Part 20 (Balas budi atau memisahkan?)

Nayla dan Eva sedang menceritakan alasan Syafa yang kenapa tiba tiba ia menghindar dari Faiz.

"Jadi, Syafa sebenarnya melakukan itu semua bukan atas kemauannya, aku udah curiga sebenarnya dari awal melihat sikap Syafa yang tiba tiba berubah kayak gitu" ucap Malindo.

"Iyaa bener, kami berdua berharap jangan sampai ini bocor ke Faiz, karena itu permintaan dari Syafa" ucap Eva.

"Kami gak akan bocorkan itu ke Faiz, tapi kalau Faiz tau sendiri bukan dari kami berdua. Kita harus bisa bantuin Syafa supaya terbebas dari Zaki" ucap Rijal.

"Iya bener itu, kasian tau dia seperti terpaksa melakukan itu semua" ucap Nayla.

"Bentar, Syafa menandantangani sesuatu kan???" tanya Malindo lalu diangguki mereka bertiga. "Nah, kita harus cari kertas itu, itu merupakan bukti yang bisa Zaki lakukan untuk memaksa Syafa menjauhi Faiz" ucap Malindo.

"Bener juga sih, tapi kita perlu bantuan seseorang untuk membantu misi kita" ucap Nayla.

"Aku tau orangnya" ucap Rijal.

"Fardhan Luktama Liomata" ucap Eva, Malindo, dan Nayla.

Sedangkan di sebrang sana sang empu yang memiliki nama tersedak minuman yang sedang ia minum.

"Siapa yang lagi ngomongin gw sih, awas aja ngomongin yang jelek jelek" ucap Tama menggerutu.

...****************...

Syafa sedang terbaring lemah di brankar UKS, saat ini ia sedang dikompres supaya demamnya turun, namun bukannya turun tapi demamnya malah bertambah.

Karena Zaki khawatir dengan keadaan Syafa, ia pun membopong tubuh Syafa menuju mobilnya, ia lalu menjalankan cepat mobilnya ke rumah sakit terdekat yang jaraknya tak begitu jauh dari sekolah.

Sesampainya di sana, ia lalu memanggil suster dan dengan sikap suster membawakan brankar, lalu membawa Syafa ke ruang pemeriksaan.

Zaki melihat Syafa dari luar, kini Syafa sedang berbaring lemas didalam sana, dengan wajah yang pucat. Zaki lalu merogoh sakunya mencari sesuatu.

📞 "Halo."

📞 "................."

📞 "Syafa di rawat di rumah sakit xxxx" ucap Zaki lalu mematikan telfon itu.

Bunda yang mendapatkan kabar kalau sang anak sedang dirawat dirumah sakit pun segera bersiap menuju rumah sakit, tak lupa ia membawa beberapa makanan untuk sewaktu waktu kalau Syafa sudah bangun dan belum makan.

Yaps benar, orang yang Zaki telfon tadi adalah Bunda, ia mengabari Bunda Syafa kalau Syafa dirawat, mau sejahat apapun dia, tapi dia sebenarnya baik, cuman karena obesesi nya terhadap Syafa yang membuat dirinya seperti ini.

Tak lama akhirnya Bunda sampai dirumah sakit, didepan ruangan Syafa terdapat Zaki yang sedang memejamkan matanya.

"Nak, Nak Zaki" ucap Bunda pelan sambil duduk disamping Zaki.

"Eh Bunda, iya Bun" ucap Zaki.

"Bagaimana keadaan Syafa?" tanya Bunda.

"Dokter belum keluar Bun" ucap Zaki. Tak lama Dokter pun keluar lalu menghampiri Bunda dan Zaki.

"Dengan keluarga pasien?" tanya Dokter.

"Iya Dok, saya Bundanya, bagaimana keadaan anak saya?" tanya Bunda.

"Anak Ibu hanya demam biasa, tapi untuk sementara waktu harus menginap disini terlebih dahulu, sampai nanti kondisinya benar benar sudah pulih" ucap Dokter.

"Baik Dok terima kasih, apa saya boleh masuk kedalam Dok?" tanya Bunda.

"Boleh Bu silahkan" ucap Dokter lalu kembali berucap "Bu, mohon ikut dengan saya, karena ada yang mau saya bicarakan" ucap Dokter lalu diangguki Bunda.

"Nak Zaki, Bunda tinggal dulu ya" ucap Bunda.

"Iya Bun" ucap Zaki lalu pergi juga meninggalkan rumah sakit, tidak tau ia ingin kemana saat itu.

...****************...

Di ruangan Dokter

"Baik Bu, saya ingin menyampaikan kalau Putri Ibu itu terlalu banyak pikiran, oleh sebab itu tubuhnya selalu saja drop, mungkin Ibu bisa coba bertanya pelan pelan untuk mengurangi beban pikirannya" ucap Dokter.

"Baik Dok saya akan mencoba, terima kasih banyak Dok, kalau begitu saya permisi" ucap Bunda lalu meninggalkan ruangan Dokter.

