dan ibu juga ingin kamu menjadi pembimbing yang baik untuk Syafa, menjadi sosok laki laki yang selalu bersama Syafa susah maupun senang, Ayah dan ibu titip Syafa anak kami satu satunya kepada kamu, dijaga dengan baik yaa anak kami, kami percaya kamu bisa menjaganya" ucap Ayah panjang lebar.

"Baik ayah, Faiz akan menjaga Syafa sebisa Faiz, karena Faiz juga menyayangi Syafa, Faiz akan menjaga Syafa seperti ayah dan ibu menjaga Syafa, Faiz janji ayah" ucap Faiz mantap di barengi senyum tulus ayah dan ibu.

"Bi Yem, saya nitip Syafa juga yaa, Bibi sekarang menjadi pengganti saya untuk menjaga Syafa, saya titip Syafa yaa Bi, saya ingin Bibi menjadi ibu untuk Syafa, menyayangi seperti saya menyayangi Syafa" ucap ibuku

"Baiklah, Bibi akan menjadi Ibu untuk Syafa, menyayangi dan menjaga nya, Bibi janji" ucap bibi.

"Baiklah kalau begitu, kami bisa pergi dengan tenang. Nak jangan nakal yaa, patuhi ucapan Bibi, Faiz, jangan membantah, Ayah dan Ibu bakalan sedih kalau kamu tidak mematuhi mereka apalagi Bibi" ucap Ayah.

"Ayah, Ibu ngomong apa sih, jangan bercanda, Syafa tau kalian bercanda kan, iya kan Ayah iya kan Ibu?" ucap Syafa yang menangis dengan keras.

"Tidak Nak, mungkin kami hanya sampai disini untuk menjagamu, patuhi perkataan Ayah barusan, kami sayang kamu" ucap Ibu lalu menutup mata dan Ayah pun begitu.

"Ayah Ibu, bangunnn, Syafa gamau Syafa gamau, bangun Ayah Ibu" ucap Syafa membangunkan orang tua nya berharap keajaiban muncul dan membuat orang tuanya membuka mata.

Namun nihil, takdir tidak bisa berubah, kita sebagai makhluk hidup tidak bisa mengubah takdir.

Melihat keributan di dalam teman teman Syafa pun ikut masuk.

"Tenang Sya tenang, yang sabar dan ikhlas supaya orang tua kamu bisa tenang" ucap Eva menenangkan.

"Malind, coba panggil dokter kesini" ucap Nayla.

Tak lama dokter pun datang lalu mengecek kondisi kedua pasien lalu berkata "kami mohon maaf, kami tidak bisa membantu lebih jauh, kedua pasien sudah meninggal dunia, keluarga yang ditinggalkan semoga di beri kesabar dan juga ketabahan".

Syafa pun langsung lemas dan duduk ke lantai mendengar perkataan dokter, dia tidak menyangka secepat ini kepergian orang tuanya, membuat dirinya tak sanggup menghadapi ini semua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!