Sebelum masuk kedalam ruangan Syafa, Bunda mendapatkan SMS dari Zaki kalau ia ada urusan mendadak, jadinya ia tidak sempat berpamitan dengan Bunda maupun Syafa, tak lupa Bunda mengucapkan terima kasih.

Bunda pun masuk kedalam ruangan Syafa, terlihat Syafa masih setia memejamkan matanya.

"Nak, ini Bunda datang, ayo bangun Nak, apa gak mau lihat Bunda?" tanya Bunda.

"Eummm B-bunda" ucap Syafa dengan suara seraknya.

"Iya Nak ini Bunda, bagaimana keadaan kamu sekarang Nak?" tanya Bunda.

"Sudah lebih baik Bun" ucap Syafa.

"Nak, Bunda harap kamu bisa terbuka dengan Bunda, Bunda tidak memaksa kalau kamu harus terbuka ke Bunda. Tapi setidaknya Bunda bisa membuat mengurangi beban pikiranmu" ucap Bunda.

"B-bun" ucap Syafa lalu menangis, dengan sigap Bunda memeluk tubuh Syafa dengan erat sambil mengelus punggungnya lembut.

"Sudah sudah, pelan pelan coba cerita ke Bunda" ucap Bunda dengan nada halus.

"J-jadi gini Bun."

Flashback on

Syafa berpamitan ingin ke taman rumah sakit, sesampainya disana ia duduk dibangku paling pojok taman. Karena ia melamun, ia tak menyadari kalau disebelahnya sudah ada seseorang.

"EHEM" deheman seseorang itu membuat Syafa tersadar akan lamunannya itu.

"K-kak Zaki, kakak kok bisa ada disini???" tanya Syafa heran, pasalnya Zaki itu semenjak lulus SMP ia pindah ke luar negeri.

"Gw udah lama balik ke Indo, dan gw juga udah daftar ke sekolahan lo" ucap Zaki.

"Oooo oke" ucap Syafa singkat, lalu kembali melamun memikirkan bagaimana nasib Faiz jika tidak ada pendonor.

"Gw bisa bantu lo, tapi ada syaratnya" ucap Zaki. Mendengar perkataan Zaki, membuat ia tersadar kembali dengan lamunannya.

"Gw bakal lakuin apapun itu, asalkan Faiz bisa dapat pendonor" ucap Syafa menatap Zaki yakin.

"Gw bawa kertas, dan lo harus tanda tangan perjanjian ini diatas materai" ucap Zaki lalu mengeluarkan map dari dalam tas nya.

Syafa membaca map itu dengan teliti, disana tertuliskan kalau Syafa harus menjauh dari Faiz setelah Faiz sudah sadar, Syafa tidak boleh berhubungan dengan Faiz, dan lebih parahnya Syafa harus kembali bersama Zaki.

"Lama banget bacanya, udah belom??? keburu gw berubah pikiran" ucap Zaki.

"Iya iya udah, mana pulpennya???" tanya Syafa. Lalu Zaki menyerahkan pulpennya.

'Semoga keputusan yang aku ambil ini bener Iz, aku gak ada cara lain untuk bisa menyelamatkan kamu, semoga suatu saat nanti kamu akan mengerti kenapa aku kayak gini, aku sayang kamu Iz' batin Syafa lalu menandatangani surat perjanjian tersebut.

"Bagus bagus, jadi ini sudah fiks, dan awas aja sampai ngelanggar, bakal ada hukumannya" ucap Zaki tertawa kecil.

"Yaudah ayok buruan ke ruang pendonor" ajal Syafa menarik tangan Zaki.

Saat ini Zaki masih berada diruangan pendonor, Zaki masih menggunakan infus untuk memulihkan kembali kondisinya.

"Gw mau setelah ini dan seterusnya lo jangan menemui Faiz, apapun itu alasannya" ucap Zaki.

"Iyaa" ucap Syafa lalu pergi kearah suster yang berada disana. "Sus, saya minta tolong, tolong rahasiakan siapa yang mendonorkan darah untuk pasien bernama Faiz" ucap Syafa.

"Baik, akan kami jaga untuk tidak memberitahu kepada semuanya jika ada yang bertanya" ucap suster itu dengan ramah.

"Terima kasih sus" ucap Syafa lalu kembali kearah Zaki yang ternyata sudah dibolehkan untuk pulang.

Flashback off

"Saran Bunda coba kamu pelan pelan bicara dengan Faiz, takutnya nanti Faiz kecewa dengan cara kamu yang tiba tiba menjauh" nasehat Bunda.

"T-tapi Syafa takut Bun, anak buah Zaki selalu ikutin Syafa" ucap Syafa menunduk.

"Jangan takut, kan dari keluarga kamu juga ada anak buah, nah nanti minta anak buahmu untuk memastikan situasi aman untuk kamu bertemu dengan Faiz" ucap Bunda.

"Iya sih Bun bener, nanti Syafa coba deh" ucap Syafa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!